Kai berjalan ke sawah. Karena terburu-buru Kai jatuh ke kubangan lumpur. Laki – laki itu mengaduh kesakitan. Tapi percuma, karena tak ada yang mendengar. Kai bangkit dan kembali melangkah sambil mengumpat sebal.
Menurut teman-teman, paragraph di atas terdengar dramatis tidak. Intinya Kai jatuh dan kesakitan. Karena tidak ada yang mendengarnya, Kai kembali berjalan sambil mengumpat sebal. That’s it. Enough.
Hmm… kurang dramatis ya kalau menurut saya.
Bagaimana kalau begini.
Semilir angin berhembus di pagi yang masih buta. Sinar mentari pun masih mengintip manja di celah dedaunan padi yang sudah menguning. Memberi bayangan panjang pada langkah kaki yang berpijak pada tanah sawah yang basah. Sisa hujan kemaren. Kai masih pada wajah bangun tidurnya. Sedikit menguap mengusir kantuk yang masih hinggap. Namun langkahnya pasti menuju ke pematang sawah.
Mau pagi, ayam berkokok sudah terdengar bersahutan. Kai tersentak. Kantuknya lenyap merayap. Buru-buru, kakinya dipaksa terseok memasuki pematang. Malang, matanya tak jeli melihat ada kubangan. Hingga byurrr…. Sebelah kaki Kai terperosok masuk.
Aduh… Kai mengaduh aduh. Sayang tak ada mata yang menemukannya di sana. Kai sempat menjelajah padi yang menguning di sekeliling. Tak ada siapa-siapa. Hanya dirinya dan burung yang mulai berterbangan di udara. Percuma bersuara. Karena tikus sawah pun mungkin hanya mencibirnya dari balik rumput basah. Kai menelan ludah. Lalu berusaha bangkit sambil menarik sebelah kakinya yang tadi terbenam lumpur basah. Satu kali. Tak berhasil. Kakinya masuk terlalu dalam. Matahari sudah bergerak ke ujung pohon. Membuat silau sebelah mata Kai yang menyipit perih. Arggh, susahnya. Batinnya dengan kesal. Baru di percobaan ketiga, kakinya berhasil terangkat. Lega, namun tetap saja kesal. Kai melirik jangkrik yang berlari sembunyi dibalik batu. Lalu melaju sambil mengumpat sebal.
Sudah merasakan dramatis tidak? Kalau iya boleh tepuk tangannya. Hehe…
Seperti judulnya. Artikel kali ini memang akan membahas soal dramatisasi. Ingat, drama bukan hanya soal tangis tangisan seperti di sinetron ya. Karena drama bisa juga penggambaran menyeluruh mengenai suatu keadaan. Tentunya dengan melibatkan emosi di dalamnya.
Jadi apa sih dramatisasi itu? Yuk simak
Daftar Isi
Dramatisasi
Drama biasanya dihubungkan dengan kisah yang hiperbola. Sedih yang sedih banget. Senang ya senang banget. Sehingga seolah-olah diperdalam. Apakah riil ceritanya? atau dibuat-buat. Bisa jadi keduanya.
Teman-teman bisa memperhatikan contoh cerita yang saya tulis di atas. Cerita pertama saya buat flat, datar. Terburu-buru. Hasilnya pembaca akan langsung tahu siapa yang berperan di sana dan apa yang terjadi padanya. Namun tidak dramatis.
Sementara cerita kedua terlihat lebih panjang, lebih detail dan lebih berperasaan. Pembaca jadi seolah-olah bisa merasakan apa yang dialami oleh Kai. Juga melihat apa yang dilihat oleh Kai. Ini yang dinamakan dengan emosi. Penjiwaan, pembawaan. Tulisan pun jadi lebih hidup. Tentunya juga dramatis.
Nah cerita penuh drama ini rupanya yang bisa manarik pembaca untuk melanjutkan ceritamu. Sesederhana atau sesulit apapun jalan ceritamu. Jika kamu bisa membawakannya dengan penjiwaan penuh, maka hasilnya akan bagus. Banyak yang suka.
Apakah artinya kita akan bermain kata-kata di sini? Atau mengindah-ngindahkan kalimat?
Bisa iya.Bisa juga tidak.
Bermain kata-kata memang diperlukan. Tapi harus tetap diperhatikan arahnya. Jangan asal menulis, tapi tidak sepaham dengan kalimat sebelumnya. Untuk memahami ini memang tidak bisa instan sih. Perlu latihan berkali-kali agar semakin paham.
Mengindahkan kalimat artinya kita bermain dengan diksi, majas, perumpamaan. Boleh saja, asalkan bisa ditangkap dengan baik oleh pembaca. Jangan menggunakan istilah yang terlalu asing bagi pembaca. Karena itu akan menyulitkan pembaca mengerti jalan ceritamu.
Tetap gunakan kalimat “Sayang tak ada mata yang menemukannya di sana. Kai sempat menjelajah padi yang menguning di sekeliling. Tak ada siapa-siapa. Hanya dirinya dan burung yang mulai berterbangan di udara.”
Jangan sampai diganti “ Sayang tak ada mata yang melihatnya. Kai menoleh ke kiri kanan dan melihat suasana sepi. Tidak ada siapa-siapa.”
Terlalu datar gak sih?
Mengindahkan kalimat perlu untuk mempertegas penggambaran suasana. Fungsinya menarik rasa simpati dan empati pembaca untuk ikut masuk ke dalam ceritamu.
Ada beberapa jalan yang bisa dilalui untuk mendapatkan tingkat dramatisasi tinggi ini. Diantaranya :
Detail Tempat dan Suasana
Tempat terjadinya peristiwa itu penting dan tak penting. Penting ketika ada tokoh yang mengalami kejadian mengejutkan. Kejadian yang berpengaruh pada cerita yang sedang berlangsung. Namun tidak penting jika tanpa disebutkan secara lengkap, tak berpengaruh pada jalannya cerita.
Seperti cerita Kai di atas. Tempat kejadian perkara adalah di sawah. Maka saya menggambarkan detail sawah pada umumnya. Ada padi yang sudah menguning, sinar matahari yang mengintip di balik pepohonan, tikus sawah, jangkrik dan pematang sawah. Tapi saya tidak menjelaskan dimana sawah itu berada. Di kota mana, di kabupaten mana. Karena itu tak perlu. Kita hanya perlu tahu, Kai jatuh di sawah. Tidak perlu tahu sawah dimana. Karena tak berpengaruh pada jalannya cerita.
Beda perkara jika cerita mengacu pada keharusan menyebut nama kota. Misal hiruk pikuk kota Jakarta yang tak pernah tidur. Kini terasa asing. Semuanya terlelap bagai memasuki masa hibernasi. Tak ada malam yang panjang. Tak ada pagi yang berdesakan. Semua lengang. Waspada pada ancaman corona di sepanjang jalan.
Nah, coba teman-teman deskripsikan detail tempat yang ada di sekitar teman-teman. Deskripsikan dengan lengkap dan jelas ya. Sambil latihan.
Penjiwaan Tokoh
Ketika membuat cerita, usahakan semua panca indra kita terbuka. Mata, tangan, kaki, hidung, kulit harus diajak bicara. Jadi ceritakan apa yang dilihat mata, apa yang didengar telinga, apa yang dilakukan si kaki dan seterusnya. Begitu juga apa yang dirasakan oleh hati. Gambarkan atau deskripsikan semua itu dengan teliti, jelas dan lengkap. Sebagaimana penggambaran tempat di poin satu.
Sebagai uji coba nih. Menurut teman-teman, di cerita Kai di atas, bagian mana yang termasuk penjiwaan tokoh?
Pemilihan Diksi atau Kata
Pemilihan diksi berhubungan dengan cara menyampaikan cerita. Mau mengindah-indahkan kalimat. Atau datar-datar saja. Itu pilihan penulis. Yang penting adalah penyampaiannya bisa diterima dengan baik oleh pembaca. Jika dengan menggunakan diksi yang menarik ternyata bisa membuat pembaca lebih tertarik, kenapa tidak pakai diksi saja. Karena pembaca pada umumnya juga menyukai penyampaian yang baik.
Mungkin teman-teman ada yang menganggap susah mengindah-ngindahkan kalimat. Tenang, ini butuh latihan. Jangan langsung menulis kalau begitu. Tapi baca tulisan penulis lain dan bergantian. Misal hari ini membaca tulisan si A, besok si B, besoknya lagi si C. Setelah itu endapkan di pikiran teman-teman. Rangkum perbedaan gaya penulisan ketiga penulis, lalu coba teman teman menulis ulang versi teman-teman sendiri.
Mudah kok. Gambarannya seperti ini. Ketika teman-teman membaca tulisan penulis A, B dan C. Pasti ada kan sedikit sanggahan di pikiran teman-teman. Dalam hati pasti ada ungkapan begini nih. Kok si A nulis tentang desanya seperti itu. Bagusan si B. Atau Si C enak banget cara berceritanya. Ngalir. Mau ah nulis seperti itu. Tapi susah.
Kesimpulan
Bagaimana gais, sudah paham dengan dramatisasi cerita. Jadi sudah bisa mulai latihan menulis ya sekarang. Pertajam panca indra dan perdalam ilmu menulisnya. InsyaAllah pasti bisa.
Nah, perlu latihan membaca ya teman-teman. Karena diksi ini berhubungan dengan gaya menulis kita nantinya. Jangan bosan untuk latihan. Intinya ya tadi. Baca dulu tulisan penulis senior. Amati dan pahami. Percaya deh, dengan seringnya teman-teman latihan menulis. Nanti akan keluar sendiri gaya menulis teman-teman. Versi teman-teman sendiri.
Ketika teman-teman bisa menerapkan ketiga hal di atas. Maka saya ucapkan selamat. Teman-teman berhasil membuat cerita yang penuh dramatisasi tinggi.
Masih bingung?,Yuk diskusi di kolom komentar.
2 Comments. Leave new
Kesimpulannya apa pengertian dari dramatisasi cerita
dramatisasi cerita itu proses mendramatisir cerita. jadi cerita yang sedih dibuat lebih sedih lagi. cerita bahagia dibuat lebih bahagia lagi. jadi pembaca dipancing emosi dan empatinya agar ikut hanyut dalam masalah yang dihadapi oleh tokohnya.