Marhaban ya Ramadan.
Alhamdulillah masih dipertemukan kembali dengn bulan suci yang penuh berkah, Ramadan. Meskipun masih dalam suasana pandemic, tapi Ramadan tahun ini masih bisa berjalan dengan baik kok. Ya meskipun terdapat beberapa perbedaan terkait protokol kesehatan.
Saya sendiri merasakan dampak dari perbedaan suasana Ramadan. Alhamdulillah-nya, tahun ini kita masih lebih baik dari tahun lalu yang masih shock dengan kemunculan Corona. Kalau tahun lalu, kita masih shock karena Corona baru muncul. Akibatnya sholat tarawih ditiadakan, bazar takjil hilang, rombongan bangunkan sahur tidak ada. Maka sedikit demi sedikit, kebiasaan khas Ramadan itu muncul kembali.
Memang tidak semua daerah bisa mengembalikan suasana Ramadan yang khas. Seperti daerah tempat tinggal saya. Zonanya sudah merah lagi, karena beberapa waktu lalu ada tetangga yang meninggal dunia 3 kali berturut-turut. Ada yang meninggal karena covid 19, ada juga yang karena komplikasi penyakit.
Baca juga :
Berita duka tersebut, tentu saja membuat pihak perumahan tempat saya tinggal menerapkan kembali protokol kesehatan dengan ketat. Bahkan saat Ramadan datang, sudah ada pengumuman bahwa Takjil ditiadakan di masjid, sholat tarawih dibatasi dan dipercepat, dan pemberlakuan kembali cuci tangan pakai sabun di pintu masuk perumahan. Sedih ya.
Daftar Isi
Bangunkan Kebiasaaan Ramadan di tengah pandemi
Pandemi memang membawa dampak tidak baik bagi semua pihak. Namun jangan sampai dong, kita kalah dengan pandemic. Sampai menghilangkan kebiasaan baik selama Ramadan. Apalagi kan Ramadan ini bulan seribu bulan. Pahala di dalamnya dilipat gandakan seribu kali, dibandingkan kebaikan di bulan lain.
Makanya sebagai seoarang muslim, kita tetap harus membangkitkan kebiasaan baik selama Ramadan. Anggap saja kita berperang melawan diri sendiri. Karena katanya setan sedang dipenjara kan selama Ramadan. Nah, kalau masih ada yang males tarawih atau tidak mau berbagi di bulan suci penuh berkah ini, berarti ada setan dalam dirinya.
Eh dari tadi ngomongin kebaikan di bulan Ramadan, memangnya kebaikan seperti apa sih yang harus tetap dibangun di bulan yang penuh pemaaf ini. Saya punya daftar kebiasaan baik yang tidak boleh dilewatkan loh. Agar puasa kita mendapatkan pahala dari Allah SWT. Bukan cuman menahan lapar dan haus saja, tapi mendapatkan bonus pahala. Ini dia :
Shalat Tarawih
Shalat tarawih adalah sholat sunnah yang dilakukan setelah sholat Isya’ Selama bulan Ramadan. Karena adanya hanya di bulan Ramadan, makanya sayang banget kalau melewatkan sholat Tarawih. Jumlah rokaatnya berbeda tiap daerah. Biasanya berkisar antara 10 sampai 12 kali salam. Tiap kali salam, dua rokaat.
Saya senang sekali karena kedua anak saya, Attha dan Alia suka diajak sholat Tarawih bareng. Padahal usia mereka masih kecil. Kakaknya, Attha masih 7 tahun dan Alia 4 tahun. Takjubnya saya, mereka berdua selalu menyelesaikan 12 kali salam shalat Tarawih. Tuntas. Padahal jamaah lainnya ada yang sudah berhenti di tengah jalan.
Saya sebenarnya tidak memaksa mereka untuk menuntaskan shalat tarawih. Kalau sudah capek, berhenti juga tidak apa-apa. Tapi Alia malah bilang kalau dia kuat kok ma. Sambil mengangkat sebelah tangannya dan menunjukkan lengannya yang gempal. Hahaha… bukan kuat seperti itu maksud mama. Saya peluk Alia dan menciumnya penuh sayang.
Bagaimana dengan sang kakak. Attha bagian menghitung jumlah rokaat salam. Saya kan pelupa, sementara kakak yang pintar berhitung ternyata punya ingatan lebih kuat dari saya. Maklum ya, saya sudah emak-emak. Sudah pelupa. Jadi kak Attha yang mengingatkan saya kalau sudah salam kelima, keenam sampai kedua belas. Masya Allah.
Sholat tarawih di daerah saya memang jarang. Itu karena adanya pembatasan akibat ada yang meninggal oleh covid. Shaf kami para jamaah pun diberi jarak yang lumayan lebar. Kami juga sholat sambil memakai masker. Tapi terlepas dari semua itu, kami masih bisa melaksanakan sholat tarawih dengan khusyuk dan nyaman.
Senangnya lagi, anak-anak saya senang ikut sholat tarawih. Tak ada beban di hati mereka. Masya Allah, terima kasih ya Allah. Semoga anak saya menjadi anak yang sholah dan sholehah. Aammin.
Bangunkan Sahur dengan berkeliling tempat tinggal dan Tadarusan
Saya sedih sekali karena kebiasaan bangunkan sahur bersama warga kampung ini, saat ini hilang di daerah saya. Sejak ada yang meninggal karena covid, segala bentuk perkumpulan ditiadakan. Jangankan bagunkan sahur yang sudah menjadi rutinitas selama Ramadan, kumpul di pos kampling dan arisan saja sekarang ditiadakan.
Arisan hanya dihadiri pengurus, dan diumumkan online jika ada yang dapat arisan. Begitu juga pos kampling, tak seramai dulu. Sementara kegiatan keliling perumahan sambil membawa obor, lalu mengumandangkan sahur sahur sahur. Saat ini benar-benar hilang. Sedih banget.
Ramadan tahun lalu masih ada loh. Dan mungkin di tempat lain juga masih ada. Kalau di tempat saya tidak ada yang meninggal karena covid, mungkin masih ada rombongan yang bangunkan sahur ini. Moment langka ini, karena adanya hanya di bulan Ramadan.
Karena di bulan Ramadan tahun ini, kebiasaan bangunkan sahur benar-benar hilang. Maka saya menggantinya dengan tadarusan saja di rumah. Khataman Al-quran setiap kali selesai sahur dan dilanjutkan sehabis sholat subuh. Berakhirnya jam 6 pagi atau saat matahari sudah terbit. Rasanya nikmat sekali.
Mudah-mudahan Ramadan tahun depan ada lagi ya. Kangen. Anak saya suka bawa lampu warna warni yang diberikan bu RT. Jadi jalan sambil menggoyangkan lampu warna-warni itu. Rasa ngantuk dijamin hilang.
Berburu Takjil
Siapa yang suka berburu takjil menjelang berbuka puasa. Saya sih langsung ngacung ya. Karena kita bisa memilih banyak sekali menu takjil tanpa repot membuatnya di rumah. Sebenarnya bisa ya membuat es buah sendiri di rumah. Tapi rasanya beda kalau belinya di bazar takjil.
Masalahnya, saat ini bazar takjil sepi banget. Di perumahan tempat tinggal saya hanya 3 sampai 4 kios yang tetap berjualan. Kalau dulu sih berjajar di sepanjang jalan. Kalau mau yang ramai, ada sih di kota. Tapi jauh dari tempat tinggal saya yang di daerah kabupaten. Kadang-kadang saja saya dan keluarga ke kota, demi berburu takjil. Hehe.
Menu takjil favorit biasanya beragam es, seperti es blewah, es buah, sampai kolak. Segar dan manis dipakai untuk berbuka puasa. Berbuka itu sunnahnya makan dan minum yang manis-manis kan. Makanya kami sekeluarga cari takjil yang manis. Biar muka kami bertambah manis. Eaaaa.
Menu takjil ini juga bisa jadi penolong loh. Terutama kalau tidak masak seharian karena kesibukan. Mau sayur apa, lauk apa. Lengkap di bazar takjil. Borong deh semuanya sekalian buat sahur. Oke banget tuh. Hehe.
Ngabuburit menjelang berbuka puasa
Apa sih ngabuburit itu?
Saya dulu juga tidak begitu paham tentang istilah ngabuburit. Tapi seiring berjalannya waktu, akhirnya saya paham juga. Kalau ngabuburit itu adalah saat dimana kita menghabiskan waktu menjelang berbuka puasa. Biasanya jalan-jalan ke mall, atau ke pantai. Atau menghadiri acara sampai menjelang berbuka.
Ada juga loh yang keliling kota, menghabiskan waktu sampai adzan maghrib. Jadi keliling kota sambil sekalian berburu takjil. Itu bisa juga disebut ngabuburit. Yang penting kegiatannya bermanfaat. Seperti mendengarkan ceramah agama atau mengikuti seminar.
Banyak deh yang bisa dilakukan untuk menunggu waktu berbuka puasa. Itu seru dan hanya bisa dijumapi saat bulan Ramadan loh.
Membuat kue lebaran
Ada yang suka nastar? Atau kue semprit, putri salju atau kastengel. Wah kue kering kesukaan saya semua tuh. Masalahnya saya tidak bisa membuat kue lebaran. Biasanya yang membuat kue lebaran itu ibu mertua, saya mah bantu-bantu saja. Hehehe.
Ibu mertua sedang sakit saat ini. Jadi tidak mungkin membuatnya lelah karena sibuk bikin kue lebaran. Padahal ibu mertua ingin sekali, tapi anaknya melarangnya keras. Sudah duduk manis saja. Tidak boleh capek. Begitu katanya. Hehe.
Saya sebenarnya ingin sekali belajar membuat kue lebaran. Tapi beberapa teman yang membuat kue lebaran sudah menawarkan beli di tempat mereka. Pikir saja, daripada bikin yang belum tentu enak. Sekalian bantuin teman habisisn dagangan kan. Ya udah, saya beli saya di teman saya. Hahahaha…
Ramadan Selalu Membawa Kenangan Indah
Siapa pun pasti setuju ya kalau bulan Ramadan itu pasti membawa sejuta kenangan. Kebanyakan menyenangkan karena moment Ramadan hanya ditemui di satu bulan itu saja. Tidak ada di bulan lain. Itulah yang membuatnya berbeda.
Semoga pandemic ini segera berlalu ya, dan kita diberikan kesempatan untuk bertemu lagi dengan Ramadan tahun depan. Jadi kangen kebiasaan selama bulan Ramadan. Eh masih tersisa banyak nih Ramadannya. Minggu kedua kan. Jadi yuk kita maksimalkan kebiasaan baik selama bulan Ramadan.
Kalau perlu direkam dan didokumentasikan, agar menjadi kenangan sepanjang tahun. Kalau kebiasaan Ramadan kamu bagaimana, sama tidak dengan saya? Yuk sharing.
**