Marah bercampur tangis rasanya nyesek banget. Hidup terasa tak berarti lagi dan mati menjadi sesuatu yang ingin diraih. Kalau saja aku tak punya iman, mungkin mati adalah keinginan terbesar dalam hidup yang terasa berat ini. Resolusi gagal, impian tak terwujud, target hidup tak terpenuhi dan kegagalan yang lain.
Apa yang sebenarnya terjadi padaku. Apa Allah tidak pernah mendengarkan do’aku. Atau aku hanya sedang diuji untuk mendapatkan keindahan yang datang pada waktunya. Beragam pikiran muncul di otakku. Baik yang positif maupun negatif. Semuanya bertemu hingga membuat sosok dalam diriku ikut berbicara.
Daftar Isi
Seperti Apa Rasanya Terpuruk?
Aku pernah merasakan jatuh sejatuh-jatuhnya. Hidup rasanya tak berguna lagi dan nyawa hanya tempelan saja di dalam jasad yang jiwanya sudah berantakan. Mirisnya itu terjadi saat hampir semua orang menganggapku sebagai orang yang berhasil.
Masuk kuliah di kampus favorit di kota Malang tanpa halangan yang berarti. Berhasil mengalahkan ribuan kandidat saat UMPTN dengan mulus. Tanpa ada drama tangis karena nama tak terdaftar dalam mahasiswa yang lolos masuk kampus. Semuanya lancar dan semuanya memberiku kata selamat. Masuk kampus Universitas Brawijaya Malang di jurusan yang kata orang sulit. Padahal itu pilihan kedua. Pilihan pertama gagal.
Apa aku senang? Ya, satu sisi dalam hatiku merasakan kegembiraan yang tak terkira. Di kampungku bahkan hanya aku dan seorang tetangga yang berhasil masuk kampus Briwijaya Malang. Aku di Fakultas MIPA, jurusan fisika dan tetanggaku di fakultas pertanian. Lainnya yang rata-rata teman SD yang seumuran denganku, gagal masuk kampus UB.
Semua melihatku berhasil. Tapi mereka tak melihat bahwa di dalam keberhasilan itu ada luka yang kupendam sendiri. Bukan di tahun pertamaku kuliah, tapi di tahun-tahun sesudahnya.
Apa aku akan menceritakan masalahku di sini. Oh tidak. Aku hanya akan memberitahu bahwa keterpukurkan itu justru hadir saat semua melihat aku berada di atas kejayaan. Padahal itu bukan tahta, melainkan jurang kehancuran.
Jika dilihat dari luar, sepertinya cukup simple. Masalah cinta. Benar saja, cinta itu yang membuatku hancur dan tak bisa berpikir logis lagi. Pikiranku bahkan tak pernah berada di dalam kampus. Tapi di tempat yang jauh. Akibatnya aku seperti orang linglung yang tak bisa mengenali diri sendiri.
Apa yang Aku Katakan pada Diri Sendiri Saat Terpuruk
Bukan masuk ke lubang yang sama untuk pengalaman yang berbeda. Kali ini aku merasakan jatuh di lubang yang berbeda dengan keadaan yang berbeda. Bisa dikatakan aku bisa bangkit dari keterpurukan yang dulu, sementara keterpurukan yang sekarang tidak lagi.
Aku butuh penopang. Butuh nasehat, butuh masukan, bahkan butuh orang yang bisa memberitahu kesalahan apa yang sudah aku lakukan dan bagaimana aku bisa memperbaikinya.
Sebagai orang yang sulit percaya pada orang lain, aku lebih sering bicara pada diri sendiri mengenai banyak hal. Duduk sendirian dan gambaran itu seolah muncul begitu saja di depan mataku. Seperti sebuh film yang diputar untuk aku saksikan sepanjang hari.
Apa saja yang aku bicarakan dengan diriku yang bersemayam di dalam hati ini? Ini dia :
-
Siapa Aku
Aku butuh suasana sepi untuk bisa bertemu dengan diriku sendiri. Entah imajinasiku saja atau memang ada sosok diriku yang muncul dari raga ini dan kita berbincang bersama. Itu yang sering aku alami. Jadi aku ceritakan semuanya kepadanya dan dia setia mendengarkan.
Mau aku marah, menangis, teriak, sisi diriku ini tetap setia mendampingiku. Aku merasa punya teman untuk berbagi segalanya. Lalu muncul pertanyaan dalam hati, siapa aku? Apakah aku manusia pada umumnya. Atau makhluk lain seperti yang ada di dalam film-film. Drawf, elf, kurcaci. Apa makhluk seperti itu nyata ada di dunia, atau dunia ini hanya dihuni oleh bangsa manusia.
-
Apa Tujuanku Dilahirkan ke Dunia
Setelah sadar sepenuhnya jika aku adalah bagian dari manusia, pertanyaan selanjutnya yang sering aku ajukan pada diriku sendiri adalah untuk apa aku dilahirkan. Kenapa aku dilahirkan dari orang tua pengusaha. Ayahku pekerja keras dan ibuku berhati lembut. Adikku ada 4 dan kami pernah saling berkonflik.
Ketika masalah datang padaku, sering aku bertanya untuk apa aku dilahirkan ke dunia ini. Apa ada tujuan khusus aku dihadirkan di tengah manusia dengan beragam karakter. Apakah aku dilahirkan untuk melindungi adikku yang masih bergantung padaku, untuk merawat ayahku yang sakit, untuk menemani ibuku yang terlalu cengeng dan mudah menangis.
Segala sesuatu pasti ada tujuannya kan. Dan sekatang aku semakin mengerti bahwa aku harus ada untuk melindungi anak-anakku yang masih kecil. Merawat mereka, menyanyangi mereka, membesarkan mereka, menyekolahkan mereka dan melakukan yang terbaik untuk mereka.
-
Apa Semua yang Terjadi Hanya Kebetulan
Aku percaya tidak ada kebetulan di dunia ini. Allah dengan sengaja dan dengan segala Kuasanya mampu membuat jalan hidup seseorang berliku untuk diambil sebagai pelajaran hidup. Orang sukses tidak sukses begitu saja. Akan ada banyak batu terjal yang dilewati dan perjuangan yang membutuhkan kekuatan mental dan batin.
Jadi ketika aku dihantam masalah bertubi-tubi. Aku yakinkan diriku bahwa mungkin inilah yang dimau oleh Allah dan akan ada sesuatu yang indah menantiku di ujung perjuangan. Kadang memang lelah dan mengeluh. Saat itulah Allah ingin tahu sampai sejauh mana kemampuanku dan saat itulah kekuatan doa sangat menentukan.
-
Kenapa Aku Sendirian, Dimana Orang-Orang?
Ini yang terjadi saat aku merasa jatuh sejatuh-jatuhnya. Aku merasa sendirian dan tak ada yang peduli padaku. Sebenarnya aku tak boleh menyalahkan siapa-siapa. Karena aku pun tak pernah menceritakan masalahku pada siapapun.
Jika aku pada akhirnya bercerita, itu artinya aku butuh solusi agar aku tidak merasa sendirian menghadapi masalah yang tak bisa aku temukan jalan keluarnya. Kadang kita tak perlu menceritakan masalah kita untuk mendapatkan jalan keluar. Bertemu dengan orang lain dan mendengarkan kisah mereka saja kadang bisa membuat solusi itu datang sendiri.
Jadi jika ditanya dimana orang-orang. Maka kamu tidak akan menemukan mereka. Karena orang-orang tidak tahu apa yang terjadi padamu. Dulu aku sering bertanya seperti itu. Tapi sekarang tidak lagi. Aku lebih nyaman sendiri dan itu membuatku bisa berpikir lebih jernih.
-
Kenapa Ada yang Tega dan Jahat di Dunia ini
Aku dulu mengira bahwa semua manusia itu baik. Tidak ada orang jahat di dunia ini. Naifnya, karena aku disadarkan oleh fakta bahwa ada loh orang jahat di dunia ini. Tak tanggung-tanggung, orang itu bahkan bisa tertawa di atas tangismu dan mengataimu di belakang dengan kata-kata yang menyakitkan.
Lebih menyakitkan lagi jika orang yang menyakiti itu adalah orang terdekat dan yang paling kita sayangi. Aku mengalami itu saat ini dan bertanya-tanya dalam hati, kok tega ya. Kok bisa ya kata-kata kasar itu keluar dari mulutnya yang dulunya aku kenal lembut.
Kenapa dia bisa menyakiti tanpa ada perasaan bersalah, bahkan tidak minta maaf setelah memberikan luka. Jahat banget. Ketika pikiranku tak bisa mempercayai apa yang terjadi, seorang teman memberikan jawaban yang menurutku masuk akal.
Allah menciptakan orang-orang dzolim itu dan membiarkan mereka menyakiti kita untuk menguji kesabaran kita. Allah kadang sengaja menghadirkan mereka sebagai jalan agar kita naik pangkat. Naik kadar keimanan, naik kadar kesabaran dan menambah pahala.
Aku hanya bisa melongo dan menangis mendengarnya. Satu hal yang bisa aku lakukan hanya lebih mendekatkan diri pada Allah dan tetap berbuat baik pada orang yang menyakiti kita. Kelihatannya mudah diucapkan, tapi tidak demikian saat kita mencoba melakukan.
-
Aku Butuh Dinasehati
Aku baru saja difitnah, atau bisa jadi fitnah itu masih berlangsung saat tulisan ini dibuat. Ada orang yang begitu baik di depanku, tapi menusukku dari belakang. Bersyukur aku bertemu dengan seorang teman yang pernah mengalami fitnah yang lebih kejam. Aku salut dengan cara yang dilakukannya untuk mengatasi fitnah itu.
I don’t care dengan apa yang mereka katakan dan lakukan di belakangku, yang penting aku tetap baik dan menjaga hati serta lidah dari hal-hal kotor. Karena apa yang keluar dari mulut kita, itu yang akan kembali pada kita. Jadi katakan hal – hal baik agar kebaikan yang akan menghampiri kita.
Nasehat yang langsung aku praktekkan ini benar-benar membuatku tenang. Itulah manfaat nasehat dan aku membutuhkannya agar aku bisa mengatasi masalah yang aku hadapi.
-
Aku Harus Bangkit
Saat aku terpuruk, semangatku hilang. Pikiranku tak pernah fokus pada satu masalah dan hidup rasanya hampa. Kalau sudah begitu, tak ada yang aku lakukan selain menangis dan meratapi nasib. Mau sampai kapan?
Seorang teman menyemangatiku untuk kuat dan bangkit kembali. Ada anak-anak yang membutuhkanku, ada suami yang menyanyangiku, adik-adik yang menginginkan kehadiranku dan masih banyak lagi lainnya. Intinya aku tidak sendiri dan aku harus memikirkan orang lain yang bergantung padaku. Saat ini tentu saja anak-anakku yang masih kecil.
Jika aku pernah berhasil bangkit dari satu masalah, kenapa aku tidak bisa bangkit dari masalah yang lain. Aku harus terus bergerak dan menemukan kepercayaan diriku lagi. Mungkin aku harus lebih sering melatih diri bicara di depan umum agar bisa menyampaikan pendapatku di depan banyak orang. Atau melakukan hal positif lainnya agar tidak berhenti pada masalah yang menguras pikiran.
Efek dari Berbincang dengan Diri Sendiri
Percaya atau tidak, aku menjadi lebih tenang setiap kali bicara dengan diri sendiri. Seolah ada orang lain yang mendengarkan semua keluh kesahku tanpa khawatir ceritaku disebar luaskan. Diri sendiri adalah teman paling setia menurutku. Teman yang tidak akan pergi meninggalkan kita sekalipun kita berbuat kesalahan fatal.
Aku menemukan ketenangan setiap kali berbincang dengan diri sendiri. Hal itu bisa aku lakukan ketika aku berada di tempat sepi dan memang butuh sendiri untuk memahami masalah yang aku alami.
Mungkin karena pada dasarnya aku introvert, jadi aku lebih nyaman berada di tempat yang sepi dan membutuhkan kesendirian untuk menjernihkan pikiran. Tapi aku rasa semua orang juga harus menyisihkan waktu untuk sendiri. Seorang ekstrovert sekalipun.
Kamu bisa melakukannya dengan cara kamu sendiri. Travelling ke Cappadocia misalnya, atau solo travelling ke tempat wisata favorit. Aku ingin melakukannya suatu saat nanti. Mudah-mudahan tercapai ya Allah.
Bagaimanapun juga, diri sendiri adalah sosok yang paling jujur dan paling bisa dimengerti. Bahkan tempat untuk kita bisa introspeksi diri. Hasilnya luar biasa di aku. Bagiamana denganmu. Sudahkah kamu bicara dengan diri kamu sendiri sampai saat ini?
Bagi pengalaman yuk.
**
3 Comments. Leave new
Gak ada orang yang memahami diri sendiri lebih baik kecuali sampai kita ada di titik berbincang dengan diri sendiri. Aku juga pernah mengalami hal ini..
Dan rasanya setiap hari nangis tuh, udahlah mata sakit badan sakit, kepala pusing, tapi itu harus keluar, buatku.
Karena itulah hal yang aku rasain dan menikmati setiap kesakitan tersebut.
Semoga apapun yang terjadi dalam fase kehidupan kita menjadikan diri lebih dewasa dan bijaksana.
Aaamin. kita harus sering bicara dengan diri sendiri ya mbak agar makin kuat dan bisa menerima apapun yang terjadi dengan diri kita
Sebenernya bukan terpuruk sih, tapi lebih ke nggak percaya sama diri sendiri aja, akutuh gitu, hehe.. Tapi alhamdulillah sekarang sudah banyak mengerti kalo diri sendiri ternyata perlu perhatian yg lebih supaya bisa jadi pribadi yg lebih baik ke depannya.
Sama-sama semangat yah, Mbak