Terkadang saya berpikir, hanya orang jahat saja yang akan mendapatkan perlakuan buruk dari orang lain akibat perbuatannya yang menyakiti banyak orang. Faktanya, orang baik pun tak pernah luput dari hinaan dan cacian dari orang lain.
Nabi Muhammad SAW saja yang sudah dijamin masuk surge dan didaulat sebagai orang paling baik dan disayang oleh Allah, masih mendapatkan perlakuan tidak baik dari orang-orang suku Quraisy dan orang yang tidak menyukainya. Apalagi kita yang tidak mendapat gelar ‘Nabi’ atau orang yang mulia di mata Allah.
Memaafkan kelihatannya sangat sederhana sekali dan mudah diucapkan. Tapi prakteknya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi jika orang yang menyakiti kita adalah orang yang paling kita sayang di dunia ini. Seperti yang saya alami. Saya disakiti oleh adik kandung sendiri.
Daftar Isi
Mengapa Saya Disakiti?
Pertanyaan seperti itu sering datang ketika saya mengingat semua perbuatan adik kandung yang tega menyakiti hati saya. Apa yang sudah saya lakukan kepadanya selama ini, sehingga membuatnya sangat membenci saya.
Seingat saya, dia adalah adik kesayangan saya sejak kecil. Kami lima bersaudara. Saya sulung dan dia anak keempat. Sejak kecil, kami tidur satu kamar. Kemana-mana dia selalu ikut kemanapun saya pergi. Dari semua adik-adik saya, dia adik yang paling saya sayangi. Jika ditanya kenapa, saya tidak tahu. Ada kedekatan emosional antara saya dengannya.
Saat magang, saya yang mencarikan tempat kerja di tempat kerja saya dulu di Jakarta. Ketika dia ada masalah, curhatnya juga ke saya. Ketika dia capek, saya juga pernah memijit badannya. Saya bahkan yang membantunya mengerjakan semua PR selama dia sekolah.
Saya sebenarnya tidak ingin mengatakan kebaikan apapun yang pernah saya lakukan padanya. Karena kebaikan saya tidak seberapa jumlahnya. Saya mencoba mencari kesalahan saya yang mungkin saja membuatnya sakit hati dan tega mengatakan kata-kata kasar pada saya. Tapi saya tidak berhasil menemukannya.
Satu-satunya yang membuat saya shock adalah perkataannya yang menghina saya karena pekerjaan saya yang tidak sebagus pekerjaannya. Juga masih banyak lagi yang tak pernah saya duga sebelumnya. Saya menangis, dia malah tertawa dan terus mencaci maki saya.
Sakit sekali hati ya Allah.
Anggaplah saya punya kesalahan fatal padanya. Saya sudah minta maaf dan berjanji untuk tidak menghubunginya lagi. Tapi sepertinya itu tidak cukup. Caci maki itu tetap diberikan kepada saya, bahkan kepada suami saya.
Saya lemas, down dan tak bisa berbuat apa-apa lagi. Selain adik saya, ada lagi yang juga tega menyakiti hati saya. Orang dekat juga. Dan saya mencari tahu kesalahan apa yang saya lakukan sampai saya disakiti seperti ini.
Belajar dari Hal Kecil. Memaafkan Orang Lain
Saya termasuk orang yang mudah down ketika disakiti orang lain. Sakitnya begitu membekas dan sulit bagi saya untuk memaafkan. Akhirnya timbul dendam dan keinginan untuk membalas. Itu dulu. Sebelum saya melihat orang lain yang bisa memaafkan siapa saja yang menyakiti hatinya.
Abdur Rahman adalah laki-laki biasa yang dari luar terlihat pendiam, cuek dan terkadang membentak orang lain yang mengebut di jalanan saat jalan raya sedang ramai. Namun, di balik sikapnya yang spontanitas tersebut, siapa yang menyangka jika dirinya adalah orang yang sangat pemaaf.
Mas Rahman, begitu biasanya dia disapa sangat menjaga privasinya dan melindungi orang-orang yang disayanginya. Pepatah yang mengatakan orang baik juga ada yang membenci, saya lihat pada laki-laki yang kini menjadi suami saya itu.
Saya melihat sendiri, bagaimana ada saudaranya sendiri yang tega memfitnahnya, memojokkannya bahkan adik saya ikut menghinanya. Tapi apa yang dilakukannya?
Suami saya tidak pernah membalas orang-orang yang menyakitinya. Dengan sabarnya, dia membiarkan orang-orang itu memfitnahnya dan menghinanya, lalu mempasrahkan semuanya kepada Allah. Semua ada balasannya. Jika kita berbuat baik, maka kebaikan itu akan kembali kepada kita. Sebaliknya jika kita ikutan jahat, sama saja dong kita dengan mereka. Biarkan saja, Allah yang akan membalas setiap perbuatan hamba-Nya. Kembalikan saja semuanya kepada Sang Pencipta.
Saya pernah bertanya. Apakah ada dendam di hatinya atas perlakuan tidak adil yang menimpanya. Ternyata jawabannya adalah tidak. Suami saya ikhlas memaafkan orang-orang yang menyakitinya dan memasrahkan semuanya kepada Allah. Suami saya bahkan tetap berbuat baik kepada orang yang menyakitinya.
Saya iri, karena saya belum bisa dalam tahap memaafkan sedalam itu. Saya pun diajarkan suami untuk ikhlas menerima hinaan. Yang penting kita jangan membalas dengan hal yang sama. Maafkan dan pasrahkan semuanya kepada Allah. InsyaAllah hati akan tenang. Benar saja, saya mencoba mempraktekkannya dan hasilnya luar biasa. Hati saya lebih tenang dan saya banyak menangis di hadapan Allah.
Baca juga :
Cara Efektif Memaafkan Orang yang Menyakiti Kita
Dari suami, saya belajar banyak tentang bab memaafkan orang lain. Saya yang awalnya down karena mengira saya berbuat kesalahan fatal atau saya yang jadi tokoh jahatnya, sekarang sudah saya ubah mindsetnya.
Bukan orang jahat saja yang dapat perlakuan jahat. Orang baik pun ada yang menyakiti. Kata ustadz, itu tandanya kita mau naik kelas. Makanya diuji kesabarannya melalui banyak cobaan. Salah satunya ya adanya fitnah dan kejahatan lainnya. Para Nabi saja melalui ujian ini. Apalagi kita yang anak bawang.
Beberapa cara yang bagi saya efektif untuk belajar memaafkan orang lain yaitu :
-
Tingkatkan Ibadah Agar Hati Lebih Tenang
Agama Islam memberikan cara untuk menghilangkan amarah yang sedang menguasai kita yaitu dengan diam. Jika tidak bisa maka duduklah, jika marahnya masih marah, maka tidurlah. Jika masih ada marahnya, maka ambil air wudhu lalu sholat. Selesai sholat berdoa kepada Allah dengan segenap hati. InsyaAllah amarahnya akan reda dengan sendirinya.
Saya merasakan sendiri hasilnya. Setiap kali selesai sholat, saya bisa menangis sejadi-jadinya. Setelah itu hati saya plong. Saya juga mulai mengamalkan ibadah sunnah seperti sholat sunnah, lebih sering membaca alquran, membaca amalan-amalan dan berbagai ibadah lainnya.
Hati menjadi tenang saat kita berpasrah kepada Allah dan mengadukan semuanya kepada-Nya. Bukankah doa orang tersakiti atau terdzolimi itu langsung diijabah Allah. Dulu saya sering doa yang jelek-jelek dengan maksud membalas perlakuan orang yang menyakiti kita. Tapi sekarang tidak lagi.
Rugi dong. Ketika doa kita langsung diijabah oleh Allah, maka doakan yang baik-baik. Karena doa itu akan kembali kepada diri kita. Jadi saya minta dilancarkan rejeki, panjang umur, kesehatan yang baik dan doa baik lainnya. Doa itu untuk kita. Jika kita doa yang jelak, maka doa jelek itu juga untuk kita. Jadi manfaatkan untuk berdoa yang baik-baik saja agar kehidupan kita menjadi lebih baik.
-
Beri Waktu untuk Diri Sendiri
Tak bisa dipungkiri jika tersakiti itu bisa menimbulkan trauma yang mendalam pada diri kita. Itu yang salah alami. Saya trauma sekali dan rasanya tidak ingin bertemu dengan orang yang menyakiti saya. Trauma itu membuat saya depresi berkepanjangan.
Cara terbaik untuk memandamkan amaraha di dalam hati adalah dengan memberi waktu kepada diri sendiri untuk menyendiri. Menjauh dari orang yang sudah memberikan luka batin yang teramat dalam. Bukan memutuskan silaturrahmi ya. Tapi menghindar agar kesehatan mental tidak jatuh dan tetap waras.
Memberi waktu kepada diri sendiri akan membuat pikiran jadi lebih jernih, sehingga amarah pun bisa lebih terkontrol dan hati menjadi lebih tenang.
-
Menghilangkan Rasa Benci yang ada pada Diri Sendiri
Saya bisa sangat benci kepada orang yang menyakiti saya dan mengucapkan sumpah serapah. Tapi itu dulu. Sekarang setelah saya mencontoh tindakan suami saya, amarah saya bisa lebih terkontrol. Saya pun berusaha untuk menghilangkan rasa benci yang terlanjur muncul akibat hati yang tersakiti.
Caranya dengan mengingat semua kebaikan dia. Kalaupun tidak ada, ingat betapa saya dulu saya sangat menyanyangi adik saya. Lalu ucapkan istighfar terus menerus agar dendam di hati pergi. Setelah itu lupakan dan alihkan perhatian dengan melakukan kegiatan positif yang tidak berhubungan dengan orang yang menyakiti kita.
-
Membuka Empati pada Orang yang Menyakiti kita
Empati adalah rasa kasihan dan iba yang ditunjukkan dengan perbuatan untuk menyantuni. Jadi tidak hanya simpati dengan mengucapkan kasihan tanpa melakukan tindakan nyata. Empati cenderung berkaitan dengan tindakan nyata untuk memaafkan dan merangkul orang yang kita kasihani.
Kita tak pernah tahu apa yang sudah kita lakukan kepada orang yang menyakiti kita. Bisa jadi dulunya kita pernah melakukan sesuatu yang menyakiti dirinya dan dirinya sedang membalas dendam kepada kita. Sudahi dendam-dendaman ini dan sambutlah dengan tangan terbuka.
Saya mencoba melakukan ini kepada orang yang sudah menyakiti saya. Meskipun masih belum sepenuhnya bisa, setidaknya saya sudah mencoba. Insya Allah lama-kelamaan ada hasilnya juga.
-
Mengingat Kebaikan Orang yang Menyakiti Kita
Saya mengingat kebaikan apa yang sudah dilakukan adik saya di masa lalu. Semakin diingat, semakin tidak saya temukan. Justru saya lebih banyak mengingat semua ulahnya yang membuat saya geleng-geleng kepala. Anehnya saya tetap menyanyanginya dengan tulus.
Saya senang membantunya belajar, senang menemaninya jalan-jalan saat dia ngambek gak mau kerja atau menemaninya begadang mengerjakan tugas kantor dan memeluknya saat dia menangis setelah dimarahi bos.
Saya rela melakukan apapun demi adik saya. Makanya saya kaget ketika dia bilang ke suami saya bahwa saya sudah berubah dan tidak seperti dulu lagi yang bisa menjadi tempat curhatnya. Adik saya kehilangan saya dan saya tidak menyadari bahwa itu melukainya.
Kenangan indah saat saya dan adik saya merantau ke Jakarta membuat saya menangis di saat-saat tertentu. Dia sangat penurut dan sangat dekat dengan saya. TIdak heran jika saya shock saat adik kesayangan saya tiba-tiba mengatakan kata-kata kasar yang begitu menyakitkan.
Saya sudah memaafkan adik saya dan merindukan kenangan indah dulu kembali lagi.
Kesimpulan
Belajar memaafkan terlihat seperti hal yang sangat biasa dan sederhana. Nyatanya tidak sesederhana itu. Apalagi jika kita disakiti begitu dalam yang membuat kita trauma. Butuh proses dan waktu untuk melupakan rasa sakit.
Kesehatan mental taruhannya dan itu berpengaruh pada kesehatan fisik dan juga rasa percaya diri menghadapi hidup. Lima cara yang saya bagi di atas, sudah saya praktekkan dan Alhamdulillah sudah bisa mengurangi rasa sakit akibat disakiti.
Satu hal yang perlu saya tanamkan pada diri sendiri. Kita tidak harus salah untuk dibenci orang lain. Kadang kita sudah melakukan hal yang benar saja, masih ada yang tidak suka dengan kita. Bukan tugas kita untuk menyenangkan hati semua orang. Jika ada yang tidak suka dengan kita dan menyakiti kita, berusahalah untuk memaafkan dan melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda.
Semoga cara yang saya lakukan ini bisa bermanfaat dan menolong teman-teman yang mengalami masalah yang sama dengan saya ya. Aaamiin.
**
Referensi :
28 Comments. Leave new
Tidak mudah tapi bukan berarti tidak bisa ya mbak, butuh waktu itu pasti. Semoga kita yang berniat baik dikelilingi oleh orang-orang baik pula ❤️
Aaamin. Ini yang aku percaya mbak. Kita jadi baik karena dikelilingi orang-orang baik. karena kebaikan itu menular.
menyibukkan diri dengan hal-hal positif, kerjaan, upgrade diri juga bisa sih ya, biar kita lupa sama masa lalu yang menyakitkan
Nah ini solusinya. Terima kasih mbak. Aku coba lakukan ini
mashaAllah luar biasa semoga dengan ikhlas dan memaafkan hidup mba sekeluarga jadi berkah
Aaamin ya Allah. Terima kasih doanya mbak
Nggak mudah sih emang. Aku akui itu. Apalagi kalau sudah sakit hati.
Tapi, kalau aku mah lebih ke beri waktu untuk diri sendiri dulu ya. Maksudnya, aku pilih diam, mendiamkan orang yang membuatku sakit.
Nanti kalau gejolak nya udah mereda. Baru deh. Nyamperin dia lagi.
gitu ya caranya. Makasih mbak. soalnya aku pasti gak mau nyamperin dia dulu deh sebelum dia minta maaf. Tapi ternyata itu salah ya. Baiklah, sekarang belaajar untuk memaafkan diri sendiri dulu dan berdamai
Bener banget mbaa, biasanya aku akan ambil dari sudut pandang yg berbeda untuk punya sudut pandang baru dan biar aku ngga ikutan marah juga gitu. Meskipun marah itu wajar yah, tapi berusaha kutahan dulu deh kalau bisa, dipikir dlu dalam2 haha
Keren mbak Jihan bisa meredam amarah dengan mencerna lebih dulu. Kalau aku udah panikan dan suka keluar gitu aja. Langsung nangis deh gak bisa berhenti
Ikhlas itu memang ilmu yang sulit. Benar butuh menenangkan dan berdamai dengan diri, sehingga bisa untuk menerima dan lekas untuk move on biar gak bikin sakit kepala juga
obat sakit kepala udah gak ada di warung ya bund. Ke apotek jauh, ke dokter apalagi. makanya sehat sehat aja hati kita biar gak ikutan sakit fisik kita
betul banget mbak, sungguh sulit memaafkan. tapi semakin dewasa ini aku bisa lebih meredam sih, cukup dengan tau kualitas hidup orang yang nyakitin kita kayak gimana sekarang.
Maafkan itu butuh kedewasaan berpikir ya mbak. Semakin ke sini itu yang akhirnya saya pahami dan saya masih belajar untuk menjadi lebih dewasa
Wah emang masih harus belajar seumur hidup yah tentang bab memaafkan ini ya mba. Hebat banget paksu yang hatinya selapang samudra. Jadi teringat gimana kesabaran dan ketelatenan beliau merawat ayah yang sakit. Sehat2 ya mbaa..
Aaamin. Terima kasih doanya mbak Lintang. Semoga kita diberi hati yang lapang juga agar mudah memaafkan ya. Aaamiin
Memaafkan dan ikhlas itu adalah ilmu tingkat tinggi berarti ya, Kak. Mengucapkan kata maaf mungkin gampang, tapi memaafkan yang sesungguhnya jelas sulit dan biasanya juga sulit terlupakan eh. Salut sama suaminya Mbak yang sabar banget gitu.
Alhamdulillah mbak. Saya belajar ikhlas dari paksu. Semoga saya juga bisa seikhlas itu memaafkan orang lain
Bener banget si Mba memaafkan itu susah banget. Tapi terkadang merasa lelah dan akhirnya minta pertolongan sama Allah. Walau menuju tahap ikhlas itu sulit, tetapi tidak ada lagi perasaan untuk balas dendam. Biarkan saja Allah yang membalasnya.
Nah itu dia yang jadi dilema. Biarkan Allah saja yang membalasnya. Semakin mengerti hukum semesta, saya semakin takut. Jika kita doa yang jelek dan sesuatu yang buruk terjadi pada orang yang kita sumpahi, kita akan menyesal dong. Apalagi itu adik kita yang kita sayangi. Makanya saya belajar untuk doa yang baik dan mengubah doa saya. Karena setiap doa itu akan kembali ke kita. jika doanya baik, kebaikan itu yang akan kembali ke kita. jika doa kita buruk, keburukan itu juga akan kembali ke kita. Nah rugi kan. makanya doa yang baik aja mbak. Minta agar orang yang menyakiti kita diberi hidayah.
Aku pernah mendengar ucapan seseorang Mbak, seorang kaka itu rela mati untuk adiknya, tapi sebaliknya, adiknya bisa tega membunuh kakaknya.. Yaa, seperti kita sayang banget ama adek kita tapi dia tega menyakiti kita. Perihal maaf memaafkan memang tidak mudah, hanya waktu yang bisa menjawab.
Itulah keegoisan seorang adik. maunya dimengerti terus. kalau salah dikasih tahu dengan cara yang halus, dirangkul. Tapi begitu kakaknya yang salah, dimaki tanpa punya hati. Kalau sudah minta maaf, luluh deh hati kakaknya. Eh si adik kayak gak punya dosa. Kita sebagai kakak aja yang harus sabar dan mengalah
saya tipe orang yang pendendam. Biasanya kalau ada yang menyakti hati saya, saya akan menjauhinya dan tidak mengindahkannya. Meski sakit hatimemang kita harus intropeksi diri. Saya tapi terkadang nggak paham apakah jika memaafkan tapi tidak bisa melupakan, apa itu sudah namanya benar-benar memaafkan?
Sama mbak. saya juga gitu. Tapi jika memendam dendam terus menerus, capek juga kitanya. Sekarang saya belajar melepaskan. Belum bisa sepenuhnya sih. masih tahap belajar, semoga bisa. Aaamiin
Benar memaafkan itu sulit ya Allah. Astaghfirullah. Saya juga masih punya kesal sama orang bahkan mau negur aja sulitt
Sama sama belajar memaafkan yuk mbak. Kelihatannya saja sulit. saya pun juga merasakan kesulitan itu. tapi saya belajar untuk ikhlas dan membuang rasa dendam. semoga kita bisa
Tahu rasanya. Memaafkan memang tidak pernah mudah, apalagi pada orang yang sudah sangat menyakiti hati kita tapi ya menyimpan dendam juga nggak baik jadi kudu belajar ikhlas dan memaafkan.
Nah saya suka sekali dengan kalimat penutupnya
“Bukan tugas kita untuk menyenangkan hati semua orang. Jika ada yang tidak suka dengan kita dan menyakiti kita, berusahalah untuk memaafkan dan melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda”
Kalimat penutupnya itu murni dari suara hati saya mbak. Semacam menasehati diri sendiri. Karena pada dasarnya masih susah untuk memaafkan kalau mengingat rasa sakit yang dibuat begitu besar. Padahal saya sayang banget sama orang yang menyakiti saya. Beda kalau yang menyakiti orang lain yang tidak kita kenal.