
sumber gambar : instagram/ahmadhasyimwibisono
“Apa iya, semua pasien diabetes ini harus berakhir dengan kehilangan kaki?”
Ahmad Hasyim Wibisono. Dosen Ilmu Keperawatan di Universitas Brawijaya Malang sekaligus pendiri Klinik Kesehatan khusus pengobatan Diabetes, Pedis Care angkat bicara mengenai alasan kepeduliaannya terhadap para pasien diabetes.
Jika pada umumnya luka ringan pada seseorang akan pulih dengan sendirinya, tidak demikian dengan luka para penderita diabetes. Luka ketimpa motor misalnya, seperti yang dialami oleh salah satu teman saya ketika masih kuliah dulu.
Bagi orang yang tidak punya diabetes, luka lebam karena tertimpa boby motor akan sembuh setelah diberi obat. Tapi tidak dengan teman saya yang memiliki riwayat penyakit diabetes. Lukanya tak kunjung sembuh, bahkan membengkak dan membusuk. Perlu penanganan khusus dan lama agar lukanya yang tergolong ringan itu benar-benar bisa sembuh.
Cerita lainnya dari paman saya sendiri yang jari kakinya terpaksa harus diamputasi karena diabetes yang dideritanya membuat luka di kakinya membusuk. Jari kakinya tak tertolong dan harus dipotong. Sementara adik ipar saya membutuhkan waktu berbulan-bulan lamanya untuk sembuh ketika tangannya tak sengaja kena pisau.
Banyak cerita memang tentang luka yang dialami oleh orang yang punya riwayat penyakit diabetes. Luka yang tak kunjung sembuh bahkan oleh luka ringan sekalipun, akan membuat tekanan batin tersendiri yang berpengaruh pada psikis penderita diabetes.
Sederhananya, orang diabetes seolah tidak boleh terluka tubuhnya. Karena kalau sudah luka, bakalan susah sembuhnya dan lama. Bahkan terancam diamputasi kalau tidak mendapatkan penanganan yang tepat. sedih kan.
Daftar Isi
Keprihatinan Membuahkan Empati Bernama Pedis Care

sumber gambar : instagram/ahmadhasyimwibisono
Pak Hasyim, begitu saya menyapanya ketika wawancara via telpon yang ramah ternyata adalah seseorang dengan kepedulian yang tinggi. Backgroud pendidikannya adalah ilmu keperawatan di Universitas Brawijaya Malang yang kemudian menjadikannya dosen di kampus almamaternya.
Selama menjadi dosen praktek itulah, pak Hasyim merasakan langsung keprihatinan ketika menangani pasien dengan riwayat diabetes mellitus. Kebanyakan dari pasien – pasien ini berakhir dengan amputasi.
Menurut pengamatan dosen yang memperdalam ilmu keperawatanya di Universitas Indonesia untuk mengambil program magister yang dilanjutkan dengan Manajemen dan Pendidikan Diabetes di Flinders University di Autralia, metode penanganan luka diabetes belum mengalami perkembangan yang signifikan.
Itulah kenapa banyak pasien yang berakhir dengan amputasi. Padahal jika penanganan yang dilakukan tepat, banyak pasien diabetes yang bisa diselamatkan. Sayang banget kan.
Inilah dasar tercetusnya ide untuk mendirikan Pedis Care. Pria dengan basis nursepreneur yang memperdalam ilmu keperawatannya melalui sertifikasi perawatan luka di World Council of Enterosthomal Therapist (WCET) pada tahun 2012 dan mendapatkan sertifikat Terapis Stoma World Council of Enterosthomal Therapist (WCET) di tahun yang sama ini memulai semuanya dari nol.
Perjuangannya bisa dibilang tidak mudah. Tempat praktek Pedis Care pertama kali masih menggunakan rumah kontrakan di Jalan Mayjen Panjaitan di Kota Malang. Dengan dibantu istri dan satu orang staf, pak Hasyim mendirikan Pedis Care tahun 2014. Namun baru mendapatkan ijin praktek satu tahun kemudian di tahun 2015.
Apakah setelah itu pasien langsung berdatangan ke klinik? Harapannya sih seperti itu. Tapi kenyataannya, selama 4 bulan sejak ijin praktek yang harus menunggu satu tahun itu baru diberikan, tidak ada satu pun pasien yang datang ke Pedis Care.
Pak Hasyim sempat mau menyerah karena merasa gagal. Tapi setelah ditelusuri, ternyata memang metode marketingnya yang kurang tepat sasaran.
Pedis Care ini kan sesuatu yang baru. Jadi belum banyak orang yang tahu. Makanya butuh pemasaran yang tepat untuk mengenalkan Pedis Care ke masyarakat. Sasarannya adalah orang-orang penderita diabetes yang membutuhkan bantuan penanganan tepat agar lukanya dapat sembuh lebih cepat.
Di saat itulah, Pak Hasyim mulai memutar strategi dengan cara menghubungi dokter-dokter di rumah sakit dan kenalannya di dunia kesehatan. Pasien diabetes yang berobat ke rumah sakit, akan direkomendasikan untuk berobat ke Pedis Care.
Selain rekomendasi dari dokter, Pedis Care juga memberikan edukasi melalui pelatihan dan seminar, perawatan intensif ke rumah (homecare atau care giver) untuk pasien yang tidak bisa datang ke klinik, perawatan luka kronis seperti stoma, luka bakar, luka kanker, rental alat kesehatan sampai mengeluarkan inovasi berupa sandal diabetes.
Usaha pak Hasyim membuahkan hasil. Perlahan Pedis Care mulai dikenal dan didatangi banyak pasien. Tidak sedikit yang puas dengan pelayanan Pedis Care yang ramah dengan tingkat kesembuhan luka yang tinggi, yaitu 80 persen untuk luka kronis dan 88 persen untuk luka diabetes.
Kepuasan pelayanan dan keberhasilan penanganan inilah yang membuat Pedis Care makin dikenal dan dicintai masyarakat. Bahkan kini sudah membuka 2 cabang yaitu di Sidoarjo dan di kabupaten Malang. Tenaga terapisnya yang semula hanya 3 orang, ini sudah berjumlah lebih dari 50 perawat yang terlatih dan bersertifikat untuk penanganan luka. Jadi terjamin.
Diabetes Masih Menjadi Ibu dari Berbagai Macam Penyakit

sumber gambar : instagram/ahmadhasyimwibisono
Jika menilik kegigihan pak Hasyim dalam mendirikan Pedis Care, pertanyaan yang muncul adalah kenapa diabetes. Kenapa harus dibuat klinik khusus untuk penyakit diabetes atau yang dikenal sebagai rumah rawat luka ini. Seberapa penting dan urgent penyakit ini bagi kesehatan seseorang?
Jawabannya ada pada data yang dikeluarkan oeh International Diabetes Federation (IDF) tahun 2021 yang menyebutkan jika Indonesia menduduki peringkat ke-5 sebagai negara dengan pasien diabetes terbanyak di dunia dengan jumlah penderita 19,5 juta jiwa di tahun 2021. Angka ini diprediksi akan bertambah menjadi 28,6 juta jiwa di tahun 2045.
Kenapa bertambah? Karena gaya hidup masyarakat yang juga semakin tidak sehat, seperti jarang olahraga, sering makan makanan cepat saji, jarang bergerak, serta mengkonsumsi gula dalam jumlah yang banyak.
Dr. Eva Susanti, S.Kp. M.Kes selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan menyatakan jika Diabetes termasuk ibunya segala penyakit. Artinya Diabetes dapat memicu munculnya penyakit lain seperti jantung, liver, stroke sampai ginjal. Komplikasi kan jadinya.
Menteri Kesehatan sebenarnya sudah mengeluarkan Peraturan Nomor 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk makanan siap saji, tapi jika konsumsi makanan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik seperti olahraga, tetap saja risiko terkena diabetes tetap tinggi. Apalagi jika ada riwayat diabetes di keluarganya. Ya sudah.
Ingat ya.
Menurut catatan IDF, jumlah penderita diabetes di dunia tahun 2021 mencapai 537 juta jiwa. Jumlahnya diprediksi akan bertambah menjadi 643 juta jiwa di tahun 2030 dan 783 juta jiwa di tahun 2045.
Kenapa prediksi ini bisa muncul? Ya karena melihat pola hidup masyarakat yang semakin bebas dan tidak sehat tadi. Jika dulu kita biasa pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan dan dimasak di rumah.
Sekarang banyak aplikasi online yang siap mengantarkan bahan belanjaan kita langsung ke rumah. Aktivitas fisik semakin berkurang karena semuanya serba instan.
Terlepas dari itu semua, tetap saja kita harus memperhatikan kesehatan badan terutama bagi penderita diabetes atau seseorang yang dalam keluarganya ada riwayat diabetes.
Jalani pola hidup sehat dan jika sudah terkena diabetes segera tangani dengan pergi ke petugas medis yang tepat. Dalam hal ini, Pedis Care adalah rekomendasi paling tepat untuk menangani masalah diabetes.
Pedis Care Hadir dengan Pengobatan Modern untuk Semua Kalangan

sumber gambar : instagram/pedis_care
Sampai detik ini, Pak Hasyim masih tetap berjuang membantu pasien diabetes untuk sembuh dari penyakitnya. Setidaknya tingkat kesembuhan meningkat dengan adanya teknologi modern yang dijalankan oleh Pedis Care
Penanganan diabetes di Pedis Care dilakukan dengan teliti berdasarkan dimensi luka yang dialami penderita. Semakin dalam dimensi lukanya, penanganannya pun akan semakin serius. Untuk mengetahui dimensi luka ini, Pedis Care sudah menggunakan aplikasi canggih yang dijalankan lewat smartphone.
Aplikasi yang digunakan Pedis Care ini merupakan kolaborasi Pedis Care dengan rekan pak Hasyim dari Malaysia dimana cara pengoperasiannya dengan memfoto dan video sudut luka penderita. Nantinya dimensi luka mulai dari kedalaman luka, luas luka, kondisi luka hingga berapa banyak jaringan yang sehat dan yang mati dapat terindentifikasi.
Identifikasi luka melalui aplikasi ini tentunya akan memudahkan penanganan, sehingga tingkat kesembuhan pasien pun dapat meningkat.
Mahal gak ya biaya pengobatan di Pedis Care?
Pertanyaan menarik nih karena umumnya penanganan diabetes memang lebih mahal daripada penyakit lainnya mengingat dibutuhkan penanganan khusus untuk penyakit ini.
Di Pedis Care sendiri biaya penangananya didasarkan pada tingkat keseriusan luka yang dialami pasien. Umumnya sekali datang Rp 350.000. Bisa kurang atau lebih tergantung keparahan luka yang dialami.
Bagaimana kalau pasiennya tidak mampu membayar biaya pengobatan?
Nah inilah keunggulan yang dimiliki oleh Pedis Care. Pak Hasyim selaku founder Pedis Care sudah memikirkan tentang hal ini, tujuan utamanya mendirikan Pedis Care memang untuk menolong pasien diabetes untuk sembuh dari penyakitnya.
Keinginan ini tidak terbatas pada pasien orang berduit saja, tapi semua kalangan. Termasuk pasien yang tidak memiliki dana untuk berobat.
Niat tulus seorang Ahmad Hasyim Wibisono ini diwujudkan dengan upayanya untuk bekerjasama dengan berbagai pihak untuk menolong pasien kurang mampu agar tetap mendapatkan perawatan di klinik Pedis Care dengan pelayanan yang sama baiknya dengan pasien lain yang lebih mampu secara finansial. Keren kan.
Beberapa usaha yang dilakukan Pedis Care yaitu :
-
Subsidi Silang
Pak Hasyim tidak hanya membantu menangani luka diabetes pasiennya saja, melainkan juga memberikan edukasi tentang diabetes dan cara menanganinya. Termasuk memberikan himbauan untuk membantu pasien lain yang kurang mampu untuk dapat berobat juga.
Jadi pasien yang mampu secara finansial akan tergerak hatinya untuk membantu pasien lain yang tidak mampu, sehingga pasien yang kurang mampu dapat ikut berobat dan sembuh dari luka diabetes.
Alhamdulillah banyak donasi subsidi silang di Pedis Care yang menandakan banyak pasien yang memiliki empati besar kepada sesama penderita diabetes, sehingga mereka mau berbagi.
-
Komunitas Indonesia Peduli Adelaide
Komunitas Indonesia Peduli Adelaide merupakan sebuah yayasan lembaga amal orang Indonesia yang ada di Australia.
Pak Hasyim sempat mengutarakan kegiatan Pedis Care pada rekan-rekannya saat kuliah di Australia dan alhamdulillah banyak yang tergerak hatinya untuk menjadi donasi tetap bagi pasien diabetes yang kurang mampu secara finansial.
-
Badan Amal
Pedis Care juga bekerja sama dengan badan amal seperti rumah zakat atau dompet dhuafa untuk meringankan beban pasien kurang mampu secara finansial tadi agar mendapatkan bantuan dana pengobatan.
Selalu ada jalan untuk sembuh. Pedis Care tidak memandang kaya miskin. Semua pasien diberikan pelayanan terbaik dan penaganan yang sama tepatnya. Atas pencapaiannya yang terpuji inilah, akhirnya pak Hasyim mendapatan penghargaan Astra di bidang kesehatan tahun 2019.
Astra Apresiasi Perjuangan Ahmad Hasyim Wibisono di Pedis Care

sumber gambar : instagram/ahmadhasyimwibisono
Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award 2019 memanggil nama Ahmad Hasyim Wibisono sebagai salah satu inspiratif di bidang kesehatan.
Ini sebuah apresiasi yang membuat Pak Hasyim semakin semangat untuk membantu sesama. Pedis Care makin diakui masyarakat dan terbukti dapat membantu banyak pasien diabetes untuk sembuh dari lukanya.
Pencapaian ini tentu saja merupakan prestasi yang membanggakan bagi seorang Ahmad Hasyim Wibisono.
Bayangkan, seorang perawat dengan mimpi besar dan akhirnya berhasil mewujudkan mimpinya lewat perjuangan tanpa kenal lelah adalah sebuah perjalanan panjang yang patut mendapatkan penghargaan.
Astra memberikan apresiasi tertinggi untuk seorang pahlawan kesehatan seperti pak Hasyim yang berjuang membantu pasien diabetes tanpa mengenal status sosial.
Semuanya dibantu. Inilah yang mungkin tidak ada di tempat lain. Pedis Care peduli dengan semua pasien diabetes. Membantu dengan tulus dan memberikan pelayanan terbaik kepada semuanya.
Di tengah kesibukannya, pak Hasyim masih sempat membalas chat saya meskipun pada akhirnya obrolan panjang dilimpahkan ke salah satu karyawannya.
Keramahan pak Hasyim menandakan ada kebaikan yang begitu besar dalam dirinya. Karyawannya juga ramah dan menyambut hangat setiap pertanyaan yang saya lontarkan. Sukses terus Pedis Care dan semoga harapan pak Hasyim yang ingin Pedis Care semakin berkembang segera terwujud.
Ke depannya nanti, semoga Pedis Care tidak hanya ada di Malang dan Sidoarjo saja. Tapi ada di setiap pelosok Indonesia. Karena Pedis Care akan selalu bersama, berkarya dan berkelanjutan dalam menolong pasien diabetes dimana pun berada. Aaamiin.
**
Referensi :
https://www.idntimes.com/life/inspiration/anita-hadi-saputri/hasyim-dan-pedis-care-c1c2?page=all
Wawancara by phone dengan pak Hasyim dan salah satu karyawannya.