Kalau ditanya sejauh apa kecintaanmu pada ilmu fisika? Saya akan jawab biasa saja. Karena saya lebih cinta biologi dan kimia. Fisika urutan keempat dalam rangking di hati. Karena ada matematika yang mengalahkan fisika di tangga ketiga.
Oke, lalu kenapa kamu malah masuk jurusan Fisika saat kuliah? Kecelakaan.
Yah, saya memang bisa mengartikan fisika adalah kecelakaan dalam hidup. Karena pada saat pemilihan jurusan ketika kelas 3 SMU, saya masuk dalam daftar undangan untuk masuk kampus. Artinya tanpa tes sudah bisa masuk. Tidak perlu ikut ujian masuk perguruann tinggi dan bersaing dengan puluhan ribu siswa di seluruh Indonesia.
Kedengarannya keren ya. Apalagi syarat undangan ini adalah nilai raport mulai kelas satu sampai kelas 3, minimal harus 7. Tidak boleh ada angka 6. Dan Alhamdulillah-nya, nilai saya berkisar di angka 8 dan 9. Nilai 7 hanya satu dua. Dan itu pun ada di kelas dua. Dimana ketika itu, rangking saya jatuh dari rangking 1 ke rangking 6. Dilemma kelas berat. Untung di kelas 3 bisa manjat lagi, meskipun hanya sampai di peringkat 2.
Nilai tertinggi saya adanya di biologi. Karena itu undangan masuk kampusnya saya isi dengan fakultas kedokteran. Mirisnya, saya malah berdoa supaya tidak lolos. Karena saya baru sadar kalau biaya masuk kedokteran itu super mahal. Darimana orang tua saya bisa dapat uang sebanyak itu.
Saya percaya kalau Tuhan selalu mengabulkan doa hamba-Nya. Karena itu saya senang ketika saya tidak lolos masuk kedokteran, karena kalah saing dengan siswa dari SMU pilihan lainnya. Hingga akhirnya saya ikut tes masuk perguruan tinggi negeri bersama puluhan ribu siswa di seluruh Indonesia.
Sebenarnya ujiannya bagi saya biasa saja. Yang bikin ngeri dan terkesan memberatkan adalah kata-kata “saingan puluhan ribu siswa di seluruh Indonesia. Sementara yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri hanya puluhan saja. Tidak sampai seratus siswa.”
Itu yang seharunya tidak sampai terdengar di telinga kita. Karena bisa bikin down. Untunglah saya tak pernah melihat ke “puluhan siswa itu”. Hanya pada diri sendiri dan soal yang sudah dipelajari. Mungkin itu yang membuat saya focus. Tidak melihat kepada banyaknya rival. Karena toh mereka tak berpengaruh pada nilai saya kan. Percaya saja pada materi yang sudah dipelajari dengan serius di rumah.
Jadi ingat saya dengan salah satu murid saya ketika saya jadi tentor fisika di sebuah bimbingan belajar. Christian namanya. Anaknya sebenarnya pintar. Nilainya bagus-bagus dan anaknya pun mudah focus. Hanya saja kalau menghadapi ujian apalagi try out, anaknya mudah down karena melihat saingannya yang banyak. Akibatnya nervous duluan dan kalah sebelum perang. Grogi sebelum ujian.
Bisa ditebak ya kalau nilainya selalu anjlok tiap ujian. Sementara jika ulangan biasa di kelas, dengan saingan hanya teman satu kelasnya saja. Nilainya selalu bagus. Sayang banget kan. Padahal kalau soal tryout dikerjakan ulang olehnya, nilainya bisa bagus. Karena dia mengerjakan sendiri dan tanpa saingan. Nah, bagaimana kalau saingannya seluruh siswa di Indonesia. Belum apa-apa sudah pingsan duluan kali. Hadeh…
Singkat kata, saya lolos masuk kampus impian mengalahkan puluhan ribu siswa yang mendaftar di jurusan yang saya pilih. Bayangkan, yang diterima hanya 63 mahasiswa. Sementara yang berminat mencapai ribuan. Bagaimana nasib mereka yang tidak lolos ya? Oke, jangan dibayangkan. Nanti bikin saya nangis. Hiks.
Oh iya, perlu dicatat juga kalau fisika adalah pilihan kedua saya. Sementara pilihan pertama saya tujukan ke arsitek. Mungkin doa guru fisika saya lebih manjur ya, karena beliaulah (Pak Samsudin namanya), yang meracuni saya untuk masuk fisika. Hingga akhirnya terdamparlah saya di jurusan MIPA. Kampus Brawijaya Malang.
Anehnya, saya tidak merasa sangat bahagia ataupun sedih saat itu. Semuanya biasa saja. Diterima masuk, ya Alhamdulillah. Sudah. Tidak seperti para tetangga saya yang bingung setengah mati menunggu pengumuman UMPTN. Sampai begadang sehari sebelum pengumuman, mencari Koran lebih pagi. Karena hasil pengumumannya ada di Koran. Bahkan para orang tua yang ikutan stress menunggu nasib anak mereka.
Tetangga saya melakukan itu. Saat itu, dalam satu kampung. Ada beberapa teman yang seangkatan sama saya. Sebagian besar mengikuti tes UMPTN untuk masuk kampus Brawijaya Malang. Dan yang berhasil masuk hanya dua. Yaitu saya dan Dewi, tetangga dekat rumah. Bedanya, Dewi diterima di jurusan Pertanian. Saya di MIPA. Lainnya, gagal alias tidak diterima kampus.
Streslah para orang tua. Saat itulah saya baru melihat euphoria yang menggila pada hasrat untuk masuk kampus idaman. Sebelumnya saya tidak memperhatikan hal ini. Maklum, saya orangnya sangat tertutup saat itu. Tahunya hanya pelajaran sekolah dan rumah. Sehingga tidak tahu perkembangan zaman. Eh.
Daftar Isi
CINTA BERUBAH BENCI
Fisika ternyata menyenangkan juga. Meskipun bukan yang terfavorit di hati saya, rupanya saya berhasil tersihir loh dengan segala sesuatu yang berbau fisika. Hingga akhirnya peringkatnya naik jadi nomor satu di hati saya. Mengalahkan biologi, kimia dan matematika. Masalahnya di dalam kampus, saya tidak hanya belajar materi perkuliahan. Tapi juga bergaul dengan teman. Daaan mengenal yang namanya “pacar”
Sudah deh, buyar segala konsentrasi semula. Ayah saya benar-benar menjaga saya dari satu hal ini. Jangan pacaran dulu kalau belum bisa jadi orang. Tapi rupanya cinta mengalahkan segalanya. Termasuk petuah ayah yang dulu sempat saya pegang teguh. Yah, singkat cerita. Kuliah saya molor dari target awal. Lulusnya kelamaan dan putus cinta pula. Entah mengapa itu justru mempengaruhi saya pada kecintaan terhadap fisika. Kenapa demikian? Karena mantan saya adalah teman sekelas dan seangkatan di fisika. Itu membuat saya langsung membenci fisika.
Sungguh tidak adil.
Kalau fisika bisa protes, mungkin akan berteriak seperti itu. Mengungkapkan ketidakadilan yang sudah saya lakukan terhadapnya. Bagaimana mungkin sakit hati pada mantan, bisa membuat fisika ikut dibenci. Kan tidak salah apa-apa fisikanya. Saya ingin sekali mengiyakan dan meminta maaf. Tapi setiap kali saya ingat fisika, saya selalu teringat si dia. Hiks.
DILEMA DALAM FISIKA
Ketika lulus dari kuliah, saya sempat berjanji pada diri sendiri. Untuk tidak bekerja pada apapun yang ada hubungannya dengan fisika. Saya ingin menghapus fisika dalam hidup saya. Tapi bagaimana mungkin. Apalagi saat itu saya diterima bekerja sebagai tentor di sebuah bimbingan belajar. Tentornya jelas tentor fisika dong. Karena background pendidikan saya kan sarjana fisika.
Oke, saya berusaha berdamai dengan diri sendiri. Bahwa fisika harus diperlakukan adil dalam hati saya. Pisahkan dari si dia. Tapi sekali lagi, ternyata itu tak mudah.
Saya yang mudah galau pun sering menulis dan mengungkapkan isi hati. Hingga akhirnya saya menemukan kecintaan baru. Yaitu ilmu kepenulisan. Saya dalami dan pelajari. Ujungnya saya dikenalkan dengan naskah skenario yang menjadi tujuan puncak saya dalam menulis cerita.
Ada gairan tersendiri ketika mempelarinya. Berbeda ketika saya mempelajari fisika. Seolah ada jawaban dalam hati saya. Tidak ada fisika dalam naskah. Pelajarilah dan hiduplah bersamanya. Finally….
Hati saya bersorak ketika saya menemukan kebenaran dalam suara hati saya. Naskah memberi saya banyak ilmu baru yang tidak berhubungan dengan fisika. Namun pada akhirnya saya merindukannya juga. Sebagaimana merindukan mantan yang mendadak menelpon dan minta maaf. Angin segar dari mana ini?
Sakitnya hati belasan tahun itu sudah pergi. Karena kami berteman kembali. Sama seperti fisika yang akhirnya bisa jadi primadona di hati lagi. Sebagai tanda cinta kasih, saya mengabadikan fisika dalam sebuah buku panduan belajar. Pintar Fisika SMP kelas 7,8,9. Isinya rangkuman materi yang saya susun selama mengajar dulu. Juga ada soal dan jawaban mengacu pada kurikulum 2013.
Buku Fisika ini lahir dari rasa damai di hati saya akan fisika dan si dia. Entahlah, kenapa saya selalu menghubungkan keduanya. Apa karena ada keterkaitan di antara mereka. Kalaupun iya, hati saya yang mengaitkannya dan itu saya sadari pada akhirnya.
Ah, nostalgia. Itulah yang kini saya rasa. Karena banyak cerita yang mengalir dalam fisika. Hingga kini pun masih terasa efeknya. Beberapa di antara seperti ini :
LEBIH SERING MUHASABAH DIRI
Cermin dan lensa diajarkan dalam fisika. Dimana ada cermin cekung, cembung dan datar. Masing-masing memantulkan cahaya yang datang dan menempatkan bayangan pada sisi yang lain. Disadari atau tidak, cermin ini juga ada dalam kehidupan sehari-hari saya. Seolah mengajak saya untuk terus berkaca sebelum bertindak tanduk.
Menjaga mata untuk tak melirik yang lain. Karena sekarang sudah ada pasangan. Menjaga telinga dari omongan tidak berguna dan berita yang ambigu, menjaga mulut dari tutur kata yang menyakitkan. Juga menjaga hati agar selalu bersih.
Hukum snellius berjalan. Dimana cahaya datang menuju titik pusat, akan dipantulkan kembali melalui titik focus. Hasilnya adalah bayangan yang berada di ruangan tertentu. Tergantung dari arah datangnya cahaya semula. Itulah kita, itulah saya. Akibat apapun yang terjadi dalam hidup, tergantung dari bagaimana kita berbuat sesuatu terhadap hidup.
Kebaikan akan menghasilkan kebaikan. Begitu pula keburukan akan menghasilkan keburukan yang sama. Jadi instrospeksi diri lebih banyak ya. Agar tidak mendapatkan keburukan yang pastinya tidak kita inginkan.
Ini bukan perintah, sekedar anjuran pada diri sendiri. Untuk lebih hati-hati dalam berucap, dan bertindak tanduk. Tapi bagaimana kalau kita sudah berusaha baik, masih ada saja yang berbuat tidak baik pada kita. Ya kembali ke diri sendiri. Ikhlas dan doakan yang terbaik untuk dia. Karena doa itu selalu kepada kita sendiri.
Saya sih kalau didzolimi, doa saya cuma satu. Ya Allah, tambahkan rejekiku agar bisa memberi lebih banyak kepada yang lain. Dan beneran loh, rejeki saya ada aja. Datangnya tidak disangka-sangka dan datangnya dari arah yang tidak dituju. Senang kan, bukankah doa orang yang terdzomili pasti dikabulkan Allah. Manfaatkan itu untuk kebaikan. Jangan doakan yang jelek, nanti balik ke diri kita. Rugi sendiri.
ANAK SUKA MENGAMATI GEJALA FISIKA
Saya sempat terpana ketika anak sulung saya suka mengawasi angkasa. Bertanya tentang bintang-bintang, bulan, komet, bintang jatuh dan sebagainya. Anak saya juga selalu bertanya soal roda yang berbentuk bundar. Kenapa gak kotak atau segitiga. Begitu juga dengan pertanyaan kenapa roda selalu berputar dan kipas angin bisa membuat gerah jadi hilang. Belum lagi kecintaannya dengan lup yang katanya bisa membuat kertas terbakar, juga bisa membuat tulisan jadi besar.
Masya Allah, apapun yang ditanyakan anak sulung saya. Berhubungan dengan fisika. Usianya yang memasuki masa golden age membuat saya harus memutar otak ekstra keras, untuk memenuhi rasa ingin tahunya yang besar. Tentunya saya harus kembali belajar, agar bisa menyampaikan dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti. Tuh kan, meskipun sudah emak-emak. Saya dituntut untuk terus belajar. Karena ada anak yang harus ditransfer ilmu.
BELAJAR PRODUKTIF DARI HUKUM NEWTON
Masih ingat dengan Hukum gerak dari Newton. Gaya yang dihasilkan merupakan perpaduan antara massa dan percepatan. Gaya gesek statis dan dinamis juga mempengaruhi gerak benda. Dimana lantai yang licin akan mempermudah gerak benda, dibandingkan dengan lantai kasar. Apa artinya ini dalam hidup?
Produktivitas.
Bagi jiwa yang suka menulis seperti saya, produktivitas itu penting. Dimana dibutuhkan niat, kemauan, dan konsistensi dalam mengerjakannya. Niat dan kemauan adalah massa, sementara konsistensi adalah percepatan. Sementara rasa malas, moody adalah gaya gesek yang menghalau gerak kita. Semakin besar rasa malasnya, ya semakin berkurang gerak kreatif kita. Lama –lama bisa berhenti dan tidak productive lagi.
Harus bagaimana agar tetap productive? Ya dengan mengecilkan gaya geseknya. Kalau dihilangkan mungkin susah ya. Karena ada kalanya kita malas dan moody. Itu manusiawi. Jadi yang bisa kita lakukan adalah menguranginya. Agar tidak mengganggu kreativitas kita. Saya masih berjuang melawan malas dan moody ini. Jadi tetap semangat. Hehe
BELAJAR ILMU PADI DARI ALAM SEMESTA
Siapa nenek moyang dari segala ilmu pengetahuan di dunia ini? Jawabannya adalah fisika. Jauh sebelum manusia diciptakan, ada zat yang diciptakan terlebih dahulu. Yaitu melalui metaha, etana dan campuran zat alam yang membentuk unsur. Unsur tersebut berinteraksi di antara ruang dan waktu membentuk materi tertentu.
Pembentukan alam semesta ini dipelajari di fisika. Setelah itu, barulah muncul ilmu kimia, biologi, matematika, ilmu bumi, dan sebagainya. Jadi tidak akan ada ilmu lain, sebelum fisika lahir. Karena pembentukan bumi ini juga berawal dari fisika.
Tahukah kamu apa artinya?
Kita harus tahu asal usul kita. Jangan sombong ketika sudah mencapai puncak kesuksesan. Karena kita tidak lahir begitu saja. Pasti ada misi yang dititipkan Tuhan untuk kita. Itu yang sedang saya dalami saat ini. Mungkin juga teman-teman sekalian. Ada masanya kita bertanya untuk apa kita hidup, untuk apa kehidupan yang kita jalani saat ini. Sampai pada jodoh yang dipilihkan Tuhan untuk kita.
Ayah (almarhum ) saya selalu berpesan. Jadilah orang yang ngerti. Jangan jadi orang pintar. Karena orang mengerti pasti pintar. Sementara orang pintar kebanyakan keblinger. Terbawa hawa nafsu untuk terus memikirkan harta, jabatan dan segala sesuatu yang bersifat duniawi. Kurang mengerti akan arti kehidupan.
Jadi kalau punya ilmu lebih itu ya berbagi, jangan pelit ilmu. Kalau sudah pinter itu mau ngajari yang belum bisa, intinya jangan sombonglah. Jadilah seperti padi. Makin berisi makin menunduk. Percaya deh, gak akan habis ilmu kalau dibagi bagi. Malah bertambah. Itu yang saya rasakan saat ini. Dapat ilmu skenario, novel sampai bisa buka kelas online. Eh dikasih ilmu blogging. Rejeki gak tuh. Hehe
HIDUP MEMANG HANYA SATU KALI
Albert Einstein terkenal sebagai bapak fisika modern dari teori relativitasnya. Bahwa tidak ada reinkarnasi dalam hidup manusia. Hidup itu hanya satu kali dan mati pun satu kali. Hal yang bisa dilakukan manusia mengenai usia adalah memperpanjangnya. Dari mana? Relative. Dari sudut mana kamu memandangnya.
Artinya apa? Gunakan hidupmu untuk melakukan banyak kebaikan. Karena kalau sudah mati, tak akan ada lagi kesempatan kedua. Hidup ini singkat gais dan hanya sementara. Jangan kebanyakan mikirin dunia, lalu lupa akherat. Rugi. Apalagi mikirin mantan ang sudah bahagia bersama yang lain. Hello…
Kalau diruntut lagi, masih banyak loh aspek fisika yang bisa diambil pelajarannya. Karena pada dasarnya fisika itu dari hati ke hati. Lima contoh di atas hanya beberapa. Kalau dipaparkan semuanya, bisa-bisa tulisan ini jadi jurnal ilmiah. Hehe. Atau teman teman ada yang mau menambahkan? Sharing deh di kolom komentar. Yuk
20 Comments. Leave new
Hallo mbak Wahyu,
Salam kenal ya. Saya suka banget dengan tulisan mbak tentang fisika ini. Sepertinya mbak dan fisika jodoh, putus nyambung beberapa kali tapi terus nyambung hehehe.
Saya juga suka dengan analogi fisika nya dikaitkan dengan kehidupan ini.
Saya sendiri kurang menyukai fisika tapi hidup dikelilingi oleh para penggemar fisika. Sahabat saya dulu di SMA suka banget sama fisika, alhasil pr saya sering dibantu (dikerjakan) oleh dia. Kecengan jaman kuliah juga anak fisika. Sekarang saya bersuamikan saya yang juga menyukai fisika. Kalau saya dan fisika sepertinya saya lari dikejar-kejar fisika terus hehehe.
Btw, Gimana ceritanya beralih ke naskah mbak?
wah makasih sudah suka. jangan kari dikejar fisika kak. capek larinya. hehe… sekarang naskah sih, dan insyaAllah kelak ingin bikin film yang berhubungan sama fisika. entah kapan. semoga bisa ya. lagi belajar film saya. doain ya
Bagaimana sebuah tulisan yang lahir dari jatuh bangun tentang fisika menjadi semenarik ini? Rasanya seperti membaca rangkuman novel perjalanan dosen fisika hehehe
Langgeng terus dengan Fisika, ya, Mba
Alhamdulillah sudah langgeng sekarang. gak putus nyambung lagi sama fisika. hehe. makasih kak udah mampir dan suka tulisan saya.
Kalau dengar kata FISIKA jadi ingat guru saya waktu SMA. Dari 3 mata pelajaran IPA, Fisika adalah kelemahan saya. Sampe guru saya bilang kalau saya sampai punya nilai 9 untuk fisika… Beliau akan sujud syukur… Sayangnya saya enggak pernah dapat segitu karena saya memang g suka fisika. Jadi saya merasa wow sekali kalau lihat guru atau ahli fisika yang bisa mencintai ilmu satu ini, hehe.
saya mencintai fisika melalui proses mbak. gak langsung. awalnya biasa saja. karena nyemplung jadi suka dan akhirnya cinta. tapi pernah sempat benci loh, gara gara ada cinta yang patah di dalamnya. sampai sekarang sudah bisa damai. kayak cerita romansa anak pacaran kan. hehe
Wah ternyata awalnya gak mau fisika ya Mbak hehe. Keren sudah ada buku solo sendiri yang sesuai bidang studi. Sukses terus Kak Indah doakan aku juga bisa bikin buku solo hehe
Aaamiin. aku doaian ya mbak. buku solonya majang di toko buku. ntar aku beli.
anak sulung mba kritis juga ya. kalau ibunya gak belajar susah juga jawab pertanyaan mereka. ini salah satu bukti kalau jadi wanita gak boleh cuma bisa urusan dapur aja.
bener banget. apapun yang saya lakukan,dselalu dia tiru dan tanyakan. kayak sekarang lagi sibuk laptopan.eh dianya pengen diajarin ngetik di laptop juga. yo weslah sak karepmu leh, seng penting pinter ya. hehe
Wah ketemu sama yg pinter Fisika nih, toss Mbak,, nilai Fisika saya pas SMA standar2 aja hihi…7-8. Gitu aja langganannya. Beda ama Biologi dan Kimia 9-10. Btw udah cinta banged itu sama Fisikanya ya Mba Indah… sampe ada buku karangannya, selamat ya
Eh typo ding… mau ngedit udah ga bisa lagi. Toss di sana maksudnya yg suka Biologi itu lhoo… kl Fisikanya standar aja kl sy hihi
sama mbak. saya juga awalnya menilai fisika standart. lalu jadi cinta dan berakhir benci. alhamdulillah sekarang sudah damai. gara gara si dia nih. hehe
makasih kak. alhamdulillah bukunya lahir, hasil ngajar di bimbel. biar ilmunya gak ilang. kalau mau lihat materi fisika smp. cuz mbak langsung beli buku saya ya. hehe
Keren mba kalo melihat fisika dari sisi yang berbeda. Jadinya banyak banget pelajaran yang bisa kita petik. Saya dulu suka fisika karena gurunya mengasikkan. Tapi saya jadi anak IPS karena saya gak mahir kimia. Kebetulan perkenalan pertama dengan kimia tidak mulus karena gurunya kurang pintar menjelaskan.
Nah, guru punya pengaruh juga kan ternyata. memang semuanya berawal dari penjelasan kok. tapi guru fisika saya dulu gak menyenangkan, saya tetap suka fisika. meskipun masih biasa saja awalnya. hehe
Wah ternyata mba indah alumni brawijaya yaa. Kalau kakak saya Biologi Brawijaya, hehee. Keren banget buat saya yang ngga suka banget sama fisika sejak SMP hehe. Ngga pernah dapat jodoh guru yang bikin saya suka sama fisika. Padahal, ilmunya masyaAllah banget ya mbaaa. Kalau belajar sekarang, telat ngga ya, hihi
gak ada kata terlambat untuk belajar. otak manusia itu tanpa batas kok. yuk belajar hal kita senangi. gak harus fisika kan. hehe
Dari semua MIPA, saya paling suka Fisika. Dari semua teori yg ada, saya jatuh cinta sama medan kuantum. Semoga someday bisa ketemu kamu mbak, bicara soal fisika, hati dan skenario hehe
yuk ketemuan. kan satu kota kita. hayook wes kapan