Menulis, menulis dan menulis. Bosan gak sih dengernya?
Bagi yang suka menulis seperti saya insyaAllah gak bosan. Karena menulis itu seperti terapi bagi saya. Maklum sering galau dan suka melamun. Menulis menjadi wadah penyaluran perasaan yang sulit diungkapkan lewat kata-kata. Ada yang seperti saya?
Nah, soal menulis. Bisa dilakukan terus menerus atau tidak sih. Karena yang namanya manusia pasti ada bosannya. Atau berhenti total karena sesuatu hal. Makanya dibutuhkan konsistensi dalam menulis. Agar tulisan kita tetap memiliki pembaca. Bahkan tidak menutup kemungkinan, tulisan kita mengalami perkembangan.
Perkembangan bagaimana yang dimaksud? Semakin maju atau mundur?
Sebelum membahasnya, kita flashback dulu yuk tentang asal mula kita menulis.
Daftar Isi
CERITA DI BALIK SEBUAH TULISAN
Terjun di dunia kepenulisan bagi saya adalah sesuatu yang menyenangkan. Kenapa? Karena saya suka menulis. Bukan sekadar menulis huruf demi huruf. Melainkan bercerita lewat rangkaian kata. Mungkin ini efek dari saya sendiri yang introvert. Jarang curhat ke orang lain dan cenderung sulit mempercayai orang lain. Jadi curhatnya ya ke tulisan. Aman dan dijamin tidak akan bocor, kecuali ada manusia lain yang membacanya.
Itu pikiran awal saya ketika menjadikan tulisan sebagai wadah penyaluran perasaan. Bagaimana dengan sekarang?
Semakin saya mendalami tentang tulisan, semakin banyak yang akhirnya saya tahu. Bahwa tulisan bukan sekadar merangkai kata menjadi cerita. Namun juga bisa menjadi media pemberi informasi. Dalam hal ini, tulisan memang ditujukan agar dibaca orang lain.
Saya semakin wah dan wow dong, karena pada akhirnya saya mencintai semuanya. Ujung-ujungnya saya terjun langsung ke kepenulisan dan mendalaminya dengan serius. Pilihan saya jatuh ke dunia fiksi. Kenapa fiksi? Karena saya suka melamun dan suka berkhayal. Hehe. Jadi bisa lebih bebas berekspresi dan berimajinasi.
Kecintaan saya pada dunia menulis membuat saya jadi suka membaca juga. Novel Brownies karya Fira Basuki adalah novel pertama kali yang saya baca. Sayangnya novel itu sekarang entah kemana, karena dipinjam teman dan tak pernah kembali. Hiks.
Bukan hanya novel, saya pun akhirnya suka membaca buku non fiksi. Seperti psikologi manusia, tentang fakta film Starwar yang ditulis Stephen King, buku agama dan sebagainya. Masalahnya, saat itu saya hanya membaca. Tidak langsung menulis.
Terpikir dong akhirnya untuk menulis cerita juga, dengan berbekal wawasan dari apa yang saya baca. Tapi bagaimana memulainya. Bingung bin bimbang. Akhirnya saya mandeg juga. Satu novel, gagal. Cerita pendek kok rasanya begitu saja ceritanya. Tulisan ilmiah, risetnya ribet.
Lalu bagaimana dengan kekonsistensian saya menulis? Berhenti juga akhirnya. Karena saya masih merasa hambar dalam menulis. Seakan kosong.
Masalahnya kita tak bisa lepas dari hal-hal yang membuat kita berhenti menulis. Seperti writers block, moody atau keadaan lainnya. Bahkan ada loh yang benar-benar berhenti menulis karena keadaan tertentu. Misal trauma tentang kejadian buruk atau sudah lama tidak menulis. Sehingga lupa untuk memulainya.
SAATNYA KEMBALI MENULIS
Saya pernah menghabiskan waktu hampir 24 jam untuk menulis. Berhentinya hanya waktu sholat, makan, dan mandi. Total yang saya habiskan di depan computer kurang lebih 18 jam sehari. Kapan itu? Ketika saya menulis naskah scenario sebuah sinetron di televisi. Bersambung menulis naskah scenario untuk ftv dan mengerjakan program tv lainnya.
Capek? Iya. Bosan? Ada juga. Tapi apakah saya berhenti menulis karena dua hal itu. Tentu saja tidak. Karena secara tidak langsung, jam menulis itu membuat saya berlatih terus menerus. Menemukan kesalahan demi kesalahan dan memperbaikinya.
Tuntutan pekerjaan membuat saya harus disiplin menulis. Koreksi membuat saya terus memperbaiki tulisan. Pada akhirnya saya menyadari bahwa kegiatan disiplin menulis itulah yang memompa kreativitas saya untuk terus menulis.
Striping sinetron berhenti, ftv pun tidak lagi. Ditambah adanya pandemi seperti ini. Sukses membuat saya hampir tak menyentuh naskah scenario lagi. Percaya atau tidak, ternyata itu membuat kemampuan saya menurun. Kenapa? Karena saya tidak terbiasa menulis naskah lagi.
Kalaupun ada tawaran membuat synopsis, saya harus membaca lagi naskah saya yang dulu. Lalu memahaminya kembali. Belajar lagi menelusuri karakter cerita dan bagaimana jalannya cerita. Kalau sudah paham, barulah bisa kembali menulis.
TIPS MANIS AGAR KONSISTEN MENULIS
Untuk tetap konsisten dalam menulis, kita memang membutuhkan beberapa hal sebagai pemicunya. Karena konsisten itu berawal dari komitmen awal dalam menulis. Beberapa hal di bawah ini mungkin bisa dijadikan referensi untuk terus belajar menulis.
1. MENGINGAT KEMBALI ARTI MENULIS BAGI KITA
Saya sempat bertanya pada diri sendiri, mengenai motivasi saya untuk menulis. Apa sebenarnya yang saya inginkan dari menulis. Apa artinya menulis bagi saya? Mungkin teman-teman juga ada yang punya pertanyaan serupa seperti saya. Tos dulu, karena kita akan membahasnya di sini.
Arti menulis bagi setiap orang itu berbeda. Motivasinya berbeda. Tujuannya pun berbeda. Misal seorang penulis berita, akan termotivasi menulis karena tuntutan pekerjaan. Jadi wajib hukumnya menulis berita. Sementara penulis novel tidak merasa punya kewajiban, karena motivasi menulis dari diri sendiri.
Sifatnya pun lebih fleksibel. Penulis scenario membutuhkan banyak referensi untuk terus menulis. Bahkan diwajibkan untuk mencintai film. Karena kan yang ditulis berhubungan dengan film atau tayangan di tv.
Nah bagi kamu yang ingin konsisten menulis. Sudah benar belum tujuan awal menulisnya. Ingat ya, terkenal itu bonus. Bukan tujuan awalnya. Begitu juga dengan uang. Percayalah, jika tulisan yang kita hasilkan bagus dan bermutu, uang akan mengikuti dengan sendirinya. Bahkan tidak sedikit yang berani membayar mahal penulis dengan kualitas tulisan yang bagus.
2. MENDISIPLINKAN DIRI
Disiplin itu penting, untuk melatih kita menjadi lebih baik. Jangan kalah sama moody yang membuat kita malas-malasan. Tapi bukan berarti harus kejam pada diri sendiri. Atur management waktu untuk menulis. Misal, jam sekian sampai sekian waktunya mengurus keluarga. Jam sekian sampai jam sekian untuk menulis dan seterusnya.
Disiplin membuat kita semakin tertata. Karena kita akan terbiasa untuk focus. Sehingga tulisan yang kita hasilkan bisa selalu mengalami peningkatan.
3. TERUS BELAJAR LEWAT MEMBACA
Menulis tanpa membaca itu kosong. Alias bohong besar. Karena sumber pengetahuan itu adanya di bacaan. Tidak harus buku. Koran, majalah, bahkan berita di televisi juga bisa dijadikan sumber bacaan.
Pertajam memori otak kita dengan membaca lebih banyak, dan memahami lebih banyak. Percayalah, itu pengaruh pada hasil tulisan kita. Rasanya akan lebih berbobot karena kita memahami masalah. Sekaligus dapat memberikan konklusinya.
4. PERBANYAK REFERENSI
Referensi dapat memperkaya tulisan kita. Selain bacaan, kita juga bisa menemukan tempat baru. Penyegaran otak kalau bagi saya. Misal pergi ke tempat baru yang belum pernah dikunjungi, bertemu dengan teman, berkenalan dengan orang baru, mendengarkan musik, pergi ke bioskop, dll.
Hal-hal tersebut bisa memperdalam karakter cerita loh. Ini penting untuk membuat cerita menjadi lebih hidup. Misal kita membuat tokoh A seorang anak jalanan. Kita bisa menggambarkannya dengan lebih riil, jika kita datang langsung ke jalanan. Mengamati jalanan, mengalami anak anak jalanan. Berinteraksi dengan mereka. Pembaca akan merasa ikut dalam petulangan kita nantinya. Karena kita menyajikan cerita sesuai keadaan yang sesungguhnya di lapangan.
5. LATIHAN DAN LATIHAN
Waktunya latihan menulis. Jangan berhenti ketika bosan, apalagi ketika mengalami kebuntuan. Segera alihkan perhatian dan kembali menulis. Buat kesalahan dan perbaiki. Lakukan terus menerus untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Menulis itu ending. Bukan awal. Karena sebelum kita menulis, kita membutuhkan banyak hal untuk memperkaya tulisan kita. Teruslah berlatih dan konsisten dalam menulis. Jangan lupa untuk focus pada satu tema. Sehingga tulisan kita bisa lebih dalam dan berkarakter.
Nah, sudah praktek yang mana nih? sharing yuk di kolom komentar.
29 Comments. Leave new
Wah, mba Indah keren nih udh di level menulis skenario..saya kalau udh lama ga nulis susah untuk mengembalikan mood menulism. Tapi demi punya list BW saya jadi semangat menulis.
Masih mendalami lagi saya mbak. perlu banyak belajar lagi
Wah makasih sarannya mbak..harus banyak referensi lagi nih. Jadi inget jyga buku nonfiksi yg pertamma ku khatamin bukunya kh.toto tasmara setelah ku berazzam mau menulis sprti beliau
yes, butuh role model kak buat nyemangatin kita menulis
makasih tipsnya… masih PR banget nih buat aku untuk konsisten menulis.
PR kita semua. aku pun juga begitu kak. hehe
Konsisten menulis, saya rasa itu yang perlu effort lebih sih ya. Asyik tulisannya, mbak
terima kasih
Gak ada tips menulis terbaik selain menulis itu sendiri. Artinya ya menulis, menulis, dan terus menulis. Hehehe. Bakat itu diasah dengan melakukannya terus menerus.
betul kak. menulis jangan asal menulis. tapi ada perkembangannya. lewat belajar dari para senior.
Betul banget mbaak. Karena penulis hebat pun menghabiskan jam terbang yang ribuan jam itu hanya untuk menulis menulis dan menulis. Duh saya jadi semangat bangettt nihh buat terus produktif nulis sehari 1000 kata deh ya minimal huhu. Aamiin. Thanks for sharing kak
sama sama kak. kak Jihan mah udah update nulisnya. rajin. saya masih berjuang melawan rasa malas diri sendiri. hehe
Ingin konsisten, tapi kadang terhalang oleh waktu dan rasa malas. Paling sulit sih melawan rasa malas
dilawan kak. karena musuhnya menulis ya diri sendiri. semangat
tengkyu sharing tips trik nya mba.. btw keren lah jadi penulis skenario, salah satu keinginan aku juga
Keigninan harus diwujudkan mbak. Semangat, cari ilmu lagi dan job lagi. yuuuk… nulis skenario. kangen nih nulis script lagi.
Wah, makasih mba tipsnya. Aku udah cari banyak tips menulis cerita, tapi setelah menemukan tips nulis di sini aku seneng banget. Mudah dipahami. Intinya harus konsisten nulis hehe
Alhamdulillah jika bisa membantu. Keep writing ya.
Keren banget mba, aku juga lagi dalam tahap belajar nulis skenario,, tapi memang perlu ngingat lagi tujuan awal kita itu apa, biar ga demotivasi
semangat. belajar dan perdalam lagi biar makin matang tulisannya.
Aku ini yg gak konsisten. Nulis sak karepe dewe. Haha.. Eh, mbak ntar review novel ku dooong
boleh mbak. sini kirim ke rumahku. ntar aku review
Konsisten buat nulis kl gak niat gak bakalan bisa ya kak. Saya jg lagi maksimalkan buat selalu konsisten, tapi ya kadang ada aja kendala. Keep semangattt
musuhnya kita sendiri. saya juga kadang gak konsisten. kalah sama rasa malas dan moody. harus bisa diperangi nih.
Wah makasih atas tulisannya. Saya udah satu tahun ga menulis lagi, jadi sekarang lupa caranya. Baru dua baris gabisa lanjutin huhu
coba lirik lagi ilmu menulisnya mbak. perdalam riset, jangan langsung menulis. biar ketika menulis, sudah ada banyak pembendaharaan di otak kita. jadi nulisnya bisa lancar
artikel bagus sangat bermanfaat. saya juga ingin berbagi informasi yang lain, silahkan dikunjungin : http://news.unair.ac.id/2017/12/12/dr-suko-hardjono-dasari-kerja-dengan-konsistensi-dan-tanggung-jawab/
Terima kasih sudah berkunjung. nanti aku kunjungin balik ya
thank you for nice information