
kampung iklim. foto : dok. Agung Triono
Apa sih arti lingkungan bagi kamu?. Atau bagi diri kita yang secara tidak langsung terlibat dalam perubahan lingkungan di sekitar kita.
Sebagian orang ada yang cuek, tapi tidak sedikit loh yang ternyata masih peduli dengan lingkungan. Bahkan dengan sangat sukarela bersedia berjuang demi menjaga lingkungan tempat tinggalnya tetap terpelihara dan terhindar dari ancaman ulah manusia.
Sebut saja kebakaran hutan di Bromo yang saat ini masih menjadi berita terhangat tentang rusaknya lingkungan akibat ulah manusia. Gemes dan gregetan tentunya. Meskipun pelakunya mengaku tidak sengaja membakar hutan, tapi tetap saja api sudah melahap habis sebagian besar pepohonan dan merugikan banyak pihak.
Atau kejadian di Desa Lenggoksono, ketika penduduk setempat menangkap orang yang ketahuan meracuni ikan menggunakan potas, sehingga banyak ikan yang mati. Pelaku hampir saja dipukuli sebelum akhirnya meminta maaf dan bersedia mengganti kerugian.
Aku mungkin salah satu dari sekian banyak orang yang rasanya ingin menghakimi sendiri para pelaku yang merusak alam. Tapi kita juga tidak bisa memungkiri, jika alam turut memberikan sumbangsih dalam melatar belakangi perbuatan manusia sehingga terpicu untuk merusaknya.
Iklim. Ya benar. Iklim di Indonesia yang saat ini kurang menentu dan cenderung panas bisa menjadi salah satu penyebabnya. Iklim panas membiarkan api merambat dengan cepat membakar hutan di Bromo. Iklim ekstrem juga yang membuat air di laut surut, sehingga banyak ikan nampak di permukaan dan mudah ditangkap. Apa artinya ini?
Artinya kerusakan alam bukan hanya terletak pada ulah manusia saja. Perubahan iklim yang sempat ekstrim juga mengambil peran penting. Meskipun pada dasarnya apa yang terjadi pada alam juga tak luput dari ulah manusia juga. Banyak peran yang terlibat. Jadi kita tidak bisa menghakimi satu pihak saja.
Dari banyak kejadian yang melibatkan perubahan iklim sebagai penyebab bencana di negeri kita inilah, pak Jokowi akhirnya mengambil langkah kebijakan untuk melindungi lingkungan dari dampak perubahan iklim. Salah satunya yaitu dengan membentuk program kampung iklim di Indonesia.
Seperti namanya, kampung iklim adalah kampung yang dibentuk untuk menaggulangi perubahan iklim yang terus melanda negeri dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat sekitar, terutama dalam menjalani kehidupan yang lebih ramah lingkungan.
Keterlibatan masyarakat di sini ditekankan pada gaya hidup masyarakat yang mencerminkan kepedulian terhadap lingkungan seperti kebiasaan membuang sampah pada tempatnya, pengolahan hasil sampah menjadi produk yang tepat guna, cara mengolah makanan, cara menggunakan air bersih dan lain sebagainya.
Gaya hidup masyarakat yang peduli lingkungan ini harus terlihat nyata di lapangan, sehingga hasilnya benar-benar bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Berpeganan pada mulianya visi misi kampung iklim yang diharapkan pemerintah dapat mencakup lebih dari 20 ribu desa di Indonesia inilah yang melatar belakangi munculnya visi dan misi mulia dari kampung bahari di ujung Kabupaten Malang. Lenggoksono.

Asrinya Desa Lenggoksono. Foto by Arai Amelya
Ya benar. Lenggoksono menjadi salah satu dari puluhan desa wisata di Indonesia yang saat ini sedang bergerak menuju terciptanya kampung iklim untuk mewujudkan program pemerintah dalam penanggulangan perubahan iklim di Indonesia.
Lenggoksono itu istimewa karena dikenal sebagai Kampung Berseri Astra yang digerakkan oleh pemuda tangguh bernama Agung Triono. Berkat perjuangannya yang gigih, pria yang lahir di Malang, tanggal 19 Juni 1988 ini bangun dari mimpinya untuk membangun desa tempatnya tinggal dan terus bergerak memajukan desanya hingga berdaya bagi masyarakat sekitar.
Daftar Isi
Perjuangan itu Membuahkan Hasil. Mimpi Kini Jadi Nyata

Agung Triono (baju hijau) Pelindung bahari di Desa Lenggoksono. Foto by Agung Triono
Perjuangan biasanya berawal dari mimpi. Namun hasilnya akan nyata ketika kita tidak terlena dengan mimpi saja, tapi bangun dan bergerak untuk mewujdukannya. Itulah yang dikatakan oleh mas Agung melalui telpon pada Minggu malam sekitar pukul 19.15 WIB. 17 September 2023 kemaren.
“Jadilah Pemimpi yang tidak hanya bermimpi. Tapi bangun dan berlari.”
Aku tentu saja terhenyak dengan perkataan mas Agung yang mengandung semangat itu. Begitu dalam maknanya dan langsung merasuk ke jiwa. Tentu saja karena aku juga seorang pemimpi yang bisa dibilang masih mencari aman dengan hanya bermimpi. Aku belum bangun dan berlari seperti yang dilakukan mas Agung. Sapaan akrabnya.
Aku belum pernah bertemu dengan mas Agung. Meskipun demikian, semangatnya dalam bercerita membuatku terinspirasi dan berkeinginan untuk segera mewujdukan mimpiku juga.
Ya. Malam itu aku akhirnya mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai mas Agung via telpon setelah sehari sebelumnya mas Agung disibukkan dengan kegiatan di desanya.
Maklum kesibukannya sebagai icon champion Kampung Berseri Astra kini kian bertambah setelah Desa Lenggoksono kembali menerima penghargaan sebagai juara 4 Anugerah Desa Wisata Indonesia 2023 yang belum lama ini digelar oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia.
Bertambah lagi nih gelar kehormatan yang didapatkan oleh Desa Lenggoksono. Semuanya tak lepas dari perjuangan mas Agung bersama penduduk Desa Lenggoksono yang gigih melestarikan keindahan alam setempat.

Agung Triono (baju putih paling kanan) bersama pengunjung. Foto by Agung Triono
Berkat kemitraannya bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Desa Lenggoksono terus melenggang menapakkan prestasinya hingga memperoleh bintang 3 dari KLHK. Berita menggembirakan ini didapatkan mas Agung setelah Lenggoksono diverikfikasi menuju kampung iklim pada bulan ketujuh tahun 2023.
Proses verifikasi tersebut tidak serta merta terjadi. Sebelumnya ada pendampingan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang untuk mengindentifikasi dan memaksimalkan potensi daerah di Desa Lenggoksono, Kabupaten Malang pada bulan Maret 2023.
Menurut mas Agung, penilaian predikat kampung iklim tidaklah mudah. Semuanya tergantung dari 3 hal yaitu : Kelembagaan, adaptasi dan mitigasi.
Kelembagaan merupakan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilakukan untuk desa disertai bukti berupa foto kegiatan, tanggal pelaksanaan dan data administrasi lainnya. Semua data yang terkumpul dimasukkan ke dalam excel untuk kemudian dilaporkan ke dinas.
Maksud dari kelembagaan ini adalah untuk melihat sejauh mana sepak terjang penggerak desa wisata dalam menerapkan program kampung iklim, seperti cara mengolah sampah, cara mengolah makanan dan kegiatan menjaga lingkungan yang lain.
Mas Agung tentu saja terlibat langsung. Tidak asal menyuruh orang saja, tapi ikut terlibat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan tempat tinggalnya. Bahkan untuk memasukkan data ke komputer, dilakukan sendiri oleh mas Agung karena tidak semua penduduk desa Lenggoksono paham akan digitalisasi.
“Semua saya lakukan sendiri, mbak. Tidak apa-apa selama saya bisa dan mampu, saya akan lakukan dengan maksimal. Saya sudah bersyukur orang desa mau membantu secara fisik. Masalah komputer, biar saya saja yang mengerjakan.” Begitu kata mas Agung dengan rendah hatinya. Tidak ada paksaaan. Semua dilakukan dengan ikhlas dan sukarela.
Setelah kelembagaan, ada poin Adaptasi yang dinilai dari perubahan sikap masyarakat dengan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Butuh kesadaran diri untuk membuang sampah pada tempatnya, atau membersihkan sampah di pinggir laut agar lingkungan nampak lebih bersih.
Dalam hal ini, mas Agung punya trik tersendiri hingga mampu mengajak orang lain untuk ikut bergerak membangun desa tanpa bayaran. Mereka sukarela karena tumbuh kesadaran dalam diri untuk ikut serta membangun desa.

Hasta karya warga Desa Lenggoksono. Foto by Agung Triono
Triknya adalah jangan hanya mengandalkan audio saja. Atau menyuruh saja. Tapi tunjukkan juga dengan visual. Mas Agung melakukannya dengan mengumpulkan warga dan memutar video lewat proyektor tentang keindahan desa Lenggoksono dan potensi alam apa yang ada di dalamnya.
Tidak mudah sih. Tapi dengan kita ikut bergerak, lama-lama orang akan sadar dengan sendirinya dan akhirnya ikut bergerak membangun desa dengan sukarela. Toh semuanya juga untuk kepentingan masyarakat juga kan.
Nah, hal ketiga yang jadi penilaian kampung iklim yaitu mitigasi. Artinya masyarakat sudah melakukan apa saja untuk menanggulangi perubahan iklim yang terjadi.
Dalam hal ini, mas Agung menjelaskan bahwa Lenggoksono sudah melakukan banyak hal, seperti membangun sekolah alam, menjaga lingkungan laut, membersihkan desa, membuat ecobrick dan lain sebagainya. Semuanya terekam dalam kegiatan 4 pilar Kampung Berseri Astra.
Kampung Berseri Astra adalah Pijakan Awal untuk Melesat Lebih Jauh

Agung Triono saat menerima penghargaan Astra 2017 Foto by : dok. Agung Triono
Melalui wawancara online via telpon denganku, mas Agung tak memungkiri jika pergerakan Desa Lenggoksono yang sebentar lagi menuju kampung iklim tak lepas dari kegiatan Kampung Berseri Astra yang didapatkannya tahun 2017 lalu.
Sebagai penggerak Kampung Berseri Astra (KBA) 2017, mas Agung merasa punya tanggung jawab lebih untuk mengajak masyarakat tempatnya tinggal agar lebih berdaya dengan membangun desa agar lebih maju.
“Itu nggak mudah mbak. Banyak pro dan kontra selama saya melakukan kegiatan menjaga lingkungan di Lenggoksono.” Ujar mas Agung ketika menceritakan perjalanannya menjadi icon champion Kampung Berseri Astra.
“Icon champion itu sebutan bagi ketua. Di Astra, kami menyebutnya icon champion. Tugasnya banyak dan harus laporan satu bulan sekali untuk melihat sejauh mana kegiatan yang dilakukan sudah berdampak pada masyarakat. Jadi dalam satu minggu, kita biasanya menyusun target. Mau bikin apa nih selanjutnya.”
Aku mungkin tidak berada di dekat mas Agung saat itu. Tapi aku bisa membayangkan aura perjuangan yang terpancar dari kata-katanya yang penuh rasa optimis.
Pulang dari Jakarta membawa penghargaan Kampung Berseri Astra, nyatanya tidak membuat mas Agung duduk manis menikmati kemenangan. Belum. Kemenangan masih jauh. Justru tugas dan tanggung jawab besar sedang disematkan di pundak mas Agung.
Lewat KBA, mas Agung harus membuktikan bahwa Desa Lenggoksono memang memiliki potensi alam yang banyak dan bisa mendukung perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Kampung Berseri Astra menjadi pijakan awalnya untuk melesat lebih jauh lagi.
Beruntung mas Agung dikelilingi orang-orang yang mendukung perjuangannya. Terutama keluarganya yang sangat pro dengan kegiatannya yang sangat positif tersebut. Tidak semua sih, karena ada saja oknum tertentu yang tidak suka karena merasa iri atau sebab lainnya.
Dalam hal ini, mas Agung berusaha tetap tenang dan tidak membalas perbuatan tidak menyenangkan orang lain terhadapnya. Mas Agung tetap fokus pada tujuannya untuk menjaga lingkungan tempat tinggalnya dari kerusakan alam.
4 Pilar Kampung Berseri Astra yang Menggerakkan Mimpi Jadi Nyata

Agung Triono Sebagai Coral Nany di Desa Lenggoksono. Foto by Agung Triono
Terus terang aku terinspirasi mas Agung yang dengan semangatnya menceritakan perjuangannya dalam membawa desanya menjadi Kampung Berseri Astra. Rupanya kecintaannya terhadap lingkungan dan kepeduliaannya pada alam tempatnya tinggal sudah tercermin jauh sebelum desanya menjadi Kampung Berseri Astra.
Kepedulian mas Agung terhadap lingkungannya tersebut menurun dari peran ayahnya, Hari Budi Ono yang sebelumnya sudah sangat mencintai laut. Pak Budi bahkan menjaga karang laut dengan sukarela, jabatan yang pada akhirnya diturunkan ke mas Agung dengan julukan Coral Nanny, atau orang yang dipercaya untuk menjaga ekosistem terumpu karang di Lenggoksono.
Mas Agung bahkan yang meletakkan batu karang dan menjaganya dari kerusakan lingkungan. Kecintaannya pada lingkungan juga ditunjukkan dengan semangatnya untuk mengajak warga desa agar mau membersihkan sampah di pinggir pantai, menjaga kebersihan rumah, mengolah limbah sampah dan lain sebagainya.
Bahkan setelah ayahnya meninggal karena sakit tahun 2015, mas Agung tetap mendengungkan semangatnya dalam membangun Desa Lenggoksono agar semakin berkembang.
Aksi nyatanya inilah yang pada akhirnya membuat desa Lenggoksono merubah wujud dari desa tak terawat menjadi desa bersih dan asri, hingga akhirnya mendapatkan gelar tunas Kampung Berseri Astra.

Desa Lenggoksono sebelum jadi KBA. Nampak kotor dan banyak sampah. Foto by Agung Triono

Kampung Berseri Astra Desa Lenggoksono sekarang. Nampak bersih dan asri. Foto by Agung Triono
Dari Kampung Berseri Astra inilah, mas Agung dituntut untuk dapat mengimplementasikan ilmu dan kepeduliannya pada 4 pilar yang diperlukan dalam membangun desa, yaitu lingkungan, UMKM, kesehatan dan pendidikan.
Nah dari sinilah mas Agung mulai berpiki keras. JIka masalah lingkungan, mas Agung bisa paham karena terjun langsung sejak kecil. Sementara UMKM, kesehatan dan pendidikan, sama sekali hal baru baginya. Untung saja mas Agung mendapatkan dukungan dari masyarakat untuk sama-sama menerapkan keempat pilar untuk kepentingan bersama.
-
Pilar Lingkungan

Warga Desa Lenggoksono gotong royong membersihkan desa.
Foto by Agung Triono
Mas Agung sudah melakukan banyak hal untuk menjaga lingkungan tempat tinggalnya. Seperti membersihkan sampah di pinggir pantai dan di lingkungan tempat tinggalnya, menjaga terumbu karang, gotong royong bersih desa, dan masih banyak lagi lainnya.
Semuanya dicatat, difoto dan dilaporkan ke Astra sebagai bukti bahwa apa yang dilakukannya benar-benar nyata.
-
Pilar Kewirausahaan

Warga membuat hasta karya untuk dijual. Foto by Agung Triono
Mengajak orang untuk berwirausaha memang tidak mudah. Untuk memulainya, mas Agung mengaku mengajak masyarakat melakuukan hal ringan terlebih dulu, seperti menanam tanaman toga dan obat-obatan di depan rumah, hasilnya bisa dibuat jamu dan dijual.
Selain itu ada pembinaan membuat ecobrick dari limbah sampah plastik menjadi barang yang bisa digunakan kembali atau hiasan dinding. Ada juga yang membuat tas atau dompet dari hasil ecobrick ini loh. Kreatif sekali.
-
Pilar Kesehatan

Posyandu. Foto by Agung Triono
Jika sebelumnya pelayanan kesehatan hanya menunggu pasien datang berobat ke puskesmas saat sakit, maka mas Agung menambah kegiatan menjadi penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, timbang bayi dan kegiatan kesehatan lainnya yang menarik.
-
Pilar Pendidikan

Sekolah alam. Foto by Agung Triono
Mas Agung punya anak didik di sekolah alam yang dibuatnya. Targetnya memang anak-anak usia dini yang masih memiliki wawasan luas dan imajinasi luar biasa.
Untuk meningkatkan kemampuan anak didiknya, mas Agung bahkan bekerja sama dengan pihak lain untuk mengadakan kegiatan yang memacu kreativitas anak-anak, seperti lomba mewarnai, pembuatan soal untuk assessment nasional dan lain sebagainya.
Dalam pilar pendidikan ini, mas Agung tentu mencari tahu dan berguru pada orang lain yang punya pendidikan lebih baik dan pengetahuan yang lebih banyak. Apakah sekolah di Lenggoksono sudah memiliki kriteria assessment yang sesuai. Jika belum, mas Agung akan melaporkannya ke Astra untuk ditindak lanjuti dan diberi bantuan.
Keren ya kegiatan mas Agung ini. Lebih keren lagi ketika aku diberi tahu bahwa mas Agung tidak mendapatkan bayaran sama sekali dalam menggerakkan Kampung Berseri Astra di Lenggoksono.
Semuanya murni dilakukannya dengan hati dan untuk kepentingan masyarakat sekitar di tempatnya tinggal. Keren banget kan. Jarang loh ada orang yang berjiwa sosial tinggi seperti mas Agung ini di jaman sekarang.
Hati yang Bersih Wujudkan Niat jadi Bukti Nyata yang Hakiki

Warga Desa Lenggoksono bersih bersih lingkungan. Foto by Agung Triono
Aku salut dengan semangat mas Agung yang selalu membara. Semangat yang tak pernah surut meskipun dirinya hanya lulusan SMP dan harus bersaing dengan puluhan orang yang berpendidikan lebih tinggi.
Nyatanya, berkat perjuangannya yang tak kenal lelah dan kemurnian hatinya dalam bertindak tanduk membawanya masuk menjadi 2 besar nasional dalam program lingkungan, yaitu konservasi dan ekosistem bahari yang mengedepankan pada pemberdayaan potensi laut. Padahal laut menempati 20 persen saja dari mata pencaharian penduduk Lenggoksono. Sisanya adalah petani cengkeh yang berhasil.
Berkat Kampung Berseri Astra, ragil dari 3 bersaudara ini menjadi terpacu untuk ikut bergerak di darat. Membantu para petani cengkeh untuk berdaya lewat kreativitas dan UMKM.
Selama menjadi penggerak Kampung Berseri Astra, mas Agung harus mengikuti kelas satu minggu sekali untuk mendapatkan ilmu. Nah ilmu tadi harus bisa diimplemetasikan kepada masyarakat. Ini kerja sosial loh. Gak ada bayarannya. Kalaupun mas Agung ada undangan ke kota lain, yang didapat biasanya hanya uang saku. Bahkan jika kurang, mas Agung tak ragu menggunakan uang pribadi.
Dalam menggerakkan Desa Lenggoksono, mas Agung bahkan menyediakan tanah milik keluarganya untuk kegiatan warga loh. Pokoknya semua dilakukannya tanpa pamrih deh. Ada gak jaman sekarang yang mau melakukan sesuatu tanpa pamrih. Ada sih, tapi tidak banyak. Salah satunya ya mas Agung ini.
Makanya untuk menjadi penggerak Kampung Berseri Astra itu sebenarnya tidak mudah dan kelihatannya capek. Butuh kesungguhan dari hati untuk memajukan masyarakat. Toh dari laporan kegiatan yang dilakukan mas Agung dan penggerak Kampung Berseri Astra yang lain, pemerintah dapat melihat apa yang sebetulnya dibutuhkan masyarakat dan segera memberikan bantuan. Lebih tepat sasaran kan.
Dari Kampung Berseri Astra Menuju Kampung Iklim yang Memiliki Potensi Lebih Menjaga Alam Tetap Lestari

Kunjungan tamu di Desa Lenggoksono. Foto by Agung Triono
Obrolan lewat telpon whatsapp itu tak terasa berlangsung selama satu jam lebih. Sempat terputus karena mendadak suaraku tak didengar mas Agung. Aku pun menelponnya ulang dan menanyainya mengenai harapan mas Agung dari perannya sebagai penggerak Kampung Berseri Astra selama ini.
Sekali lagi aku tertegun dong. Harapannya cukup sederhana. Mas Agung rupanya hanya ingin agar apa yang dilakukanya berdampak positif bagi masyarakat. Aku tak mendengar ada materi atau uang yang diinginkannya. Semuanya dilakukan murni dari hati dan rasa cintanya pada lingkungan tempat tinggalnya.
Mas Agung hanya ingin orang mengenal Lenggksono dan berkunjung ke sana. Berkat Mas Agung Lenggoksono kini dikenal banyak orang. Bahkan Lenggoksono lebih terkenal daripada nama aslinya, yaitu Desa Purwadadi.
Lewat kegiatan 4 pilar yang dilakukan mas Agung, Lenggoksono kini menjelma menjadi desa wisata yang sibuk dan siap menerima kunjungan dari para tamu yang kata mas Agung, termasuk tamu high class. Soalnya rata-rata tamunya adalah murid SMK di kota Malang atau Perguruan tinggi yang ingin mengeksplor alam Lenggoksono.
Kunjungan dari para petinggi daerah juga ada. Blogger, jurnalis, bahkan wisatawan lokal yang ingin menikmati keindahan alam Desa Lenggoksono. Tenang, mas Agung pasti akan menyambut para tamunya dan menemani mereka berkeliling. Mas Agung bahkan tak segan menunjukkan potensi desanya yang semakin beragam.
Bagi yang ingin menginap, ada home stay juga yang dikelola warga sekitar. Harganya tentu saja terjangkau. Cukup hanya Rp 150.000 per rumah, kamu bisa menginap di rumah warga bersama keluarga per harinya. Bebas eksplor Desa deh dan menikmati indahnya alam di Desa Lenggoksono. Ada 19 paket wisata yang ditawarkan Desa Lenggoksono yang bisa diambil para pengunjungnya.
Gimana? Tertarik untuk berwisata di Desa Lenggoksono. Datang yuk ramai-ramai bersama keluarga atau teman. Tenang, udaranya sejuk loh dan desanya asri. Dari Kampung Berseri Astra, Lenggoksono akan menjelma kembali menjadi kampung iklim yang bersih, asri dan menyumbang peran dalam pencegahan perubahan iklim bersama puluhan ribu kampung iklim lainnya di Indonesia. Doain ya.
Sukses terus buat mas Agung dan semoga apa yang dicita-citakan segera terwujud. Aaaamiiin. Desa Lenggoksono, wujudkan semangat untuk hari ini dan masa depan Indonesia.
**
Referensi :
Hasil wawancara langsung dengan mas Agung Triono via telpon
http://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/5868/kampung-iklim-akan-diperluas-serta-berjejaring