Jika kita ingin maju, fokus pada satu bidang adalah hal yang perlu kita lakukan. Jangan ikuti semua kegiatan karena menjadi multitalenta itu tidak membuat kita menjadi ahli. Bahkan bisa dibilang tidak ada orang yang bisa multitalking dalam segala hal. Kita harus bisa memprioritaskan satu hal agar tujuan hidup kita tepat dan jelas.
Aku terdiam cukup lama untuk memahami sederet kalimat yang aku kutip dari beberapa pendapat kawanku. Aku bahkan sempat setuju dengan wacana tersebut karena kenyataannya memang benar. Kita perlu fokus pada satu hal agar tujuan awal kita dalam melakukan sesuatu tidak melenceng.
Masalahnya kadang orang tidak paham bahwa apa yang kita lakukan itu sebenarnya untuk menuju ke satu tujuan. Banyak orang yang melihat kita melakukan ini itu secara random tanpa ada tujuan jelas yang membuat orang-orang “lelah” sendiri melihat kita. That’s why banyak yang menganggap kita membuang banyak waktu untuk hal-hal yang gak penting.
Orang lain melihat kita gak fokus, apa saja diikuti dan akhirnya kita dinilai sebagai orang yang susah mencapai tujuan karena apa yang kita lakukan sudah melenceng.
Pertanyaannya? Apakah benar kita sudah wasting time dengan melakukan hal-hal yang gak berguna. Jika pertanyaan seperti itu ditujukan kepadaku, maka dengan tegas aku akan mengatakan TIDAK.
Kenapa?
Karena aku sudah dalam posisi mengenali diriku sendiri dan tahu apa yang harus aku lakukan untuk mencapai tujuan yang ingin aku capai.
Daftar Isi
Siapa Aku?
Dua puluh tahun yang lalu, aku tidak bisa menjawab pertanyaan sederhana seperti itu. Siapa aku? Entahlah. Saat itu aku hanya melihat diriku sebagai seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di kota kelahiranku, Malang.
Teman-teman kampus mengenalku sebagai sosok yang pendiam, punya penggemar rahasia yang harus disoraki semua teman untuk menunjukkan bahwa penggemar rahasia itu ingin mengenalku lebih dekat, punya geng kecil berisi 6 orang yang malu untuk berbaur dengan teman yang lain. Hingga akhirnya perlu didekati lebih dulu agar geng kecil itu bubar dan akhirnya menyatu dengan teman seangkatan.
Aku juga ikut kegiatan kampus yaitu Korp Sukarela dengan tujuan ingin membedah lomba palang merah yang menjadi ajang lomba langganan yang diikuti PMR di sekolah SMUku sebelumnya. Sekalian nyemplung jadi panitianya dan sempat ikut Pers kampus karena aku suka menulis.
Mundur ke belakang dimana aku menggunakan seragam putih abu-abu panjang dengan hijab panjang yang menutupi aurat kepalaku. Semangatku untuk ikut organisasi sekolah sedang menggebu-nggebu saat itu.
OSIS, Pramuka, PMR, Paskibra dan Karya Ilmiah Remaja (KIR) aku ikuti semua. Tak tanggung-tanggung, aku menempati posisi penting di semua organisasi sekolah itu. Bendahara di KIR, Sekretaris dan ketua pelaksana di beberapa kegiatan PMR, tim inti di Pramuka dan pernah jadi ketua pelaksana di kegiatan kepramukaan dan posisi tertinggi sebagai sekretaris umum OSIS yang membuatku dilarang menjadi pengurus inti di organisasi lainnya, karena pengurus inti OSIS adalah posisi tertinggi di semua kepengurusan ekstrakurikuler sekolah.
Aku sampai harus keluar dari Paskibra karena kelelahan. Aku fokus pada kegiatan PMR dan Pramuka. Sementara OSIS adalah jabatan kehormatan karena aku dipilih, bukan aku yang memilih untuk menjadi pengurus OSIS.
Apakah dengan semua kegiatan yang seabreg itu membuat nilai akademikku anjlok? Oh tidak kawan. Kabar baiknya, aku tetap meraih rangking satu selama kelas 1. Sempat turun jadi rangking 2 dan 3 saat kelas 2 dan bertahan di posisi rangking dua di kelas 3 IPA.
Aku juga pernah memenangkan olimpiade Kimia tingkat nasional dengan predikat High Distinction. Predikat tertinggi kedua setelah Excellent. Predikat tertinggi yang diperoleh sekolahku saat itu adalah High Distiction (HD). Lainnya Credit (C).
Aku ingat ada 2 orang yang meraih posisi HD. Aku berada di posisi tertinggi, mengalahkan temanku yang langganan rangking satu di sekolah. Bedanya temanku itu tidak ikut ekstrakurikuler sama sekali. Dia fokus sekolah saja. Sementara aku ikut semua kegiatan sekolah dan menempati posisi penting di organisasi.
Bisa dibayangkan ya bagaimana teman-temanku dan guru-guru di sekolah memandangku. Mereka kagum. Sementara aku biasa saja. Gak pernah menyangka bisa mengalahkan juara sekolah karena tak ada niatan untuk mengalahkan siapa-siapa saat itu. Aku hanya fokus belajar dan menjawab soal dengan cepat dan benar. Hasil akhir sungguh di luar dugaan.
Aku juga memenangkan lomba karya tulis ilmiah se-Jawa dengan meraih juara ketiga dari 9 siswa yang berasal dari berbagai sekolah di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Aku kalah di presentasi karena aku tak sepede siswa lainnya yang pandai bicara di depan umum.
Tak masalah, juara tiga pun membuatku dikenal seluruh sekolah. Tepatnya saat upacara bendera, kepala sekolah memanggil namaku agar maju ke depan lapangan untuk menerima sederet hadiah yang dibacakan.
Banyak sekali. Mulai dari alat tulis, uang tunai, beasiswa sampai piala. Heboh dong sekolah. Namaku bahkan masuk koran Jawa Pos bersama 9 finalis dari sekolah lain. Nama sekolahku terangkat.
Belum selesai sampai di situ. Berbagai lomba pramuka dan PMR juga aku menangkan. Beberapa kali juara satu lomba cerdas cermat PMR dan Pramuka, lomba karya tulis ilmiah dan lomba – lomba lain yang membuatku menyumbangkan banyak piala untuk sekolah.
Harus ada Pemicu untuk Berubah
Apakah kamu sekarang melihat aku sebagai seseorang yang terbuka karena berprestasi. Tunggu dulu. Tiga tahun sebelum masa SMU, tepatnya saat masih di SMP, aku bukan siswa berprestasi. Aku bukan leader di organisasi sekolah. Jangankan ngomong di depan banyak orang, disapa teman cowok saja aku kabur.
Yes benar. Aku pemalu. Bahkan pemalunya kebangetan sampai gak berani melihat lawan bicara cowok. Aku sekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Malang saat itu. Di sana aku diajarkan untuk menjaga pandangan. Jadi kalau bicara dengan lawan jenis, aku selalu menunduk. Bisa dibilang aku gak pernah ngomong sama teman cowok karena malu dan takut.
Aku gak punya teman karena aku takut menyapa duluan. Teman satu kelas saja aku gak hapal. Jangan harap bisa melihatku ngobrol sama orang lain karena aku akan memilih menyendiri.
Keadaan seperti inilah yang membuatku terpacu untuk berubah. Aku gak mau jadi penakut dan pendiam lagi. Penyemangatku saat itu adalah figur idola saat sekolah.
Ada 2 orang, satunya cewek dan satunya cowok. Idola cewek adalah teman sekelas yang bernama Faiqatul Hikmah. Anaknya cantik, pendiam, kalem, pintar dan juara kelas. Faiq juga langganan juara olimpiade matematika dan berhasil dapat beasiswa masuk sekolahnya pak Habibi. Masya Allah, sudah cantik, kalem, pintar, baik lagi.
Idola cowok adalah kakak kelas bernama mas Darmanto. Ketua OSIS, pendiam, juara kelas, dan ramah. Entah kenapa dua orang itu membuatku terpacu untuk berubah. Dua orang itu sama-sama pendiam dan pemalu sepertiku, tapi mereka bisa ngomong di depan umum dan berprestasi.
Mereka berdualah yang memacuku agar aku bisa mengubah predikat pemalu, pendiam dan penakut dalam diriku agar hilang. Makanya aku bertekad pada diri sendiri agar bisa berani speak up mengeluarkan pendapat dengan cara mengikuti kegiatan ekstakurikuler saat di MAN 1 Malang. Ya teman, SMU ku ada di MAN 1 Malang. Bukan sekolah umum. Tapi sekolah islam negeri seperti keinginan ayahku.
For your information, selama di MTsN aku sebenarnya ikut pramuka dan PMR. Tapi gak seaktif saat SMU. Anggota biasa dan hanya setor nama. Aku lebih banyak diam dan takut bicara di depan banyak orang.
Aku lebih suka sendiri dan anehnya itu tidak membuatku kesepian. Aku nyaman saat sendirian dan justru gusar serta panik jika ada teman yang datang mengajak ngobrol. Takut salah omong. Beda jauh deh saat di MAN.
Bagaimana dengan SD dan TK?
Tidak ada cerita khusus. Aku hanya anak kecil penurut yang menghabiskan waktu di sekolahan dan tempat mengaji sore harinya. Sekolah di SD negeri dan mengaji di madrasah diniyah wali songo yang mirip seperti sekolah. Ada pelajaran fiqih, alquran hadits, sejarah Islam, tafsir Qur’an dan pelajaran ilmu agama lainnya di madrasah diniyah. Jadi aku berasa seperti sekolah dua kali.
Semua aktivitas itu aku lakukan dengan senang hati dan tanpa beban. Bisa dibilang masa kecilku lurus-lurus saja. Gelombang hidup baru aku rasakan saat kuliah. Bukan karena aktivitas padat sebagai mahasiswa.
InsyaAllah kalau soal itu, sudah teratasi karena aku sudah terbiasa beraktivitas padat sejak SD. Masalah terjadi saat aku mengenal cinta dan itu gak perlu aku ceritakan di sini ya. Hehe. Skip saja.
Lalu apa sih yang mau aku sampaikan dengan cerita panjang lebar di atas. Aku bukannya mau pamer karena gak ada yang pantas aku pamerin dari diriku. Ayah ibuku bahkan tidak pernah merayakan keberhasilanku dalam hal akademik dan non akademik.
Bukan berarti aku gak dihargai. Tapi ayah mendidikku untuk tidak menjadi anak yang pintar, melainkan anak yang mengerti. Ayah ibuku mengaku cukup bangga dengan prestasi yang aku peroleh di sekolah. Tapi mereka tidak menggembor-gemborkan keberhasilanku kepada orang lain. Apalagi memujiku dengan berlebihan dengan membuat perayaan dan memberikan hadiah. Tak ada itu semua.
Gak ada perayaan, gak ada hadiah dan gak ada ucapan selamat. Biasa saja. Kasih sayang mereka sama diberikan kepadaku bagaimanapun keadaanku. Begitu juga dengan adik-adikku yang prestasi sekolahnya tidak sebagus diriku.
Justru aku senang dengan sikap orang tuaku yang seperti itu. Sikap yang membuatku tidak menjadi anak yang sombong karena prestasi bukan untuk disombongkan. Melainkan untuk pemacu agar aku menjadi pribadi yang selalu lebih baik dari hari kemaren. Itu yang aku pegang.
Jadi peganganku adalah kalimat “ Hari ini harus lebih baik dari hari kemaren.” Kalimat yang sama akan aku katakan keesokan harinya. Begitu seterusnya. Dengan demikian, aku akan berusaha melakukan hal terbaik di hari ini dan saat ini juga. Karena hari ini akan menjadi hari kemaren untuk besok dan besok harus lebih baik dari hari ini.
Jangan pikirkan hasil karena itu sudah urusan Allah. Urusan kita hanya melakukan yang terbaik dari apa yang kita bisa dan melakukan segala sesuatu tanpa mengeluh. Ini yang sebenarnya ingin aku sampaikan. Lakukan sesuatu dengan cara terbaik untuk mencapai tujuan tertentu. Bahwa butuh proses panjang untuk mengenali diri sendiri dengan lebih baik.
Prestasi Adalah Bonus dari Langkah Mencapai Tujuan yang Jelas
Jika kamu memahami apa yang aku ceritakan di atas, maka kamu akan melihat bahwa apa yang aku lakukan sebenarnya untuk mencapai tujuan yang ingin aku capai. Yaitu menghilangkan rasa malu, takut dan rasa percaya diri yang kurang. Karena itu carilah tujuan yang jelas dulu agar kita bisa melangkah dengan pasti.
Aku melakukannya dengan caraku, yaitu menghantam rasa takutku bicara di depan umum dengan ikut organisasi. Gak tanggung-tanggung, semua organisasi aku ikuti agar aku bisa ngomong sama lawan jenis juga. Karena sebelumnya aku takut ngomong sama cowok. Gak berani dan gak pernah. Bagiku itu aib dan harus dihilangkan.
Perkara menang lomba, juara olimpiade, borong banyak piala, menang karya tulis ilmiah, jadi pengurus inti OSIS dan prestasi lainnya itu adalah bonus.
Kalau juara kelas, itu karena aku senang belajar dan melahap banyak buku. Aku lebih nyaman sendirian bersama buku-buku daripada ngobrol sama teman. Pokoknya gak punya teman deh.
Apa kamu pikir aku ikut les sana sini agar dapat nilai bagus di sekolah. Sama dong dengan pemikiran beberapa teman dan kakak kelasku. Padahal aku gak ikut les apapun.
Aku murni belajar sendiri di rumah. Sementara orang lain melihatku seolah gak punya waktu untuk belajar karena disibukkan dengan beragam akitivitas padat. Makanya banyak yang heran kok aku bisa tetap juara kelas meskipun banyak kegiatan. Belajarnya kapan?
Ya pulang sekolah. Habis maghrib sampai isya, di sela-sela jam istirahat sekolah, sebelum masuk kelas di jam pertama pelajaran, dan banyak waktu yang aku gunakan untuk baca buku meskipun hanya satu menit. Alhamdulillah selalu bisa fokus. Karena tujuannya jelas.
Saat belajar matematika, aku fokus ke matematika. Aku tuntasin sampai selesai. Setelah itu aku fokus mengerjakan bahasa Indonesia dan melupakan matematika. Begitu juga ketika mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Jadi semua bisa diselesaikan satu per satu.
Fokus mengerjakan satu hal, yang lain minggir dulu. Setelah satu kerjaan kelar. Baru melirik kerjaan yang lain. Prinsip seperti ini ternyata berguna loh sampai sekarang dan terbawa ke kehidupan sekarang.
Mengenali Diri Sendiri dengan Self Esteem Versi Diriku yang Baru
Aku menyadari ada perubahan besar yang terjadi pada diriku. Aku yang dulu sangat introvert, sekarang sudah bisa terbuka dan berani bicara di depan banyak orang.
Aku gak takut lagi salah bicara ketika mengemukakan pendapat yang berbeda dengan orang lain. Bayangan tentang aku yang bakalan dicaci maki atau diketawain saat berpendapat musnah dengan sendirinya karena faktanya ketakutan seperti itu tidak pernah terjadi.
Akan selalu ada orang yang pro atau membela kita saat pendapat kita benar. Itu yang aku pelajari selama berorganisasi. Pola pikir terstruktur dan cara berpikir yang logis yang melatihku untuk menghapus rasa minder, malu dan takut yang sebelumnya bersarang dalam diriku.
Dulu aku tak tahu siapa aku. Makanya aku mencari jati diri melalui banyak hal yang bisa aku lakukan dengan suka cita. Ya benar. Sekarang aku sudah mengenali diriku sendiri dengan self esteem versi diriku yang baru.
Bukan berarti aku malu dengan diriku yang dulu. Tidak. Tak ada yang aku sesali atau aku maki dari diriku versi dulu. Aku cukup menerima kok.
Justru dengan melihat siapa aku dulu yang sekarang jauh berbeda dengan diriku yang baru versi sekarang, membuatku makin bersyukur karena Allah sudah memberikan banyak pelajaran hidup padaku. Pelajaran hidup inilah yang akhirnya membentuk kepribadianku sekarang ini.
Eh aku tadi ngomongin self esteem. Ada yang tahu gak self esteem itu apa? Sini sini aku jelasin.
Berdasarkan e-jurnal situs etheses uin-malang.ac.id, self esteem diartikan sebagai evaluasi diri yang dibuat oleh individu yang bersangkutan untuk menilai dirinya sendiri. Biasanya berhubungan dengan penghargaan terhadap dirinya sendiri.
Sikap ini dilakukan untuk mengekspresikan penilaian terhadap diri sendiri dengan menyakini bahwa diri sendiri mampu, penting, berhasil dan berharga.
Self esteem sangat mempengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari karena orang lain akan selalu menilai kita menurut pandangan mereka masing-masing. Dengan mengenali diri sendiri, kita tentu saja bisa memberikan jawaban pasti terhadap penilaian orang lain pada kita dengan sikap yang positif.
Contohnya ketika orang lain menganggap kita ini itu. Saat kita belum mengenali siapa kita, pasti kita merasa goyah dengan pendapat orang lain, sehingga muncul perasaan kok aku begini ya, kenapa si A gak suka sama aku, kenapa aku malah diketawain saat aku bertanya tentang sesuatu, dan pertanyaan labil lainnya yang membuat kita merasa terpojok dan bersalah.
Tapi ketika kita sudah tahu siapa diri kita, pertanyaan seperti itu akan bisa jawab dengan penuh keyakinan diri. Bahwa kita melakukan sesuatu karena tujuan ini itu yang jelas, bahwa kita bersyukur dengan apa yang ada di dalam diri kita dan menerima diri kita apa adanya tanpa mengeluh dan lain sebagainya.
Nah ini yang terjadi pada diriku versi yang baru saat ini. Kasusnya ada banyak yang berkomentar ketika aku mengikuti banyak kegiatan sehingga mereka mengaku capek sendiri melihatku yang seakan gak ada istirahatnya.
Padahal menurut versiku, aku justru baru melakukan hal yang benar setelah lama hibernasi dan stag dengan kekosonganku dalam berkegiatan. Mengikuti banyak kegiatan bukan hal baru buatku. Aku sudah terbiasa melakukannya bahkan sejak SD. Paling banter saat di MAN dan di kampus.
Bedanya dulu aku gak punya sosial media dan tidak punya jejaring sosial di dunia maya dimana banyak orang yang berkomentar tentang apa yang kita lakukan. Saat jadi panitia lomba ya jadi panitia saja. Mau pulang malam, mau menginap di tempat karantina, rapat di sana sini, gak ada yang komen karena gak ada rekam jejak digital. Kalau sekarang ya beda lagi.
Makanya saat ikut kegiatan A, terus B dan C dikiranya semua diikuti. Buang-buang waktu karena gak ada duitnya, bikin capek doang, dan banyak pikiran negative lainnya. Mereka gak tahu bahwa apa yang aku lakukan itu ada tujuannya. Bukan random seperti yang mereka kira. Aku tetap fokus dan punya tujuan yang jelas. Gak ada yang sia-sia. Semua ada hasilnya.
Bagaimana Mengetahui Self Esteem untuk Membentuk Diriku yang Baru
Sebenarnya banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengetahui self esteem kita. Tidak harus dengan mengikuti banyak kegiatan seperti yang aku lakukan. Itu kan versiku dan aku mendapatkan apa yang ingin aku capai melaui tindakan yang aku lakukan.
Langkah selanjutnya kamu bisa mencoba beberapa hal seperti ini :
-
Lakukan Hal yang Kamu Senangi
Cara yang paling jitu untuk mengenali diri sendiri adalah dengan melakukan hal-hal yang kita senangi. Percaya atau tidak, melakukan hobi akan membuat kita melakukan sesuatu tanpa beban. Kita melakukannya dengan senang hati dan tidak akan keberatan kalau misalnya tidak tidur, lupa makan atau bahkan tak beristirahat. Kenapa? Karena kita senang melakukannya.
Tapi tetap harus dibatasi ya dan ingat bahwa kesehatan juga penting. Intinya kita bisa melakukan kegiatan dengan senang hati tanpa harus mengeluh ini itu. Percayalah keluhan hanya akan menghambat tujuan akhirmu karena kamu melakukannya dengan tidak ikhlas.
Buat apa melakukan suatu kegiatan tapi kita selalu mengeluh capek, lapar, ngantuk. Mending gak usah dikerjain. Itu kalau aku. Jadi carilah kegiatan yang bikin kamu rela gak tidur, rela telat makan, tapi hati kamu senang melakukannya. Tapi tetap usahakan makan teratur dan istirahat teratur ya biar badan dan pikiran tetap sehat. Intinya lakukan dengan senang hati. That’s the point.
-
Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Kamu pasti tidak asing dengan pepatah, rumput tetangga selalu nampak lebih hijau. Nah pepatah seperti itu jangan diberlakukan di hidup kamu ya. Karena masing-masing orang punya jatah rezeki yang berbeda-beda. Allah sudah mengaturnya, jadi kita tidak perlu khawatir kehabisan jatah.
Ingatlah satu hal. Kamu bisa saja menilai orang lain lebih baik dari dirimu sendiri. Tapi percayalah jika orang yang kamu bandingkan itu juga berpikiran sama. Yaitu menilai dirimu lebih baik dari dirinya.
Jadi stop membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Kita punya kelebihan yang berbeda. Fokus pada perkembangan diri dan jangan komentar dengan apa yang dilakukan orang lain. Okey.
-
Menetapkan Tujuan Hidup dan Nilai
Sudah saatnya kita menetapkan tujuan hidup dan nilai kita di masa depan. Tujuan hidup bukan berarti berhubungan dengan karir yang bagus ya. Lebih dari itu. Misalnya ceritaku di atas. Tujuan hidupku saat masih sekolah adalah menghilangkan rasa takut dan malu yang berlebihan dengan cara mengikuti banyak kegiatan yang positif.
Kegiatan – kegiatan tersebut secara perlahan membentuk karakterku hingga aku bisa menjadi seperti sekarang. Tidak pemalu lagi dan lebih percaya diri dengan diriku sendiri. Nah, tujuan hidup kamu apa. Tentukan mulai dari sekarang dan lakukan hal-hal positif yang dapat mengantarkan kamu menuju tujuan hidup yang sudah kamu susun.
-
Berteman dengan Orang-Orang yang Positif
Circle pertemanan itu ternyata sangat berpengaruh loh dalam membentuk karakter kita. Jika teman-teman kita adalah orang-orang yang positif dan punya banyak semangat untuk maju, kita pasti akan tertular. Kebaikan itu menular, gais.
Teman-teman yang positif akan memberi dukungan kepada kita saat kita melakukan hal-hal baik dan memberikan nasehat saat kita melakukan kesalahan tanpa menjatuhkan kita. Berteman dengan orang positif akan membuat kita juga menjadi pribadi yang positif. Sehingga segala kebaikan akan mudah datang kepada kita. Coba deh.
-
Bangun Hubungan Baik dengan Diri Sendiri
Siapa yang masih suka menyalahkan diri sendiri karena masalah yang kian menumpuk dan membuat depresi. Aku pernah seperti itu, tapi sekarang alhamdulilah enggak lagi.
Banyak hal positif yang akhirnya membuatku bisa mencintai diri sendiri dan berdamai dengan masa lalu. Karena itu menjalin hubungan baik juga harus dilakukan kepada diri sendiri. Tidak hanya kepada orang lain saja. Kita perlu memanjakan diri sendiri dengan pikiran positif dan rasa bahagia.
Berilah waktu untuk diri sendiri berdialog dengan hati. Dengan memberikan banyak ruang waktu, kita akan belajar untuk jujur dan terbuka, sehingga tanpa kita duga ada banyak jalan keluar yang datang menghampiri. Ciptakan “me time” yang bermanfaat untuk membangun hubungan baik dengan diri sendiri.
Gimana gimana. Sudah menemukan self esteem versi dirimu yang baru. Bagaimana hasilnya. Sharing yuk biar kita bisa saling berbagi.
**
Referensi :
39 Comments. Leave new
Aku takjub sih sama prestasinya dan kegiatan Mbak Inda ni. Hebat banget. Dan memang akhirnya bisa semacam menemukan jati diri yah, Mbak.
perjalanan mencari jati diri itu yang panjang mbak
hidup itu memang perjalanan kita utk memproses diri kita ya mba salah satunya ya menbentuk self esteem itu
Benar sekali
kenal diri sendiri bukan hal yang mudah,
tapi dengan tahu diri itu seperti apa, maka bisa menggali lebih dalam yang kurang jangan jadi insecure tetapi harus diimbangi dengan menunjang apa kelebihan dalam diri ya kak
Benar. Menunjang kelebihan diri dan menutupi kekurangan dengan memperbanyak kelebihan. Semangat
Berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Itu nggak mudah. Kadang kala secara nggak sengaja kita sudah membandingkan diri. Cuma kalau sudah kerasa ya langsung berhenti sih. Hehehe
Itu naluri yang susah dihilangkan ya mbak. wkwkwk. aku juga kadang gitu kok. Wajar sih. tapi intensitasnya saja yang perlu kita kurangi.
Masalah self esteem ini sering banget diabaikan edukasinya. Hal ini diperparah dengan doktrin agama yang menekankan harus selalu menomorsatukan orang lain.
maka mulailah dengan memperhatikan diri kita juga kak. Bangga pada diri sendiri dan memberikan pengahargaan pada diri sendiri karena sudah melakukan banyak hal yang luar biasa.
Hemmmmmm, berdamai dengan masa lalu yang masih sulit bagi saya, hehehe… BTW, prestasinya banyak banget Mba, keren banget sih ini. Bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat desa tempat tinggal Mba Indah
Aaamin, makasih mas. Semuanya bisa jadi inspirasi buat orang lain kok. Kembali pada bagaimana kita menilai diri kita sendiri. Semangat
Jaman SMU memang masanya aktif di ekstrakuriler. Seneng banget ya, Mbak. Dan kerennya Mba Indah ini, udah banyak kegiatan tapi prestasi tetap jempplan.
Proses menemukan jati diri emang butuh prosea panjang. Bahkan, kadang merasa lelah, capek, sedih, dan lainnya dalam menghadapi segala tantangan hidup.
kalau sudah seneng, gak ada kata capek mbak. wkwkwkw. Ngomongnya aja capek. tapi besoknya ikutan rapat OSIS, kemah Pramuka, lomba PMR. yang lihat kecapekan sendiri, sementara yang jalani happy happy aja.
Mengenali diri sendiri itu penting ya mbak
Dengan self esteem, kita bisa lebih mengenali diri sendiri
Bener. prosesnya panjang dan butuh komitmen untuk bisa memahami perjalanan hidup. Sesimple menjawab pertanyaan. Siapa aku dan jawabannya bakalan banyak
Semakin bertambah usia saya juga semakin fokus pada pengembangan diri dibandingkan prestasi. Yap setuju kalau prestasi itu bonus aja
Makanya jangan pernah berharap menang kalah kalau sedang berkompetisi. Soalnya kalau kalah bisa kecewa, kalau menang bisa muncul rasa sombong. Lakukan saja yang terbaik dari apa yang kamu bisa. selebihnya serahkan pada Tuhan YME. percaya deh. usaha gak mengkhianati hasil kok.
Sama nih. Aku dulu jg ikut beragam ekskul di sekolah. Tujuannya cmn 1, biar aku ga dianggap kudet di lingkungan sekolah.
Sejak kecil emg aku introvert bgt sih. Jd ya aku memberanikan diri ikut ekskul biar menggembleng diri sekaligus melihat jati diriku spt apa.
Untung aja, pekerjaan skrg jg ga jauh dr aktivitas yg aku suka sejak kecil. Dan asyiknya tetap menghasilkan cuan dr aktivitas itu.
Tanpa kita sadari, kegiatan ekskul yang kita ikuti jaman sekolah memang berguna saat kita dewasa ya kak. Contohnya ketika jadi karyawan kantor dan harus presentasi dalam meeting. percaya gak, kita diajari meeting loh saat ikut OSIS, pramuka atau PMR. organisasi itu membentuk katakter kita yang akan kita bawa sampai dewasa.
Kak Indaaah..keren sekali prestasi-prestasinya.
Aku selalu yakin sii…bagaimana karakter seseorang itu tergantung dari lingkungan tempat ia tumbuh, ujian yang dilewati sepanjang hidup, pengalaman yang dialami, hingga ujungnya pengasuhan orangtua.
Gak ada yang butuh disesali, tapi jadi renungan bahwa ada hal-hal yang bisa kita optimalkan ketika kini mendidik anak.
Tapi balik lagi yaa… Anakku bukan aku. Jadi tetap menghargai bagaimana mereka bertumbuh. Semua rangkaian yang terjadi di hidup ini bagaikan sebuah kisah dalam buku yaa.. Indah untuk dikenang dan semoga jadi pembelajaran yang berharga untuk anak cucu kelak.
Terima kasih kak. Point pentingnya adalah kita tetap melaju dengan apa yang ada di depan mata. Jangan ada yang disesali. justru perbaiki kesalahan yang dulu pernah dilakukan. Jangan sampai terulang pada anak cucu kita. Bisa jadi satu buku loh cerita hidup kita masing-masing. wkwkwk
Nah bener, kadang kita lupa bahwa mengekspresikan penilaian terhadap diri sendiri dengan menyakini bahwa diri sendiri mampu, penting, berhasil dan berharga ini penting banget lho. Kita selalu terperangah dengan pencapaian orang lain tanpa menghargai pencapaian diri melalui proses berdarah darah
diri sendiri juga butuh penghargaan ya mas. Jangan sampai kita mengagumi orang lain, tapi merendahkan diri sendiri. Kita juga berdarah darah loh ketika menuju pencapaian hidup selama ini. Hargai diri sendiri dan sayangi diri sendiri.
setuju banget dengan point point di atas untuk mencari dan membentuk self esteem banyak yang bsia kita lakukan, termasuk salah satunya jangan pernah membandingkan diri kita dengan orang lain, peer saya saat ini adalah membangun hubungan dengan diri sendiri ini yang masih kadang masih harus banyak dilakukan
Perbanyak me time dengan diri sendiri mbak. Caranya bisa dengan pergi sendirian dan bertanya pada diri sendiri tentang arti hidup, tentang masalah yang dihadapi dan lain-lain. intinya curhat pada diri sendiri. butuh keheningan untuk bisa menemukan ketenangan pikiran
ah setuju banget mba.. memang kudu bisa membangun hubungan yang baik pada diri sendiri. karena bagaimanapun juga kita yang menjalani hari2..
Hubungan baik bukan hanya kepada orang lain. tapi juga kepada diri sendiri. biar kita bisa bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang ini
Hmm betul ya
Saya perlu tahu self esteem diri
Supaya tidak salah kaprah
Perlu dipelajari mbak. karena self esteem bisa untuk mempelajari dan menilai diri kita sendiri dan mengajari kita untuk bersyukur serta menerima diri kita yang dulu dan yang sekarang.
kegiatan yang diikuti banyak juga ya, tapi bagus buat pengalaman meski lelah. tapi menurutku, mumpung masih muda gpp mencoba semua hal dan beberapa bidang. karena sebelum menemukan yang tepat, mencoba berbagai hal salah satu cara dalam menemukan passion kita.
Bener. zaman SMA itu jaman pengen ikutin semuanya. masih labil dan masih butuh sesuatu untuk menemukan siapa diri kita. Jadi bisa mengikuti semua kegiatan positif. saat kuliah sudah capek organisasi, makanya fokus ke satu organisasi yang benar-benar dilakukan dengan hati. Semakin matang kita, semakin mengerucut kegiatan yang kita lakukan. TUjuannya satu. untuk mencapai tujuan yang ingin kita capai.
Note banget itu, Kak. Multitalenta is okay, tapi tetap kita harus menemukan yang bisa menjadi fokus utama kita ya. Sehingga ada personal branding yang mwlwkat pada kita
Nah itu. cari satu yang paling kita pahami dan jadikan itu personal branding kita.
keren banget ya Mbak, meski kegiatan ekskulnya seabrek tapi prestasi tetap nomor satu, generasi berikutnya dari Mbak harus bisa contohin nih
mencari jati diri itu memang gak bisa datang cuma sehari dua hari ya, butuh proses dan yang paling mengerti diri sendiri ya kitanya sendiri dong ya, mau dibawa ke mana diri ini untuk bisa mencapat tujuan kita.
Terima kasih mbak. Semuanya berproses. intinya lakukan dengan senang hati tanpa beban. hasilnya pasti diluar dugaan.
Aku juga cukup lama mencerna kutipan teratas tadi, loh kak. Dan emang benar. Kita mesti fokus oada satu hal untuk mencapai tujun utama. Harus ada yang di prioritaskan. Dan poin no.4 itu yang sulit aku temui saat ini. Maka aku memilih untuk mnjaga jarak aja daripada nanti malah terjebak ke dalam pertemanan yang negatif. Karena positif itu belum terlalu aku dapatkan.
Aku juga cukup lama mencerna kutipan teratas tadi, loh kak. Dan emang benar. Kita mesti fokus pada satu hal untuk mencapai tujun utama. Harus ada yang di prioritaskan. Dan poin no.4 itu yang sulit aku temui saat ini. Maka aku memilih untuk mnjaga jarak aja daripada nanti malah terjebak ke dalam pertemanan yang negatif. Karena positif itu belum terlalu aku dapatkan.
Menemukan circle yang positif tidak harus berhadapan langsung dengan banyak orang dan kita memilih satu diantara mereka. Kita bisa melakukannya dengan menjadi diri sendiri. Seperti mbaknya. menjaga jarak, artinya mbak nengsi lebih suka sendirian. Bertemanlah lewat dunia maya dan lakukan banyak hobi yang positif. insyaAllah akan datang sendiri teman yang satu frekuensi dengan kamu.