Bicara soal ending sebuah cerita, berarti kita bicara tentang bagaimana mengakhiri sebuah cerita. Tentu saja patokan utamanya ada pada konflik utama dalam cerita yang bersangkutan. Dimana konflik utama cerita harus sudah selesai dan menemukan jawabannya. Barulah cerita ditutup dengan satu adegan yang merangkum semua masalah tokohnya.
Oke, sebelum kita bicara jauh mengenai bagaimana mengakhiri sebuah cerita, ada baiknya kita bicara dulu soal alur cerita. Dimana di dalam alur tersebut terdapat konflik yang menjadi nyawanya sebuah kisah. Ini penting, karena alur dan konflik akan berpengaruh pada bagaimana penulis harus mengakhiri ceritanya.
Daftar Isi
ALUR CERITA
Alur sebuah cerita membentuk badan cerita. Dimana di dalam alur tersebut, terdapat runtutan kejadian yang menceritakan tokoh-tokohnya.
Ada dua macam alur yang bisa digunakan dalam bercerita. Yaitu alur maju dan alur mundur. Alur maju berarti cerita dikisahkan dari konflik di awal cerita, naik menjadi konflik utama hingga puncak, dan ditutup dengan ending cerita. Alur awal tengah akhir ini biasanya disebut juga mainstream.
1. ALUR MAJU / MAINSTREAM
ALUR MAINSTREAM maksudnya adalah alur yang memiliki awal-tengah dan akhir yang jelas
Penulis pemula disarankan menggunakan alur jenis ini karena dianggap lebih mudah. Konflik dibangun di awal bab, mencapai puncak di pertengahan sampai tiga perempat cerita. Dan diakhiri di akhir bab.
2. ALUR MUNDUR / FLASHBACK
ALUR mundur atau FLASHBACK di sini yaitu alur yang menggunakan plot loncat-loncat. Dari satu bab ke bab berikutnya, penulis tidak menceritakan kisah secara runtut (awal tengah akhir). Melainkan langsung menghadirkan puncak konflik di awal bab. Biasanya dari puncak konflik inilah muncul banyak pertanyaan lainnya. Penulis biasanya menjawab pertanyaan tersebut lewat flashback kejadian yang dialami tokoh.
Penulis pemula tidak disarankan memakai alur jenis ini. Karena pasti sangat membingungkan. Terutama bagian ketika penulis menceritakan kisah di waktu sekarang, lalu tiba-tiba penulis dituntut untuk mengenang kejadian yang pernah dialami tokoh di waktu terdahulu.
Jika penulis tidak pandai mengolah kata dengan baik, pembaca pasti akan kebingungan memilah mana yang waktu sekarang, dan mana waktu yang telah lalu. Karena itulah plot jenis ini biasanya digunakan oleh penulis yang sudah kaya ilmu menulisnya. Sehingga mau memakai plot loncat-loncat atau arus normal, tetap bisa membius pembaca yang membaca karyanya.
Intinya, alur mundur ini membutuhkan kepiawaian dalam bercerita.
KONFLIK
Konflik merupakan masalah yang dihadirkan dalam cerita, sehingga cerita menjadi hidup dan terus bergerak.
Pergerakan konflik ini menentukan bagus tidaknya sebuah cerita. Apalagi jika dikemas dengan pilihan diksi yang tepat. Karena itulah penulis dituntut untuk bisa mengolak konflik dengan baik, agar cerita yang dihadirkan tidak membosankan.
BACA JUGA : 7 CARA MENEMUKAN IDE DAN MENGOLAHNYA MENJADI TULISAN
Konflik sebuah cerita dibagi menjadi dua garis besar. Yaitu konflik utama dan konflik pendamping.
1. KONFLIK UTAMA
Konflik utama adalah masalah utama yang menjadi poin terbesar sebuah cerita.
Misal, novel perahu kertas karya Dewi Lestari bercerita tentang masalah yang terjadi antara KUGY dan KEENAN. Jadi konflik utamanya adalah kehidupan kedua tokoh sentral tersebut. Tentang siapa KUGY, siapa KEENAN, bagaimana keduanya bisa bertemu, apa yang terjadi selama mereka berhubungan baik, dan apa saja yang menyangkut kedua tokoh tersebut. Konflik utama ini selalu hadir di setiap bab dalam cerita.
2. KONFLIK PENDAMPING
Konflik pendamping adalah konflik yang terjadi di luar tokoh utama.
Misal dalam novel NEBULA, selain tokoh utama KANIS dan TEFAN. Ada juga tokoh pendamping, yaitu NAYA, LIAM dan IZZA. Konflik yang berkaitan dengan tokoh pendamping ini disebut sebagai konflik pendamping.
Porsi konflik pendamping dalam cerita tidak sebanyak konflik utama. Namun tetap saja perannya sangat mempengaruhi jalan cerita. Karena biasanya munculnya konflik utama dipicu dari konflik yang terjadi antara tokoh pendampingnya.
ENDING CERITA
Nah, ini saatnya kita masuk pada pokok ulasan kali ini.
Setelah kita bermain-main dengan cerita, sudah tiba saatnya kita menutup kisahnya dengan cara yang apik. Namun seringkali penulis pemula kesulitan membungkus cerita dengan cara yang menarik. Hal ini bisa dimaklumi, mengingat kebanyakan penulis cerita masih belum bisa “move on” dari konflik yang dibuatnya sendiri. Bahkan tidak sedikit penulis pemula yang terjebak dalam “keasyikan” dalam puncak konflik. Sampai lupa menutup cerita.
Nah, ending sebuah cerita bisa dibentuk melalui dua cara. Yaitu ending tertutup dan ending terbuka.
* ENDING TERTUTUP
ENDING tertutup artinya cerita antara tokoh utamanya sudah selesai. Tidak ada lagi kelanjutan kisah diantara keduanya. Ending cerita seperti ini bisa berupa happy ending atau sad ending. Tergantung penulisnya. Yang jelas cerita tamat. The end.
Perhatikan penggalan ending cerita berikut :
NINGSIH berlari mengejar MAS JAKA-nya. Air matanya tumpah seiring derap langkah kakinya yang tak berhenti. Sementara suaranya serak memanggil sang kekasih yang tak kunjung menoleh.
“Jangan tinggalin aku, mas!! Tolong, aku tak bisa hidup tanpamu.” NINGSIH menggapi tangannya, mencoba meraih sosok yang kini beratur-ratus meter di depannya. Hingga laki-laki itu akhirnya berhenti. Lalu berbalik dengan wajah sedih.
“Lupakan aku, NINGSIH! Kita tak bisa bersama lagi. Maaf…” laki-laki itu tertunduk dalam diam. Lalu berbalik lagi untuk melanjutkan langkahnya yang tadi sempat tertahan.
The end.
Penggalan cerita di atas, menjelaskan jika kisah antara NINGSIH dan JAKA sudah selesai. Tak ada cerita lagi antara kedua tokoh tersebut. Meskipun dalam narasi tersebut digambarkan Ningsih yang masih mengejar JAKA. Namun JAKA memberikan keputusan final. Bahwa hubungan di antara mereka sudah berakhir. Tak ada kelanjutan cerita antara NINGSIH dan JAKA.
Ending cerita seperti ini disebut sebagai ending tertutup. Semua masalah yang terjadi diantara tokoh-tokohnya terjawab semua.
* ENDING TERBUKA
ENDING TERBUKA mengusung rasa penasaran pembaca. Jika pada ending tertutup, tidak ada masalah yang belum terselesaikan. Maka pada ending terbuka ini, justru masalah baru dibuat lagi setelah masalah inti selesai. Pembaca dibuat menggantung, dengan rasa penasaran yang belum terjawab. Namun biasanya masalah baru ini masih berkaitan dengan masalah awal yang sudah selesai tadi.
Misal… Perhatikan penggalan ending cerita berikut :
NINGSIH menangis memandangi hamparan hijau rumput di depannya. Ada hampa yang dirasakan diantara kesegaran yang nampak di depan mata. Pandangannya menatap kosong. Berkelanan entah kemana. Sementara suara bariton yang dari tadi memanggil namanya tak kunjung membuat wajahnya menoleh.
“NINGSIH! Di sini kamu rupanya?! Kenapa kamu tidak mendengar panggilanku? ADI, teman dekatnya yang sudah dianggapnya seperti saudaranya itu menegur halus. Namun NINGSIH masih memaku pandangannya jauh ke depan. Seolah panggilan ADI tak begitu penting untuk mengalihkan perhatiannya.
“NINGSIH… kamu denger aku gak sih!! Ayo kita pulang…”
NINGSIH masih tak bersuara. Hanya wajahnya yang kini tertunduk semakin dalam. Hingga matanya terpaku pada perutnya yang kini tak rata. NINGSIH menalan ludah, lalu mengusap perutnya penuh sayang. ADI melihat apa yang dilakukan NINGSIH. Dengan canggung, ADI pun memberanikan untuk bertanya.
“Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu sedang hamil, NINGSIH! Kalau JAKA tahu, tak mungkin dia pergi meninggalkan kamu seperti ini?!”
“Cintaku sudah pergi! Benih yang tertanam di dalam sini juga ikut pergi! Jadi untuk apa aku masih tetap di sini?!”
NINGSIH akhirnya bersuara. ADI memandangnya dengan dahi berkerut. Ada makna yang tersembunyi dari kata-kata NINGSIH. Tapi ADI ngeri sendiri jika apa yang melintas di pikirannya barusan benar-benar terjadi.
“Apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan, NINGSIH?! Jangan bikin aku takut!”
NINGSIH akhirnya menoleh ke ADI. Tersenyum dengan tenang dan akhirnya membentangkan kedua tangannya. NINGSIH sedang memasrahkan raganya ke alam. Membuang jiwanya ke khayangan. Sebentar lagi dia pergi. Itulah yang ingin dilakukannya.
NINGSIH meluncur dengan perlahan. Suara teriakan ADI terdengar semakin menjauh. Sementara bisikan lainnya makin terdengar jelas. Suara rintihan kecil dari perutnya yang dulu menggembung besar. NINGSIH tersenyum. Dia sudah pasrah, kali ini dia pergi selamanya.
**
Apa yang ditangkap pembaca ketika membaca penggalan ending di atas. Apakah pembaca mengartikan bahwa NINGSIH menjatuhkan dirinya dari tebing. Atau NINGSIH bunuh diri. Lalu bagaimana nasib NINGSIH setelah itu? apakah dia masih hidup atau justru sudah meninggal. Kalau meninggal, jasadnya ditemukan atau tidak. Pertanyaan itu menggantung begitu saja.
Pembaca boleh menduga dengan banyak persepsi.
Praduga pembaca seperti itulah yang membuat cerita di atas memiliki ending yang terbuka.
Masalah utama tentang akhir cerita antara NINGSIH dan JAKA sudah terlihat jelas. Namun ada informasi baru yang disampaikan penulisnya. Yaitu kenyataan bahwa NINGSIH pernah hamil anaknya JAKA. Namun keguguran, membuat NINGSIH kehilangan semangat hidup. Pembaca yang bisa menyimpulkan sendiri bagaimana nasib NINGSIH selanjutnya. Tapi kesimpulan pembaca tidak jauh dari tragedi utama antara NINGSIH dan JAKA.
Jika kamu memilih ending terbuka untuk menutup cerita kamu, ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Diantaranya :
1. PASTIKAN KONFLIK UTAMA SELESAI
Kunci utama untuk membuat ending yang terbuka adalah konflik utamanya. Pastikan konflik utama cerita selesai. Jadi pembaca mengira cerita sudah tamat. Ini penting untuk membangun kepercayaan pembaca.
Misal pada novel NEBULA, di bab akhir nampak masalah antara KANIS dan TEFAN sudah selesai. Masing-masing sudah mengungkapkan perasaannya. Sehingga KANIS dan TEFAN sudah saling mengetahui kalau mereka saling cinta. Masalah selesai. Happy ending.
BACA JUGA : REVIEW NOVEL KATA KARYA RINTIK SEDU
Untuk membuat ending terbuka, sisakan satu space di akhir bab tentang apa yang terjadi dengan tokoh utamanya. Tapi pastikan sudah tidak ada masalah antara kedua tokoh utamanya.
Misalnya di novel NEBULA, KANIS rupanya belum bisa menerima cinta TEFAN. KANIS membutuhkan waktu lagi untuk menumbuhkan perasaan itu. TEFAN tidak memaksa dan rela menunggu sampai cinta itu datang dengan sendirinya. Di sini, pembaca bebas berimajinasi, apakah nantinya KANIS benar-benar bisa membuka hatinya untuk TEFAN ataukah tidak. Pembaca yang memutuskan. Penulis membuka jalannya.
2. BANGUN KONFLIK BARU DENGAN INFORMASI YANG MENGEJUTKAN
Konflik utama memang sudah selesai. Namun untuk membuat ending terbuka, perlu ada konflik tambahan yang berisi informasi penting. Informasi ini bersifat mengejutkan dan tidak diduga oleh pembaca.
Pilihlah informasi seputar tokoh tokoh sentralnya. Sehingga pembaca penasaran dengan kelanjutan kisahnya.
Pada cerita tentang NINGSIH dan JAKA di atas, informasi mengejutkan saya tulis di bagian NINGSIH yang ternyata hamil. Informasi lainnya lagi, kehamilan itu ternyata tidak berlangsung lama karena NINGSIH keguguran. Konflik ini tentu saja belum diutarakan di bab sebelumnya.
3. SIMPAN INFORMASI BARU UNTUK DITUANGKAN DI AKHIR CERITA
Formula yang tepat dalam membuat cerita adalah menentukan awal, tengah dan akhirnya terlebih dulu, baru mengisi bagian celahnya dengan cerita utuh. Cara ini akan membuat cerita akan tetap fokus.
Sementara itu untuk pilihan ending terbuka, siapkan informasi baru dengan konflik tinggi yang ditulis di akhir cerita. Informasi baru ini tentu saja saja berisi kejutan tak terduga. Sehingga pembaca akan mendapatkan shock terapy di akhir cerita.
Siasat ini sering digunakan untuk membangun cerita lebih hidup. Juga untuk cerita yang dibuat sekuel atau bersambung. Sehingga pembaca akan penasaran dengan cerita selanjutnya.
Nah, bagaimana? Sudah jelas kan bagaimana harus menulis ending terbuka dalam ceritamu. Pastikan kejutan yang kamu siapkan tetap menarik ya. Sehingga pembaca akan terus memburu kisah kamu selanjutnya.
Selamat berkarya.
37 Comments. Leave new
Sama-sama. semoga bermanfaat
Ending terbuka juga bisa menjadi modal utama di novel berikutnya, waw tulisan kakak luar biasa menginspirasi dan keren. Semoga saya juga bisa menulis dengan baik Aamiin
Terima kasih. Semoga bermanfaat.
K wahyu aku save ah alamat artikel ini. Awal aku menulis sebenarnya menulis fiksi, suka banget bermain sekarang istilahnya POV ya hihi. Bagus nih teorinya aku jadi bisa belajar dari awal lagi yaa, siapa tau ada ide nulis fiksi lagi heheheh
wah terima kasih kak. semoga bisa membantu ya.
Iya nih mbak, saya kalau buat cerita suka binggung dengan endingnya. Habis baca artikel ini saya jadi lebih tahu bagaimana cara membuat ending yang bagus. Makasih mbak atas tipsnya
sama-sama. semoga bermanfaat
Nah alur cerita ini yg “gantung” yg bikin bnyk org penasaran.. biasanya jd bnyk yg tunggu cerita selanjutnya..hehe
nah, ada ide cerita selanjutnya untuk kisah ningsih dan jaka? hehehe
Saya juga kadang suka susah nentukan ending sebuah cerita. Seringnya terpaku dalam konflik. Pemaparan di atas sangat menambah ilmu kepenulisan saya. Makasih ya kak infonya
sama sama. semangat kak
Aku lebih suka membaca cerita dengan ending terbuka. Jalan pikiran dan keinginan antara penulis dan pembaca belum tentu sama. Pada ending terbuka, aku bisa berangan-angan sendiri bahwa sebenarnya tokoh-tokoh tersebut berakhir kisahnya sesuai apa yang ada di dalam kepalaku, hehehe …
yes, ending terbuka selalu jadi pilihan unik penulis. terutama yang ingin terlihat beda. lanjutkan kak. semangat
Setiap berkunjung ke blog ini selalu dapat pencerahan soal teknik-teknik menulis.
Harus rajin-rajin nij ke sini, makasih ilmunya ya mbak
Alhamdulillah. terima kasih kak.
Kalau saya seringnya pake konflik terbuka mbak untuk menutupi kelemahan saya dalam mengakhiri cerita haha
siip. lanjutkan. hehe
Waah nice sharing kak. Biasanya memang teknik menulis ini gabisa begitu saja langsung jd hebat yaa. Harus banyak latihan
yup benar. latihan, latihan dan latihan. kembangin ilmu agar makin maju gaya menulisnya.
Wah, komplit ulasannya
Pernah juga sih yg endingnya gantung dan ada juga yg ga hepi ending hehe. Mungkin sengaja yaa hehe
sengaja dibuat begitu kali sama penulisnya. kalau yang baca penasaran dan geregetan, berarti penulisnya berhasil tuh.
Menarik sekali, Gimana ya kak tips buat ending twist ?
noted. nanti aku buat artikelnya ya. tungguin
Geregetan kalau nemui novel dengan akhir yang gantung, karena bikin penasaran. Kita harus berimajinasi sendiri akhirnya. Btw Ningsih tidak diceritakan keguguran, saat dipanggil Adi. Tapi kok ternyata keguguran mbak?
nah, kenapa coba. bisa ditebak gak kenapa? hehe
Wah kalau bikin novel bakal rajin baca-baca artikelnya Mbak Indah nih..lengkapp jadi lebih mengerti tentang macam-macam ending plus contohnya ya
hayuk mbak bikin novel. aku ada kelas novel juga loh. hehe.
keren sih mbk wahyu cerita ningsih sm jaka ini. jadi inget drakor goblin sm king jg endingnya terbuka ya…jadi banyak persepsi itu sad or happy ending wkwk
makasih kak. itu asal aja pakai nama ningsih sama jaka. wkwkwkk…
Tipe2 saya kalau nulis ending cerita, pasti dibumbui dengan hal yg gantung dan mengejutkan, atau ada twist nya. Kayaknya seneng aja ada pembaca yg kesel, penasaran, sama kaget bercampur jd satu. Btw informasi ini bermanfaat bngt buat yg suka nulis fiksi. Makasih mba
sama-sama. keep writing ya.
Wah mantap ini kak sharing nya. Perlu banyak latihan menulis agar semakin lihai dalam menulis cerita yang ditunggu tunggu pembaca.
semangat kak.
Keren banget nih informasinya ada contohnya juga. Lengkap bin jelas! Saya baru tahu loh ending itu ternyata ada berbagai macamnya, thanks for sharing kak
sama sama. semoga membantu.
Wow mantap nih tips nya lengkap banget… Semoga membantu para penulis cerita, terutama yang pemula, ya…
Saya pernah suka menulis cerita juga, sebenarnya. Tapi sudah jarang saya lakukan, hihihi
yuk nulis cerita lagi mbak. seru loh. hehe