Hari ketiga adalah hari kerja keras.
Kenapa saya bilang begitu, karena satu hari ini saya full menulis naskah skenario pintu berkah. Seharusnya pekerjaan menulis sudah bisa saya mulai tadi malam, tapi saya baru memulainya pagi tadi. Tepatnya selepas subuh. Saya juga meninggalkan pekerjaan rumah lainnya seperti mencuci. Hal itu saya lakukan karena menulis skenario membutuhkan waktu spesial, sehingga tidak bisa diganti dengan aktivitas lainnya.
Saya mengecek pekerjaan asisten. Rupanya SUCI juga baru mulai menulis. Baru dapat 9 secene dari 35 scene yang saya berikan. Tapi saya bisa tenang karena asisten menjanjikan selesai sore seperti biasanya. Saya maklum karena SUCI kan masih sendiri. Tidak terbebani dengan anak dan suami seperti saya. Meski begitu, saya tetap mensyukuri apapun pekerjaan yang diberikan kepada saya. Terlebih menulis naskah skenario tidak mengharuskan saya pergi keluar rumah. Saya masih bisa bekerja di dalam rumah sambil mengawasi anak bermain. Seperti siang itu, saya menepati janji saya kemaren, untuk mengajak suami dan anak kedua saya ke kedai BABANOH.
Saya tinggalkan sejenak aktivitas saya menulis naskah. Lalu pergi ke kedai babanoh untuk makan siang. Menu yang saya pesan pun bertambah. Diantaranya es krium kriuk rasa blackforest untuk kedua buah hati saya, nasi goreng telur, sosis bakar, sup buah, dan es soda gembira. Harganya yang ramah di kantong membuat saya tenang makan banyak di sana. Perut kenyang, hati pun senang.
Sayangnya saya tidak berlama-lama di sana, karena suami harus masuk kerja. Pekerjaan suami memang ada jadwal shift-nya. Satu minggu ini, suami masuk siang. Akhirnya kami kembali pulang ke rumah setelah kenyang makan siang. Setelah itu, saya kembali berkutat dengan laptop saya.
Back to work hard. Tidak ada waktu untuk bersantai. Naskah skenario harus rampung sebelum jam dua belas malam. Tapi sampai menjelang sore, saya masih merampungkan lima puluh persennya saja. Apakah saya panik? Tidak juga. Karena SUCI berhasil menyetor naskah menjelan maghrib. Tidak banyak revisi yang saya lakukan untuk naskah eksplornya. Saya bersyukur karena SUCI banyak belajar. Sehingga meringankan pekerjaan saya.
Waktu berjalan semakin malam. Tapi saya masih belum beranjak dari depan laptop. Istirahat hanya waktu makan saja. Saya sedang haid sehingga belum sholat. Hal ini sedikit menguntungkan karena waktunya bisa saya gunakan untuk kejar setoran. Untunglah anak-anak teralihkan dengan mainan mereka. Tapi itu tidak lama. Karena menjelang malam semakin larut, anak-anak mulai rewel. Tanda mereka mulai mengantuk. Saya pun mengalah. Naskah skenario saya tinggal dulu. karena laptopnya saya pakai untuk membuka film kartun kesukaan anak. RIO. Cerita tentang burung makaw biru yang bisa bernyanyi.
Naskah skenario seharusnya bisa dikirim malam ini kalau saja anak saya tidak rewel. Tinggal 5 scene lagi, pekerjaan menulis selesai. Tapi saat suami sudah pulang, anak-anak belum bisa tidur. Saya pun kedatangan penyakit kantuk yang membuat saya jengkel. Belum lagi kepala yang mendadak jadi pening. Sehinga sakit setiap kali diajak untuk berpikir. Mau tak mau saya stop menulis dulu. Saya istirahat. Mengurus anak dan juga suami. Bagi saya itu lebih berkah daripada saya memaksakan untuk terus bekerja. Yah, pikiran terkuras satu hari ini. Rutinitas yang saya rindukan. Bekerja dengan pikiran dan kembali mengatur waktu agar lebih efisien. Saya harap, ke depannya ada banyak naskah skenario yang bisa saya kerjakan. Amin.
Salam sayang,
Wahyuindah
DAY03#30hariBercerita