Ilmu pengetahuan itu luas dan maha ada. Mengenalnya menimbulkan ketakjuban tersendiri. Karena kita mendapatkan hal baru yang sebelumnya belum kita pahami. Saya merasakan itu ketika belajar menulis.
Perlu diketahui bahwa background pendidikan saya adalah sarjana fisika. Berbeda jauh dari profesi yang saya jalani saat ini, yaitu penulis. Mungkin saya lebih tepat disebut ibu rumah tangga yang doyan menulis. Tapi sebelum menikah, saya pun tetap menulis dan menghasilkan uang dari tulisan.
Menjadi seorang fisikawan rupanya tidak membuat saya ahli di bidangnya. Karena ketertarikan saya didominasi oleh dunia kepenulisan. Saya sempat menjadi pengajar setelah lulus kuliah. Menjalani profesi sesuai bidang dan menikmatinya. Namun kenikmatan hakiki, baru saya temui ketika masuk dalam dunia imajinasi.
Yah, naskah skenario membuat pikiran saya teralihkan. Jika sebelumnya saya merasa fisika sudah memenuhi segala aspek ilmu pengetahuan yang ada, maka dunia skenario menghadirkan hal baru bagi saya. Benar-benar baru. Saat itu saya benar-benar takjub bagaimana sebuah film bisa membuat penontonnya terbawa emosi. Bahwa di balik semua adegan menakjubkan dalam sebuah film, ternyata diatur oleh yang namanya scipt. Dialog yang sudah disetel dari awal. Adengan yang sudah direncanakan dari awal dan setting tempat yang sudah ditentukan dari awal.
Saya menyukai film sejak kecil. Tapi hanya penikmat saja. Namun setelah saya mengetahui bahwa ada skenario yang mengatur adegan film, saya jadi teralihkan untuk mengetahuinya lebih jauh. Terus terang saat itu pengetahuan saya mengenai film adalah nol Tidak ada sama sekali. Gelas saya benar-benar kosong.
Bagi sebagian orang, gelas kosong mungkin diartikan sebagai sikap rendah diri ketika menerima ilmu baru. Dimana kita sebenarnya sudah memiliki ilmu yang sama dan jauh lebih tahu. Jadi kita diharapkan untuk menghormati orang lain dengan tidak bersikap sok tahu. Saya setuju dengan pendapat itu, namun gelas kosong bagi saya memiliki arti yang berbeda.
Saya mengartikan gelas kosong sebagai keadaan otak yang benar-benar kosong. Siap menerima ilmu baru. Ilmu yang benar-benar baru. Kita bisa saja mengetahui ilmu itu, namun bisa jadi kita belum tahu sama sekali. Itulah gelas saya.
Gelas fisika saya mungkin sudah penuh, tapi saya mempunyai gelas lain yang masih kosong. Sedikit demi sedikit saya mengisi gelas kosong dengan perhatian penuh. Hasilnya tidak terlalu mengecewakan. Saya bisa menghasilkan karya dari belajar skenario dan masuk ke dalamnya. Bahkan di sebuah kelas menulis online, banyak yang mengira saya lulusan broadcasting karena mengetahui lebih banyak tips dan trik menulis. Ketika saya menyebut diri saya anak fisika yang tak ada hubungannya dengan dunia broadcasting. Tercenganglah mereka.
Daftar Isi
CERITA DI BALIK GELAS KOSONGKU
Fokus di satu hal memang diharuskan. Agar kita bisa memperdalam bidang yang kita geluti. Tidak melebar kemana-mana. Saya bukannya sudah ahli dalam hal ini. Karena sebenarnya saya pun masih memilah-milah mana yang harus diprioritaskan. Rasa malas dan moody menjadi musuh terbesar dalam mengatur management diri.
Saya mengalaminya. Bingung ketika memasuki dunia baru yang benar-benar baru. Padahal masih di satu segmen yang sama. Kepenulisan. Ketika saya belajar skenario, ilmu kepenulisan yang saya dapat bisa mewakili karya tulis lainnya. Sebut saja novel, cerpen, puisi ataupun artikel non fiksi. Namun ketika mempelajari mengenai blog. Saya merasa harus merangkak kembali dari nol.
Ada banyak yang tidak bisa dimengerti dengan satu kali perhatian. Saya mencoba mengelola blog dengan belajar otodidak. Membuat domain dengan mendaftar di dewaweb, dibantu teman mengatur dashboard blog. Mengganti template berkali-kali sampai akhirnya bertemu dengan template yang sesuai keinginan. Semua itu bukan ilmu kepenulisan. Melainkan ilmu lain yang benar-benar baru bagi saya.
Muncul gelas kosong lagi di hadapan saya. Gelas mengenai blogging yang ternyata banyak manfaatnya. Saya hanya mengerti satu hal tentangnya. Yaitu kepenulisan artikel. Selain itu seperti SEO, MOZ, dan istilah blogging lainnya masih harus saya gali lagi.
Saya terpacu untuk mengenal blog lebih dalam setelah menang lomba menulis blog di Pertamina. Artikel mengenai oli Enduro 4 tak. Ketika ditawari untuk ikut lomba itu oleh mas Ihwan Hariyanto. Salah satu teman di blogger malang pemilik blog keluargabiru.com, saya benar-benar terpaku. Karena saya sama sekali tidak mengerti mengenai oli motor. Mengendarai motor saja saya tidak bisa. Apalagi bicara soal oli dan tetek bengek lainnya mengenai mesin. Pengetahuan saya benar-benar nol besar.
Saya di tawari ikut lomba vlog saat itu. Bukan artikel di blog. DIrayu dengan alasan bisa pakai motor suami. Saya pikir oke juga. Apalagi suami tak masalah untuk diajak ngevlog bareng. Beruntungnya. Dengan kemampuan vlog yang seadanya, saya pun komitmen untuk ikut lomba vlog pertamina. Untungnya lagi, suami benar-benar membantu. Dengan menyarikan tempat terbaik pembelian oli motor dan di bengkel resmi pula. Saya juga dimintakan ijin untuk membuat video di sana. Ya Allah terima kasih pak su, sudah banyak menolong.
Urusan edit memang saya lakukan sendiri. Pakai aplikasi kinemaster di handphone. Sederhana, tapi saya kerjakan dengan sungguh-sungguh. Setelah selesai, saya upload di youtube dan lepaskan saja. Tak berharap apa-apa. Sampai akhirnya saya diberitahu ada lomba blognya juga. Jadi kepikiran untuk menulis blog mengenai Enduro. Kali ini keinginan sendiri, tidak ada yang meminta saya untuk ikut serta.
Bagian dari video perjalanan saya ngevlog tadi, saya capture sebagian. Saya abadikan dalam tulisan dengan poin-poin yang relevan. Browsing ke sana kemari mengenai apa itu enduro dan juga sepak terjangnya. Saya pahami satu demi satu. Sampai saya benar-benar mengerti. Setelah paham, barulah saya tuang dalam sebuah artikel.
Tidak ada keinginan untuk menang lomba saat itu. Niatnya hanya kontribusi saja dalam lomba blog. Sekalian karena saya sudah punya videonya. Mengingat hal lain, yaitu belum tentu video saya ada yang menonton. Jadi sekalian saja saya abadikan dalam tulisan di blog. Saya sambungkan dengan channel youtube saya. Selesai. Setelah itu saya lupakan.
Saya tak menyangka ketika di suatu pagi mendapatkan kabar tak terduga. Di whatsapp group, nama saya dibicarakan mas Ihwan. Apakah wahyu indah yang menang lomba blog itu mbak wahyu indah di group ini? Saya masih tidak terlalu ngeh, karena saya masih bingung lomba apa. Memangnya ada yang punya nama kembaran dengan saya. Apalagi waktu itu saya baru saja dapat juara favorit artikel Vitalis.
Setelah saya diberitahu mengenai hasil pengumuman lomba, tercenganglah saya. Itu nama saya. Atau mungkin ada orang lain yang punya nama mirip dengan saya. Wahyu Indah. Saya takut salah, malu kalau terlanjur senang, ternyata bukan saya orang yang dimaksud. Tapi setelah dicroscek, ternyata memang nama saya yang disebut. Masya Allah. Teman di group vlog sampai berkomentar. Masuk group lomba vlog, menangnya di blog. Rejeki memang gak kemana. Alhamdulillah.
HIKMAH GELAS KOSONG. BENARKAH UNTUK MEREKA YANG SIAP MAJU?
BENAR.
Itu jawaban saya. Karena mereka yang hanya diam di tempat tidak akan mengalami perkembangan Jadi kalau mau maju ya harus siap mempelajari hal baru. Siap duduk manis dan mendengarkan petuah sang guru. Juga siap mengaplikasikan ilmu yang didapat.
Saya mendapatkan banyak pelajaran dari lomba artikel Pertamina yang saya ikuti. Saat itu saya terpacu untuk ikut lomba blog lagi. Sayangnya, belum ada yang menang lagi. Mungkin karena ada niat ingin menang di hati saya. Sementara saat menulis artikel pertamina itu, niatan itu sama sekali tidak ada. Jadi saya menulisnya pun dengan sepenuh hati dan rasa tulus.
Sejak itu, saya mencoba untuk memperbaiki diri. Melihat apa yang salah dari apa yang saya lakukan. Hingga akhirnya saya menyimpulkan bahwa ada yang harus dipersiapkan ketika mengisi gelas kosong.
1. MENERIMA SEMUA HAL YANG BARU DIPELAJARI
Ketika menghadapi hal yang benar-benar baru. Usahakan kita mengosongkan pemikiran kita dan menerima apapun yang kita pelajari. Jangan menyangkal. Terima saja dulu. Seperti ketika saya membaca mengenai oli enduro 4 T. Ada beberapa teori yang berbeda. Semuanya saya tampung. Saya pelajari dan akhirnya saya simpulkan. Tentunya dari sudut pandang saya sebagai pengguna.
2. TULUS DAN TELITI
Menulis secara terburu-buru dan mengejar deadline ternyata memang memberikan dampak buruk bagi hasil tulisan. Itu saya buktikan dari kecerobohan saya dalam menulis artikel. Maunya cepat selesai, maunya cepat disebar, tapi saya melupakan nilai ketelitian dan keabsahan artikel yang saya buat. Ini pelajaran bagi saya. Kadang saya masih suka mengejar deadline, tapi sebisa mungkin saya rem. Agar lebih teliti dalam membuat tulisan. Perbanyak data, perdalam sumber akan menjadikan tulisan lebih sarat makna. Menulisnya pun harus tulus. Jangan karena ingin menang lomba, karena ingin dinilai bagus dan lain-lain. Meskipun tak bisa dipungkiri saya pun kadang masih terpikir ke arah sana. Dan itu manusiawi sekali. Setidaknya selalu ada reminder untuk menyetel ulang pemikirian kita.
Yang tulus menulisnya. Menulis dengan hati, jangan karena ingin ini dan itu. Katakan pada diri sendiri begitu. InsyaAllah ke depannya kita akan selalu diperingatkan oleh diri sendiri. Saya begitu soalnya. Hehe.
3. SINGKIRKAN SEGALA HAL YANG BELUM TERJADI
Nah, ini yang kadang menjadi penyakit. Saya juga mengalaminya. Karena sudah merasakan menang di satu lomba, saya berniat ingin menang di lomba yang lain. Akibatnya tidak menang alias kalah. Apakah sedih? Iya. Tandanya kita tidak tulus menulisnya.
Menulis yang baik itu niatnya untuk melahirkan konten yang baik. Urusan menang kalah itu belakangan. Kalau diucapkan terdengar mudah ya. Tapi kalau diterapkan susah juga loh. Saya saja terkadang masih berharap menang kalau ikut lomba. Kalau sudah begitu, saya langsung istighfar. Ojok ngarep… ojok ngarep. Ora apik. Hehe. Menang kalah belum terjadi hasilnya. Tulis saja dan lupakan. Begitu bukan?
4. BERIKAN YANG TERBAIK
Betul sekali. Berikan yang terbaik dari apa yang kita bisa. Kalau saya berusaha untuk memberikan tulisan yang terbaik. Meskipun tulisan artikel saya masih dinilai kurang kalau dibandingkan dengan blogger lainnya. Saya kan masih belajar. Tapi setidaknya saya mau belajar dengan mengintip beberapa tulisan senior saya. Mempelajari apa yang mereka tulis dan bagaimana tulisan mereka bisa begitu mengalir.
Intinya sebenarnya sama saja dengan ketika belajar menulis naskah skenario. Ilmunya sudah saya dapat, tinggal penerapannya di bidang tulisan lain. Ini bukan skenario, melainkan artikel. Lebih riil dan butuh data aktual. Berbeda dengan skenario yang lebih banyak berselancar di dunia khayalan. Meskipun ditulis berdasarkan riset yang ada, tetap saja gaya menulisnya berbeda.
Dipadu padankan dengan ilmu yang sudah ada, saya mencoba memberikan tulisan yang terbaik. Tentunya yang saya bisa ya. Semoga sudah memenuhi syarat. Kalau belum ya harap maklum. Masih proses pembelajaran. Hehe.
5. TAWAKKAL
Penting sekali menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena manusia itu hanya bisa berusaha, sementara Tuhan yang menentukan segalanya. Karenanya banyakin berdoa ya, agar tulisan kita menarik pembaca. Kalau ikut lomba. Jangan terlalu mikirin bagaimana hasilnya nanti. Move on dan beralih ke lomba lain. (itu sih yang sedang saya usahakan sekarang. Karena move on itu ternyata sulit. Hahaha)
Nah, itu dia beberapa hal yang saya persiapkan ketika saya menghadapi gelas kosong. Bisa jadi berbeda menurut teman-teman semua. Saling sharing yuk di kolom komentar agar kita bisa saling mengisi dan mengingatkan. Keep writing.