Setiap manusia pasti punya keinginan dasar sebagai salah satu bentuk kodratnya. Akal, pikiran dan nafsu. Itulah yang membuat manusia lebih tinggi derajatnya dari makhluk lainnya. Sebagai manusia yang berakal, berpikiran dan punya nafsu, saya pun tidak lepas dari kodrat manusiawi. Sama seperti manusia lainnya, saya pun punya keinginan dalam menjalani kehidupan ini. Baik keinginan standar macam makan, minum, berpakaian sampai keinginan berbentuk mimpi.
Mimpilah setinggi langit sudah menjadi quote di luar kepala yang dihafalkan banyak orang. Mimpi baru bermunculan setiap malam. Membuat saya dan manusia lainnya punya semangat untuk melanjutkan hidup dan mengisinya dengan hal-hal positif. Saya pun juga begitu. Namun kadang tak semua mimpi itu indah dan tidak semua mimpi menjadi nyata. Namun saya yakin dengan ikhtiar dan tekad yang kuat, siapapun bisa memujudkan mimpinya. Sayangnya meskipun kita sudah mengerahkan semua kemampuan kita, kadang mimpi itu tinggallah mimpi dan belum terwujud sampai sekarang. Saya pun mengalami hal itu. Ada beberapa mimpi saya yang masih bersemayam di otak. Niat sudah ada, tapi pelaksanaannya yang belum. Apa sih mimpi saya yang tertunda itu. ini dia:
1. MEMBUAT BIMBEL SENDIRI
Dari dulu saya suka mengajar. Ketika saya masih sekolah di bangku SMU, saya terbiasa memberi penjelasan kepada teman-teman mengenai pelajaran yang belum mereka mengerti. Ketika kuliah saya sudah mulai memberikan les privat maupun di bimbel. Apalagi backgroud pendidikan saya adalah sarjana Fisika. Orang pasti mengira saya bakalan berkarir jadi guru Fisika atau tidak tentor bimbel. Dan pilihan saya jatuh ke pilihan kedua. Yaitu tentor bimbel.
Menjadi tentor lebih menyenangkan bagi saya. Karena bebas dalam memberikan metode ajar, berbeda dengan guru yang dibatasi oleh kurikulum. Karena nyamannya itulah saya sampai berkeinginan untuk membuat bimbel sendiri. bahkan saya sudah menyiapkan namanya. Yaitu rumah belajar ATTHARIZ. Diambil dari nama anak pertama saya. ATTHARIZZ ALTAFIO ZAIDAN RAHMAN. Tapi apa dikata. Keinginan itu masih tersimpan di otak. Belum terealisasi.
Saya sudah melalang buana dari satu bimbel ke bimbel lainnya selama kuliah. Sampai saya jenuh dan akhirnya mencari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan fisika atau bidang eksak lainnya. (akhirnya terdampar di penulis skenario. Gak nyambung banget ya. Hehe…) Nah, terlepas dari semua yang sudah terjadi dan sudah terlanjur terjadi. Saya masih punya keinginan untuk punya bimbel sendiri di rumah. Karena selain menulis, saya juga suka mengajar. Saya juga menulis trik cerdas tanggap fisika untuk SMP dan SMU. Tapi panduan itu saya pakai sendiri dalam mengajar anak didik saya. Masalahnya sampai sekarang keinginan itu mengambang begitu saja. Kenapa?
Kalau ditanya kenapa, alasannya banyak. Pertama, karena saya sudah jenuh dengan fisika dan ada something wrong yang membuat saya trauma di kampus, saya berpikir untuk out of the box saja. Jauh-jauh deh dari fisika. Sehingga saya berkarir di Jakarta di salah satu production House dan berkutat dengan naskah skenario. Keinginan bikin bimbel hilang begitu saja. Ketika saya resign dari kantor dan memutuskan untuk menulis profesional di rumah, saya mencoba iseng melamar mengajar lagi dibimbel dan diterima. Rasanya antara senang dan tidak senang. Hehe… sampai akhirnya saya kembali jadi tentor setelah menikah dan punya anak satu. Keputusan berhenti dari bimbel saya buat ketika saya mau melahirkan anak kedua dan fokus untuk menulis saja di rumah. Waktu saya jadi habis untuk menulis dan menulis. Lengkap deh, impian bimbel dulu tinggal kenangan. Tapi insyaALLAH suatu saat ketika saya sudah punya rumah sendiri, bimbel rumah belajar ATTHARIZ akan muncul. Amin…. mudah-mudahan impian terpendam saya itu bisa saya wujudkan. Doain ya… (kalau sekarang lebih fokus ke nulis dulu. karena kalau ngurusi bimbel, butuh waktu dan pikiran juga. Peace!!)
2. PUNYA RUMAH SENDIRI.
Alasan kedua ini sebenarnya ada hubuangannya dengan gagal terwujudnya keinginan pertama. Yah… karena saya masih tinggal di pondok mertua indah. Tidak akan leluasa jika saya membuka bimbingan belajar kalau tempatnya saja masih menumpang. Karena itu saya ingin sekali segera mandiri dengan mengontrak rumah sendiri. Malu kalau mengandalkan orang tua terus. Pasalnya keinginan itu juga antara iya dan tidak. Karena suami saya termasuk anak tunggal. Sebenarnya suami punya kakak, hanya sudah meninggal sebelum mengenal saya. Sehingga berat bagi suami untuk meninggalkan orang tuanya. Inilah dilema saya. Dan merupakan masalah rumah tangga terbesar yang saya hadapi saat ini. Semoga di tahun mendatang, saya mendapatkan jalan keluar dan bisa merasakan rumah tangga sendiri bersama suami dan anak-anak. Amin…
3. PUNYA DEPOSIT TABUNGAN
Belakangan ini saya hampir tidak bisa menabung karena pemasukan kebanyak numpang lewat saja. Kadang juga berhutang dan gali lubang tutup lubang. Keadaan ekonomi yang belum menentu ini tentu saja membuat saya harus putar otak. Tekad saya harus ada tabungan karena dari dulu saya sudah terbiasa menabung. Sekarang ada sih tabungan, tapi jumlahnya masih pas-pasan. Pas untuk beli ini itu yang pokok saja. Sementara untuk kebutuhan sekunder dan tersier belum ada. Bismillah… sekarang sedang mengumpulkan lagi. Semoga di tahun mendatang, jumlahnya sudah memenuhi keinginan. Amin…
4. KULIAH S2 JURUSAN FISIKA
Keinginan kuliah lagi sebenarnya tidak terpikirkan oleh saya. Namun setelah saya bertemu dengan seorang tentor yang meurut saya hebat, keinginan itu pun lagsung muncul. Namanya Riska, sebut saja begitu. Teman satu profesi ketika sama-sama mengajar di bimbel. Hanya beda mata pelajaran yang dipegang. Kalau saya fisika, dia tentor matematika. Anaknya masih muda, baru lulus SMU langsung ngajar les. Ceritanya membuat saya tergugah. Rika bukan dari keluarga mampu. Dari satu keluarga, hanya dia saja yang berkeinginan untuk kuliah. Sementara dua kakaknya tamatan SMU dan langsung menikah. Orangtuanya mengijinkan saja, tapi dari awal sudah memberitahu kalau tidak bisa membantu biaya kuliah. Bukannya menyerah, Rika pun bekerja untuk mengumpulkan uang demi bisa kuliah. Tidak perlu yang negeri tidak apa-apa. Asalkan bisa kuliah. Hingga akhirnya dia masuk salah satu universitas swasta di Malang. Bayarnya pun ternyata bisa nyicil dari awal kuliah sampai lulus. Singkat kata, selama kuliah RISKA membiayai kuliahnya sendiri dari hasil kerjanya mengajar les di bimbel. Selain juga dari jualan coklat karakter yang dia buat sendiri dan menerima job membuat gorden karena dia bisa menjahit. Uang dari hasil kerjanya itu dia pakai untuk bayar KKN, PKL, beli peralatan kuliah sampai-sampai orang tuanya tidak mengeluarkan satu sen pun untuk RIKA.
Terakhir saya bertemu dengannya, karena saya resign lebih dulu. RISKA mau mengejar beasiswa S2 di jurusan yang sama. Saat itu saya langsung tersentil. RISKA yang secara ekonomi serba kekurangan bisa punya mimpi sekolah S2. Sementara saya yang sudah mulai menata finansial tidak tergerak untuk sekolah lagi dan sibuk mengeluh kenapa dulu ngambil fisika. Saya jadi tersindir dan saat itulah saya mulai berkeinginan untuk sekolah S2 lagi. Saya tidak bisa membohongi diri saya sendiri kalau selain menulis, saya juga sangat mencintai fisika. Suatu saat ketika saya sudah punya waktu, biaya dan kesempatan, insyaAllah keinginan itu akan saya wujudkan. Amin….
Terima kasih Riska untuk inspirasinya.
5. MEMBUAT FILM SENDIRI YANG DIANGKAT DARI NOVEL KARYA SAYA SENDIRI. SETIDAKNYA FILM PENDEK. HEHE…
Keinginan saya memang tidak pernah jauh dari menulis ya. Hehe… terlebih setelah saya melihat dan mengenal film pendek. Lalu ada novel yang diangkat ke layar lebar. Pernah terpikir khayalan tingkat tinggi, novel yang saya buat diangkat ke layar lebar juga. Niatnya bukan untuk terkenal. Karena bagi saya terkenal atau tidak itu hanyalah bonus. Tapi melihat karya kita diapresiasi banyak pihak, itu kebanggaan tersendiri yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Masalahnya membuat film ternyata lebih ribet daripada sinetron atau ftv atau tayangan tv lainnya. Naskahnya pun berbeda dengan naskah skenario sinetron yang biasanya saya buat. Film menuntut adegan yang detail dan mendalam. Eksplornya juga harus dalam banget, dramatis dan greget. Jika naskah skenario sinetron mengedepankan dialog, maka naskah film lebih mengeksplor adegan. Saya belum pernah sih membuat naskah film, kalau film pendek pernah. Jadi saya membayangkan membuat naskah film yang diambil dari novel karya sendiri.
Ketinggian tidak ya keinginan saya ini? Mudah-mudahan tidak. Bukankah kita boleh bermimpi setinggi langit. Hehe…
Keinginan yang saya tulis di atas sebenarnya hanya sebagian kecil saja. Top five dari sekian banyak keinginan lain yang belum tercapai. Mudah-mudahan dengan niat yang ada, saya bisa komitmen untuk mendalami lagi ilmu yang saya peroleh. Sehingga dapat memujudkan apa yang saya impikan.
Kalau impian kamu apa yang belum tercapai?
Salam sayang,
Wahyuindah
DAY24#BPN30dayChallenge2018