Kita hidup untuk hari ini, karena kemaren adalah sejarah dan esok adalah harapan yang belum pasti akan terjadi. Maka lakukanlah yang terbaik hari ini, agar hari esokmu terlihat pasti.
Pernah mendengar kalimat yang serupa dengan yang saya tulis di atas tidak? Intinya, apapun yang terjadi pada diri kita tergantung dengan apa yang kita lakukan hari ini. Jangan menunda-nunda pekerjaan, karena belum tentu kita masih punya umur untuk menuntaskan pekerjaan yang kita tunda.
Jadi ingat dengan beberapa artis yang mati mendadak. Ada yang habis olahraga, tahu-tahu pingsan. Waktu diperiksa, ternyata nyawanya sudah melayang. Ada yang baru pulang syuting, merasa tak enak badan. Saat hendak pergi ke dokter, eh di perjalanan kena serangan jantung. Meninggal.
Umur itu rahasia ilahi. Kita tak pernah tahu kapan umur ini akan berakhir. Makanya saya bersyukur sekali karena sampai hari ini masih diberi nafas untuk hidup. Mengingat masih banyak dosa yang harus diperbaiki. Masih banyak salah yang harus dibenahi. Sangu akheratnya belum cukup.
Duh jadi muhasabah diri deh.
Daftar Isi
Harapan Terbesar Saat Ini
Harapan itu penting. Karena bisa jadi penyemangat menjalani hidup hari ini. Tanpa harapan, kita menjalani hidup dengan kosong. Tak ada tujuan yang membuat semangat kita bangkit.
Harapan sama saja dengan mimpi atau tujuan. Semakin besar harapan yang kita buat, semakin semangat kita menjalani hidup. Kalaupun ada kendala di tengah jalan, harapan itulah yang membuat kita tetap bertahan dan optimis dalam melangkah.
Lalu apa harapan saya? Tepatnya harapan terbesar saya saat ini. Ini dia :
Pandemi Segera Berlalu
Si mister corona itu ibarat teguran, cobaan sekaligus hadiah buat saya. Kenapa? Karena semuanya berubah. Diganti dengan kebiasaan baru yang benar baru.
Cobaan terbesar saya adalah penghasilan saya menulis naskah distop, tapi diganti sama gusti Allah dengan pekerjaan menulis di blog.
Ketika dana untuk sekolah anak-anak belum ada, tiba-tiba sekolah dibuat daring. Sekolah dari rumah. Lebih hemat karena tidak perlu transport ke sekolah.
Meskipun ada nilai positifnya, tetap saja keberadaan corona mengubah banyak hal. Makanya saya berharap agar mister corona ini lekas pergi. Pandemic segera berlalu, sehingga saya bisa mengajak anak-anak dan suami jalan-jalan keluar rumah tanpa rasa khawatir.
Bikin Film
Impian terbesar saya sebagai seseorang yang pernah bekerja di balik layar perfilman adalah membuat film. Itu impian yang belum berani saya bayangkan, karena saya masih berjalan santai di penulisan skenario.
Saya masih harus memperbanyak jam terbang di dunia penulisan skenario, harus mengenal lebih dekat perfilman Indonesia, harus belajar lebih banyak ilmu penulisan skenario pada senior-senior yang punya nama, masih ingin bergabung dengan para sineas perfilman yang sudah banyak pengalamannya, dan masih banyak lagi keinginan lainnya.
Masalahnya saat ini saya masih kehilangan semangat menulis naskah skenario. Mengembalikan semangat itu butuh waktu. Untung ada teman yang memicu saya untuk kembali menulis. Caranya dengan meminta saya menulis naskah film pendek dan naskah iklan radio.
Baca juga :
- Review film escape plan 2 hades
- Belajar dari film tilik
- Serunya nonton film teachers di aplikasi stro
Menonton film – film Indonesia, baik layar lebar maupun film pendek juga menjadi pemacu semangat saya untuk segera kembali. Alhamdulillah perlahan semangat itu muncul lagi.
Harapan saya semoga saya bisa kembali menulis naskah skenario dan bertemu orang-orang hebat seperi kak Salman Aristo, kak Gina S. Noer, kak Adtya Gumay dan penulis skenario senior lainnya.
Tak ketinggalan juga saya juga ingin sekali bertemu kembali dengan orang-orang yang pernah membuat semangat menulis saya bangkit. Seperti kak Puguh PS Atmaja, mbak Mia Amalia dan juga pak Deden.
Saya belum berani membayangkan harapan terbesar saya. Tapi semoga menjadi doa yang siapa tahu kelak akan terwujud. Karenanya saya berpikir realistic saja dulu, dengan memperbanyak ilmu dan pengalaman di bidang penulisan skenario. Memperbanyak jam terbang dan kembali fokus.
Saya percaya kok, harapan itu akan terwujud dengan kerja keras yang kita lakukan hari ini. Bismillah, semoga suatu saat saya bisa benar-benar membuat film sendiri. Doakan ya.
Menulis Banyak Buku
Saya baru menulis 3 buku. Itu pun tak laku banyak. Hanya buku pertama yang sampai cetakan ketiga. Sementara buku kedua dan ketiga hanya satu kali cetakan.
Kenyataan itulah yang membuat saya ingin melahirkan buku lagi. Minimal satu buku dalam satu tahun. Belum terealisasi sih sampai hari ini. Karena saya diserang patah semangat menulis.
Saya tidak mau memaksakan diri untuk menulis, ketika saya memang sedang tidak ingin menulis. Karena bagi saya menulis itu butuh gerakan hati. Jadi saya ikuti saya alurnya. Sambil belajar menumbuhkan kembali semangat menulis yang sempat mati.
Alhamdulillah ada saja jalan yang diberikan Allah untuk menumbuhkan semangat itu muncul. Kali ini caranya lewat seseorang yang ingin belajar menulis novel secara privat kepada saya. Namanya Nadia dan tinggalnya di Banjarmasin. Masya Allah.
Saya membuka kelas menulis novel privat untuk Nadia. Semangat belajarnya saya acungi jempol. Nadia kritis sekali menanyakan ini itu kepada saya. Semuanya seolah membuka pemikiran saya bahwa saya memang dibutuhkan. Bahwa ilmu kepenulisan yang pernah saya praktekkan bisa berguna untuk orang lain.
Saya jadi tertantang mau menulis novel juga. Semangat belajar Nadia menulari saya, sehingga saya pun ikut semangat lagi berkarya. Saya jadi berpikir, Allah mengirimkan Nadia untuk saya agar saya kembali menulis buku.
Terima kasih ya Allah. Semoga harapan saya bisa terwujud. Semuanya tergantung dari apa yang saya lakukan hari ini. Bismillahi tawakaltu Allallah. Bisa …
Harapan Dibarengi dengan Ikhtiar
Benar. Harapan akan tinggal menjadi harapan jika taka da usaha yang kita lakukan. Karenanya saya selalu berusaha menumbuhkan semangat, setiap kali saya bad mood atau sedang jatuh. Caranya dengan melihat kembali harapan terbesar saya.
Alhamdulillah, saya merasa segala pintu saat ini sedang dibuka oleh Allah. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan kesempatan yang ada. Mau diam saja dan membiarkan kesempatan itu berlalu begitu saja. Atau mengambilnya dengan segala resiko yang terjadi.
Ikhtiar dulu, hasilnya biar Allah yang menentukan. Semoga apa yang saya katakan, bisa juga saya lakukan. Karena akan menjadi beban jika hanya mulut yang bicara. Sementara tangan dan kaki diam saja.
Seperti seorang mualaf yang hendak pergi sholat di masjid. Niatnya sudah bagus, sholat jamaah di masjid. Perjalanan dari rumah ke masjid lumayan jauh. Tapi justru di situ pahalanya. Semakin jauh jarak rumah dengan masjid, semakin besar pahalanya. Karena dihitung dari langkah kaki kita ke tempat ibadah.
Tapi si mualaf tadi tetap berada di rumahnya, karena hujan gerimis. Rasa malas mendadak menyerangnya dan sang istri ingin ditemani di kamar. Ya sudah, harapan sholat jamaah di masjid tinggal kenangan. Karena hanya keinginan, tapi tak pernah diwujudkan.
Apakah saya mau seperti itu? Tidak dong. Kalau ada keinginan, ya harus latihan menulis. Harus jatuh bangun membangun mood. Perjuangan belum berakhir kawan. Tetaplah semangat demi harapan di depan mata.
Semangat untuk semua.
**