Hujan masih mengguyur jalanan beraspal. Mobil dan motor terjebak di antaranya. Air sudah menggenangi jalanan hingga beberapa centimeter di atas dasar aspal. Yah, siang itu kota Malang diterjang hujan deras. Namun saya masih kekeh untuk terus melanjutkan perjalanan.
Grabbike saya jadikan alternatif pilihan untuk segera sampai di tempat tujuan. Tapi rupanya saya salah pilih. Karena hujan yang saya kira hanya rintik-rintik, mendadak semakin deras. Seakan ditumpahkan dari langit. Badan saya pun basah kuyup. Aduh, bagaimana ini?
Saya tentu saja panik. Karena acara yang hendak saya ikuti dimulai pukul 2 siang. Sementara saya masih di jalanan dengan badan basah karena hujan di pukul setengah tiga. Terlambat tiga puluh menit dari jadwal acara.
Untung bang grab bike-nya baik dan meminjamkan saya jas hujannya. Kami juga sempat menepi sebentar sambil menunggu hujan yang seperti aih bah itu. Tapi waktu terus berjalan kan. Kalau saya terus menerus berteduh, bisa-bisa sampai tujuan acara yang ingin saya datangi sudah buyar.
Oke, singkat kata saya memberanikan diri untuk menerjang hujan. Bilang ke bang ojeknya yang penting sampai tujuan. Biar deh basah-basah. Dan yah, saya masuk mall dengan celana yang sudah sangat basah. Untung bagian baju tidak kena.
Cukup sekian drama pertama saya di postingan kali ini. Karena itu sebenarnya bukan hal penting. Ada yang jauh lebih penting untuk diceritakan. Yaitu acara yang ingin saya datangi. Jauh-jauh dari Lawang saya datangnya. Berangkat jam setengah satu siang demi menuju kota dan dibarengi kemacetan yang tiada tara. Haduh… udah dong cerita dramanya. Hehe. Maaf…
Ini dia acara yang saya tuju lewat serentetan drama pengorbanan.
MEET AND GREET BARENG PENULIS NAWANG DAN ZARRY DARI MEDIA KITA.
Tempatnya di MALANG TOWN SQUARE atau MATOS. Tepatnya di toko buku gramedia yang ada di lantai 2. Saya akan menceritakan keseruan acara yang diadakan di salah satu mall terbesar di kota Malang itu. Tapi maaf ya baru bisa posting sehari setelahnya. Karena kemaren setelah mengikuti acara, saya pulang kemalamam karena hujan tak kunjung berhenti. Haduh, drama lagi deh. Peace ah!! Hehe…
OKE KITA MULAI SAJA!!
Siapa sih NAWANG dan ZARRY itu?

Sumber : foto pribadi
Saya sebenarnya tidak mengenal keduanya. Saya datang ke acara itu karena saya melihat promonya di instagram. Penerbitnya yang antusias mengadakan meet and greet penulisnya hingga ke beberapa kota. Di Malang tanggal 2 Februari 2019, sementara tanggal 3 Februari 2019 mereka bertolak ke Surabaya. Saya salut dan sedikit iri. Kenapa? Karena penerbit saya tidak gencar seperti mereka yang mempromosikan penulisnya. Halah… udah ya gak usah iri. Hehe…
Oh iya, NAWANG ini rupanya penulis buku berjudul “HILANG”. Sub title nya mengatakan kalau HILANG merupakan sebuah kekalahan tanpa pemenang. Sementara ZARRY HENDRIK adalah penulis buku TITIK LEMAH. Keduanya diterbitkan oleh penerbit media kita.
Saya memang datang terlambat ke acara itu, dan tidak kebagian tempat di beranda depan. Hasilnya saya dapatnya di bagian samping diantara rak buku. Saat itu, saya sempat mendengar perjalanan mereka menulis.

Sumber : foto pribadi
Nawang yang mempunyai nama lengkap Nawang Nidlo Titisari ini ternyata masih remaja banget. Wajahnya polos tanpa riasan. Anaknya juga polos sekali. Terlihat sangat canggung dan grogi duduk di depan banyak orang. Tak satupun pandangan matanya mengarah ke arah orang-orang yang mengelilinya. Karena pandangannya terus ke bawah, sesekali menoleh ke ZARRY HENDRIK yang lebih bisa menguasai panggung. Juga ke mbak moderator.
Saya menilai Nawang ini masih sangat hijau. Tapi saya salut karena dia sudah bisa menghasilkan karya berupa buku. Kalau dilihat dari pengalaman menulisnya, ternyata Nawang memulainya dari ngeblog. Wah blogger juga ternyata. Selain itu Nawang juga menulis di wattpad. Dari tulisan-tulisannya itulah ternyata ada penerbit yang suka dan menghubunginya. Kalau saya mengistilahkannya dilamar penerbit. Wah beruntungnya si Nawang. Banyak penulis pemula yang menyetorkan tulisannya agar ditimang penerbut, eh ini malah penerbitnya yang datang menawarkan diri.
ZARRY HENDRIK berbeda lagi. Cowok keren berkaca mata ini ternyata seorang mantan stand up komedi. Pantas saja gaya bicaranya ngebanyol dan sangat menyatu dengan penonton. Rupanya kang ZARRY sudah terbiasa di depan panggung.
Satu hal yang membuat saya salut adalah cara ZARRY mendampingi NAWANG. Seolah dia adalah mentornya. Nawang yang grogian, mendadak bisa melunak dengan pancingan kata dari kang ZARRY. Buku TITIK lemah juga bukan buku perdananya. Melainkan bukunya yang keempat. Jadi bisa dimaklumi kan kalau Nawang masih grogi, karena HILANG masih buku perdananya.
BAGAIMANA JALANNYA ACARA ?

Sumber : foto pribadi
Seperti yang saya katakan tadi. Saya datang terlambat ke acara tersebut, karena baru sampai di sana pukul 3 sore. Tapi saya sempat mengikuti sesi penulis menceritakan perjalan menulis mereka. Saat itu Nawang yang cerita. Saya gemas melihat gadis itu yang malu-malu sambil terus menundukkan wajahnya. Tak ada ambisi apalagi himbauan kepada pembaca untuk membeli bukunya. Dibeli ya monggo. Gak dibeli ya tidak apa-apa. Aduh mbak e… gimana toh?
ZARRY HENDRIK mungkin sudah lebih dulu bicara tentang perjalanannya menulis. Jadi saya melihatnya lebih banyak memancing kata agar Nawang tidak malu-malu. Hingga akhirnya tibalah sesi tanya jawab.
Tidak usah saya ceritakan bagaimana cara Nawang menanggapi pertanyaan penonton. Karena tidak banyak yang dikatakan gadis lugu ini. Kalau saya menghubungkan dengan tingkat kecerdasan, maka saya mungkin bisa mengatakan kurang. Mbak Nawang ini pintar, tapi kurang cerdas. Maaf ya. Karena cerdas di sini saya artikan sebagai bentuk sikap yang bisa beradaptasi dengan cepat. Kecerdasan juga dilihat dari cara seseorang menjawab pertanyaan. Mungkin saya salah, maafkan. Tapi saya tetap salut kok. karena keluguannya itulah yang membuat orang jadi simpati.
Mas ZARRY HENDRIK lain lagi. Cowok keren ini selalu bisa menguasai suasana. Cerdas dia. Bahkan bisa menghidupkan suasana. Mas ZARRY juga menceritakan bagaimana dia sebelumnya stand up, lalu berhenti dan banting setir jadi penulis buku. Seru sekali.
Setelah sesi tanya jawab, waktunya sesi kuis. Mas ZARRY menantang penonton untuk saling merayu dengan puisi. Jadinya ada dua orang yang maju. Satu perempuan dan satu laki-laki. Saya hanya bisa memotret aksi mereka dari samping. Hoho…
Acara yang dijadwalkan selesai pukul 4 sore ternyata selesai lebih awal. Yaitu setengah empat sore. Hasilnya saya hanya mengikuti acara tersebut setengah jam saja. Huhuhu… tapi gak masalah, karena setelah acara selesai masih ada acara tanda tangan dan foto bareng penulis.

Sumber : foto pribadi

Sumber : foto pribadi
Saya pun langsung mencari kedua buku tersebut dan membelinya. Lalu bergabung dengan penonton lainnya yang ingin foto bareng mereka. Syukurlah, meskipun belum baca bukunya, tapi mengikuti acaranya saja sudah senang. Tak sia-sia saya datang kehujanan. Di foto saja kelihatan kalau celana kulot saya basah. Jangan gagal fokus ya. Hehe…
BAGAIMANA TENTANG BUKU “HILANG” DAN “TITIK LEMAH” ?

Sumber : foto pribadi
Saya membuka buku kedua penulis itu baru di akhir acara. Saya kaget ternyata buku itu bukan novel. Sempat kecewa kenapa saya membelinya. Tapi saya relakan saja karena isinya lumayan.
HILANG rupanya berisi curahan gadis yang sedang putus cinta dan berharap kekasihnya kembali. Tapi kekasihnya pergi tanpa penyesalan. Sepanjang isi buku, torehan luka di gadis itu ditulis dalam bentuk puisi dan permainan prosa. Saya sebenarnya kurang menyukainya. Tapi saya melihat satu hal yang unik di buku ini. Yaitu diksinya.
Kalau mbak Nawang tidak bisa menjelaskan kenapa pembaca harus membeli buku ini, mungkin saya bisa sedikit memberi gambaran. Permainan diksi dan penulisanlah yang bisa diambil. Sementara pesan moralnya apa ya. Karena di dalam buku ini hanya berisi curahan perempuan yang meratapi kepergian kekasihnya.
TITIK LEMAH ternyata juga bukan novel. Melainkan kumpulan puisi dari bang ZARRY. Yah, saya juga kurang suka puisi. Suka sih kalau hanya sepenggal atau beberapa penggal. Tapi kalau mendominasi seluruh buku kayaknya………. ehem..
Oke, saya tetap menghargai karya keduanya. Dan saya akan mereviewnya terpisah dari postingan ini.
Oh iya, saya juga suka design cover bukunya. Hitam. Dengan nama penulis di atas dan judul di bawah. Nampak elegan. Sementara kalau TITIK LEMAH, ada gambar animasi wajah perempuan dengan kominasi hitam dan putih juga. Elegan buat saya. salut sama yang bikin design-nya. Hehe.
Overall acaranya tetap seru buat saya. Sementara bukunya juga asyik. Saya bukannya tidak suka. Tapi saya hanya kaget karena saya pikir buku keduanya adalah novel. Ternyata bukan. Sementara saya kan sukanya novel. Tapi mereka keren kok. Selamat deh untuk karyanya dan dinantikan karya selanjutnya.
Salam sayang,
Wahyuindah
2 Comments. Leave new
COba aja mbak nawarin ke penerbit atau mungkin ke toko buku untuk ngadain meet n greet mbak indah…hehe..
hoho…. boleh juga tuh. Tapi nanti dulu deh, nunggu terbit buku selanjutnya saja. hehe….