Ketika anak jatuh sakit, hati seorang ibu bisa hancur sehancur-hancurnya. Itu yang saya rasakan ketika anak saya, Attha harus terbaring di ranjang rumah sakit. Dengan tangan diinfus dan disuntik sehari tiga kali.
Anak saya sudah langganan masuk rumah sakit satu tahun sekali. Setiap kali opname, rata-rata satu minggu lamanya. Perih hati ini. Seakan ingin meggantikan posisi anak di sana. Demam tinggi, step dan demam berdarah adalah penyebab anak saya harus diopname. Untunglah. Antara lega tapi juga panik. Karena bukan Pneumonia penyebanya.
Kenapa saya begitu takut dengan Pneumonia? Ini alasannya :
- Pneumonia menjadi penyebab kematian anak nomor satu di dunia yang seharunya dapat dicegah. Jumlahnya sekitar 1 juta anak setiap tahunnya (Save the Children)
- Pneumonia akan membunuh 11 juta anak pada tahun 2030 mendatang. Hal ini akan terjadi jika Pneumonia tidak segera dicegah dan ditangani. (Johns Hopkins University and Save the Children)
- Setengah dari kematian anak akibat Pneumonia berhubungan dengan polusi udara. Terutama polusi dalam ruangan (UNICEF)
- Pneumonia menyebabkan 15% dari semua angka kematian balita (WHO)
- Setiap 1 menit, 2 balita meninggal dunia. Atau 2500 anak meninggal setiap harinya karena penyakit Pneumonia.
- Pneumonia merupakan pembunuh utama balita di dunia. Lebih banyak dari AIDS, Malaria, dan Campak sekalipun.
- Di Indonesia sendiri, dari 5 kematian balita. Satu diantaranya disebabkan oleh Pneumonia (Kemenkes)
- Setiap tahunnya, pneumonia membunuh 1,4 juta balita di seluruh dunia.
- Menghentikan pneumonia adalah aksi yang dapat dilakukan (stoppneumonia.org)
Fakta mencegangkan mengenai Pneumonia itulah yang membuat saya ketakutan bak diteror teroris. Karena kenyataannya, masih banyak diantara kita yang tidak tahu apa itu Pneumonia. Sebagian besar malah menganggapnya sepele, karena gejalanya yang seperti flu biasa. Tapi kalau sudah akut, tak bisa melakukan apa-apa karena sudah terlambat ditangani.
Lalu apakah Pneumonia hanya terjadi pada anak-anak?
Jawabannya ternyata tidak. Karena menurut Dr. Erlina Burhan MSc SpP (K), Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PP-PDPI), dalam sebuah acara Outbreak Pneumonia di Tiongkok pada 17 Januari 2020 lalu, menyatakan bahwa Pneumonia bisa menyerang siapa saja. Seperti anak-anak, remaja, dewasa muda dan lanjut usia. Namun lebih banyak pada balita dan lanjut usia.
Namun antara balita dan lanjut usia, ternyata lebih banyak balita. Kenapa bisa begitu? Sebelum kita bahas, kita kupas dulu yuk apa sih pneumonia itu.
Daftar Isi
Apa Yang Dimaksud Dengan Pneumonia?
Ketua UKK Respirologi, DR Dr. Nastiti Kaswandari SpA(K), mengatakan bahwa Pneumonia adalah penyakit yang diakibatkan adanya peradangan pada jaringan paru-paru. Penyebabnya adalah virus, bakteri atau jamur.
Sementara itu dr. Erlina Burhan MSc SpP(K) Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PP-PDPI), mengatakan jika Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut di jaringan paru-paru. Pada umumnya disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus dan parasit. Selain itu bisa juga karena kerusakan fisik paru-paru dari rokok atau polusi udara lainnya.
Sumber : www.sains.kompas.com
Dari keterangan para ahli tersebut, dapat digaris bawahi bahwa penyebab Pneumonia bisa beragam. Bahkan rokok pun bisa jadi pemicu yang handal.
Miris kan jadinya karena di sekitar kita masih banyak kita temui, bapak-bapak perokok. Sementara anaknya masih balita. Secara tidak langsung, si anak menjadi perokok pasif. Karena asap rokok yang mengudara, pasti terserap oleh hidung si anak. Racun dalam rokok pun ikut masuk dan merusak saluran pernafasan anak. Ngeri.
Penjelasan mengenai racun rokok yang terhirup anak ini, dijelaskan oleh Prof dr Cissy Kartasasmita, SpA(K), Dokter Spesialis Respirasi Anak dari Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung.
Menurut beliau, meskipun seorang ayah merokok di luar rumah. Namun ketika masuk ke dalam rumah, tidak membersihkan badan dulu. Sehingga bajunya masih bau asap rokok. Ketika si ayah tersebut menggendong bayinya, otomatis racun rokok yang masih menempel di baju si ayah terhirup sang bayi. Zat sisa rokok itulah yang bisa merusak system pernafasan si kecil.
Mula-mula, zat racun pada rokok tersebut akan merusak sillia (rambut halus) pada hidung. Dimana sillia ini berfungsi untuk menyaring benda-benda asing yang masuk ke hidung. Ketika sillia ini sudah rusak oleh racun rokok, benda asing tidak dapat difilter lagi. Sehingga bisa langsung masuk hingga ke tenggorokan, lalu ke paru-paru. Anak pun jadi batuk. Lebih parahnya terkena pneumonia karena paru-parunya kemasukan zat asing yang tidak bisa diterima tubuh. Rusak deh paru-parunya. Kasihan kan.
Bagaimana anak bisa terkena Pneumonia ?
Jika diatas dijelaskan bahwa penyebab pneumonia anak adalah bakteri, virus, jamur dan polusi udara seperti asap rokok. Maka fakta di lapangan memberikan tambahan lain, yaitu tidak mendapat ASI eksklusif, berat badan lahir rendah, kurang gizi, paparan polusi udara hingga tidak mendapat imunsasi yang lengkap. (untuk hal ini akan dibahas tersendiri dibawah. Jadi baca terus sampai akhir ya)
Lalu bagaimana anak bisa dengan mudah terserang Pneumonia? Jawabannya karena organ pernafasan anak memiliki diameter yang masih kecil, lemah dan masih dalam tahap pertumbuhan. Terutama anak-anak di bawah lima tahun. Kekebalan tubuhnya masih belum sebaik orang dewasa. Sehingga rentan terserang penyakit.
Sebagaimana terlihat pada gambar di atas, perjalanan virus atau bakteri menuju paru-paru adalah sebagai berikut:
- Infeksi awalnya terjadi dari gangguan pada system pernafasan bagian atas (hidung dan tenggorokan) anak. Yaitu rusaknya sillia pada hidung.
- Infeksi kemudian berjalan ke paru-paru melalui tenggorokan dengan menghambat pergerakan udara dalam paru-paru. Kondisi ini membuat anak kesulitan bernafas.
- Zat asing berturut-turut masuk ke bronkus, bronkiolus, hingga ke alveolus (cabang paling kecil dari paru-paru dan merupakan muara akhir perjalanan udara sebelum disebarkan ke seluruh ruangan dalam paru-paru). Zat asing menumpuk di alveolus sehingga menjadi nanah serta cairan lainnya. Sehingga udara tidak bisa masuk ke dalam paru-paru.
Pada umumnya, pneumonia dapat ditangani hingga sembuh dalam waktu 1-2 minggu. Namun pneumonia yang disebabkan oleh virus, membutuhkan penyembuhan yang lebih lama. Bisa mencapai 6 bulan. Kondisi anak bisa lebih buruk ketika anak pneumonia memiliki penyakit bawaan lainnya. (sumber : www.sains.kompas.com)
Bisa dibayangkan bagaimana menderitanya anak ketika tidak bisa bernafas dengan baik. Karena paru-parunya tidak berisi udara. Melainkan nanah dan cairan yang berasal dari endapan benda asing yang tertumpuk di alveolus tadi. Itulah mengapa disebut paru-paru basah. Karena paru-parunya basah oleh cairan atau nanah tadi. Kasihan. Kalau saya sudah tak tahan untuk menangis. Huhuhuhu…
Pneumonia Anak Sebagai Teror yang Mengerikan
Penyakit Pneumonia anak rupanya sudah menjadi terror yang mengerikan di seluruh dunia. Terbukti dari fakta bahwa penyebab kematian anak di dunia, terjadi lebih dari 800.000 balita tiap tahunnya. Atau 2000 kasus per harinya. Dari jumlah itu, 80% kematiannya diakibatkan oleh pneumonia dan terjadi pada anak usia kurang dari 2 tahun. (sumber : www.sains.kompas.com)
Hebohnya lagi, kasus kematian anak karena penyakit pneumonia ini lebih banyak terjadi di Negara berkembang. Seperti kawasan Asia Tenggara, termasuk di dalamnya Indonesia. Oh No!
Berita tersebut baru satu dari fakta mengejutkan lainnya mengenai penyakit pneumonia anak. Karena masih banyak fakta mengejutkan lainnya seperti :
- Pneumonia anak menjadi penyebab kematian terbesar pada balita di Indonesia
- Gejala pneumonia dapat menyerupai gejala flu
- Pneumonia dapat menular melalui berbagai media
Pneumonia menjadi penyebab kematian terbesar pada balita di Indonesia
Pneumonia anak sempat menjadi top ten penyakit rawat inap terbesar di Indonesia loh. Terjadinya tahun 2010 yang lalu dengan angka kematian penyakit tertentu atau Crude Fatality Rate (CFR) akibat penyakit pneumonia anak ini dibagi jumlah kasus adalah 76 persen. Besar juga kan angkanya.
Sementara itu Profil Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa Pneumonia anak menyebabkan 15 persen kematian balita. Tepatnya di angka 922.000 balita di tahun 2015.
Angka ini tentu saja terus bertambah seiring bertambahnya tahun. Terdata dalam rentang tahun 2015 – 2018, telah terjadi peningkatan jumlah kematian anak akibat Pneumonia sekitar 500.000 kasus per tahun. Sementara itu, jumlah penderita radang paru mencapai 505.331 pasien dengan 425 pasien meninggal dunia. Sedih banget. Hiks.
Di tahun 2018, ada sekitar 19.000 balita yang meninggal akibat Pneumonia. Artinya ada lebih dari 2 anak meninggal setiap harinya karena Pneumonia. Sementara di sepanjang tahun 2019, Dinas Kesehatan DKI Jakarta memperkirakan 43.309 kasus Pneumonia anak sudah merenggut nyawa anak-anak tercinta kita. Mengerikan kan. (sumber : www.sains.kompas.com)
Bagaimana dengan tahun 2020?
Dissie Laksmonowati Arlini, Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan kota Blitar dalam akun instagramnya menjelaskan mengenai perkembangan kasus ini dalam triwulan ketiga tahun 2020.
Bahwa ada 332 kasus Pneumonia anak pada balita yang dtemukan sepanjang triwulan ketiga tahun 2020. Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya. Yaitu sebanyak 446 kasus Pneumonia dari Januari hingga Desember 2019. Data ini diambil berdasar triwulan ketiga per 9 September 2020 (sumber : instagram @radiopatria)
Peningkatan jumlah ini menurutnya terjadi di akhir tahun dan awal tahun. Penyebabnya disinyalir berkaitan dengan kebersihan lingkungan yang berkurang, yang tidak dimbangi dengan kepadatan penduduk yang terus meningkat.
Gejala Pneumonia dapat menyerupai gejala flu.
Inilah yang menyebabkan sebagian besar orang tua terksesan menyepelekan Pneumonia anak. Karena melihat anaknya demam dan pilek, dianggapnya itu flu biasa. Sementara ayahnya perokok berat. Anak diberi obat penurun panas biasa, sementara setiap hari anak menghirup asap rokok sang ayah. Buntutnya bisa panjang nih. Anak makin sesak nafas dan ketika diperiksakan ke dokter, vonisnya pneumonia. Kasihan kan anaknya.
Okelah, penyebab pneumonia bukan hanya rokok. Buktinya ada anak yang tidak berada di lingkungan perokok, tetap terkena Pneumonia. Penyebabnya bisa bakteri atau virus.
Bakteri penyebab Pneumonia ini adalah Pneumokokus (Streptococcus pneumonia) dan Hib (Hemophillus Influenza tipe B). Sementara itu virus penyebab pneumonia yang tersering adalah dari jenis respiratory syncytial virus (RSV), virus influenza rhinovirus dan virus campak (morbili). (sumber : www.sains.kompas.com)
Sebelum ke tahap Pneumonia, biasanya anak memang mengalami gelaja flu seperti batuk, pileks, demam yang disertai dengan tanda-tanda seperti peningkatan laju nafas, hingga sesak nafas semakin berat.
Karena itulah perlu diperhatikan gelaja pneumonia yang terjadi pada balita. Diantaranya :
- Batuk berlendir atau berdahak
- Nafas cepat dengan rincian :
- Pada bayi kurang 2 bulan : 60 kali atau lebih per menit
- Bayi 2 bulan – 12 bulan : 50 kali atau lebih per menit
- 12 bulan – 59 bulan : 40 kali atau lebih per menit.
3. Sesak Nafas
Gejala lainnya yaitu :
- Mudah lelah
- Nyeri dada yang memburuk ketika bernafas atau batuk
- Demam tinggi
- Sakit kepala
- Sering berkeringat dengan kulit lembab
- Tidak nafsu makan
- Bertingkah seperti orang bingung.
(sumber : www.klikdokter.com)
Jadi kalau balita anda mengalami gejala Pneumonia di atas, segera dibawa ke rumah sakit ya. Agar segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Pneumonia Dapat Menular Melalui Berbagai Media
Pneumonia termasuk penyakit menular loh. Karena bisa berpindah tempat melalui banyak media. Seperti :
- Benda di sekitar kita yang sudah terkontaminasi dengan banyak debu dan kotoran. Karena itu biasakan cuci tangan terlebih dahulu ketika hendak memegang sesuatu. Agar tangan kita bebas kuman penyakit.
- Polusi udara seperti asap kendaraan bermotor, asap akibat kebakaran hutan atau asap rokok. Zat racun yang terkandung di dalamnya dapat merusak paru-paru kita dan mengendap di dalamnya. Jadi pastikan menghindari lingkungan tidak sehat seperti ini ya.
- Batuk dan bersin. Virus yang menyebar ke udara mudah sekali berpindah ke inang lainnya yang terdekat. Karena itulah biasakan menutup hidung ketika sedang batuk atau pilek. Kalau di masa pandemi seperti ini, pakai masker agar aman.
Pneumonia bisa dicegah dan ditangani dengan STOP Pneumonia
Yup, Pneumonia termasuk penyakit yang bisa dicegah dan ditangani. Karena setiap penyakit itu bisa sembuh dengan penanganan dan pencegahan yang tepat. Seperti kata pepatah. Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Jadi pastikan kita STOP Pneumonia. (ASI Eksklusif, Tuntaskan Imunisasi, Obati dan Pastikan kecukupan gizi anak)
Asi Eksklusif
Berikan bayi anda ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama kelahirannya. Usahakan hindari susu formula, karena tidak ada susu yang sebaik ASI. Setelah itu, di usia 6 bulan hingga dua tahun, berikan MPASI yang berkualitas. Sehingga tumbuh kembang bayi menjadi sehat.
Bagaimana MPAS yang berkualitas itu. Yaitu MPASI yang diolah sendiri dari bahan organic. Atau kalau mau yang kemasan, pastikan mengandung zat yang mendukung tumbuh kembang bayi. Seperti zat besi, asam folat dll.
Tuntaskan Imunisasi
Dikutip dari pernyataan Direktur Surveillance dan Karantina Kesehatan P2P, DrgR Vensya Sitohang MEpid, imunisasi rupanya sangat penting untuk menurunkan resiko kematian bayi dan balita.
Tujuan diadakannya imunisasi itu sendiri adalah untuk menurunkan kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Penyakit yang termasuk dalam PD3I ini diantaranya pneumonia, tuberkolosis, difteri, pertussis, tetanus, polio, campak, hepatitis B, Hib (Hemophillus Influenzae tipe B), Human Papiloma Virus, rubella, rotavirus, JE, HIV, malaria dan juga demam berdarah. (sumber : www.sains.kompas.com)
Jelas kan kalau Pneumonia termasuk penyakit yang bisa dicegah lewat imunisasi. Dan Imunisasi yang tepat untuk penanganannya yaitu imunisasi campak, pertussis, pnemokokus (PCV) dan Haemophilus Influenzae tipe B (Hib). Dari semuanya itu, imunisasi paling mengena yaitu PCV.
Vaksin PCV sebenarnya termasuk program baru yang diluncurkan tahun 2017. Namun pemberian vaksin PCV dan Hib secara tepat terbukti mampu menurunkan kasus pneumonia anak hingga 49 persen. (sumber : www.sains.kompas.com)
Keberhasilan itulah yang memicu tenaga medis untuk meneruskan pemberian imunisasi PCV tersebut. Yaitu pada usia bayi 2, 4, 6 bulan. Lalu 12-15 bulan.
Jika bayi belum menerima imunisasi PCV pada usia di atas 6 bulan, pemberian imunisasi PCV ini dapat diberikan dengan aturan main seperti ini :
- Pada usia 7-12 bulan. Imunisasi dilakukan 2 kali dengan jarak sedikitnya 1 bulan. Ditambah dosis booster di usia 12 – 15 bulan.
- Usia 1-2 tahun : Imunisasi dilakukan sebanyak 2 kali dengan jarak minimal 2 bulan.
- Usia di atas 2 tahun : Imunisasi dilakukan satu kali saja sudah cukup.
(sumber : www.republika.co.id)
Obati Pneumonia
Ketika pencegahan sudah dilakukan, tetapi anak masih terserang Pneumonia. Maka yang bisa dilakukan adalah segera bawa ke rumah sakit untuk diobati.
Jangan menunggu anak sesak nafas terlalu parah baru dibawa ke rumah sakit. Pastikan mengenali gejala Pneumonia dan segera bertindak. Ini penting karena nyawa anak taruhannya.
Pastikan Kecukupan Gizi Anak
Makanan enak belum tentu bergizi. Karena bergizi itu mengandung banyak protein, vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Penuhi 4 sehat 5 sempurna untuk memenuhi standart gizi anak. Yaitu nasi sebagai sumber karbohidrat, lauk pauk, sayuran, buah-buahan dan terakhir susu.
Selain makanan sehat, pola hidup sehat juga harus diperhatikan. Seperti makan 3 kali sehari, tidur cukup, olahraga, cuci tangan sebelum makan, dan selalu menjaga kebersihan badan dan lingkungan.
Orang tua juga perlu memperhatikan tumbuh kembang anak. Misal anak jadi susah makan, cari tahu alasannya dan segera atasi. Jangan dibiarkan berlarut-larut. Pastikan anak tumbuh sehat dan memiliki gizi yang cukup. Karena anak sehat itu akan tumbuh dengan baik dan pintar. Itulah pentingnya Save the Children.
Mengenal Save the Children
Save the Children adalah organisasi kemanusiaan yang memperjuangkan hak-hak anak. Didirikan oleh Eglantyne Jebb tahun 1919 di Inggris. Tepat 15 April 2020 kemaren, Save the Children genap berusia 101 tahun. Usia yang cukup matang dalam melakukan perjalanan panjang kemanusiaan. Dimana tahun 1976, perjalanan panjangnya mulai memasuki Indonesia.
Menanggapi masalah ini, Save The Children telah menjalin kerjasama dengan beberapa pihak seperti pemerintah, organisasi masyarakat, komunitas dan mitra lainnya untuk mengkampayekan perubahan perilaku masyarakat. Targetnya adalah menyelamatkan hidup anak-anak, terutama dari Pneumonia. Sementara sasarannya adalah masyarakat dan para orang tua agar cepat tanggap dalam menangani Pneumonia anak.
Usaha-usaha itu diantaranya :
- Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai apa itu Pneumonia dan apa saja gejala-gejalanya. Sehingga masyarakat bisa mengetahui dan tanggap, ketika ada anggota keluarganya yang terserang Pneumonia.
- Pencegahan, perlindungan, dan pengobatan dengan merujuk pada kerangka kerja penanganan Pneumonia. Jadi kalau sudah melihat gejala Pneumonia pada anak, langsung ke dokter ya bund. Biar ditangani lebih lanjut oleh dokter. Jangan ditangani sendiri karena salah penanganan bisa fatal akibatnya.
- Membangun kerjasama dengan pemangku kepentingan dalam mengatasi Pneumonia anak. Artinya semakin banyak informasi yang disampaikan, masyarakat akan lebih terdidik dan teredukasi. Sehingga banyak yang paham mengenai penyakit ini. Dengan begitu, penanganannya pun dapat tepat sasaran.
Mulai tahun 2019 sampai 2021 nanti, Save the Children sudah menggalakkan kampanye dengan target sosialisasi intensif dengan pemangku kepentingan. Juga kampanye parenting dengan menguatkan peran ayah. Khusus masalah ini, lebih kepada penjagaan ayah agar tidak merokok ya. Karena rokok termasuk salah satu pemicu Pneumonia anak.
Untuk lebih mengetahui mengenai Save the Children, teman – teman bisa memantau video youtube di bawah ini.
Atau sosial medianya di
Instagram : savechildren_id
Facebook : SaveChildrenID
Twitter : SaveChildren_ID
Kesimpulan
Pneumonia anak sudah menjadi terror yang mengerikan bagi kita para orang tua. Jadi pastikan kita bisa lebih waspada, terutama dalam memantau tumbuh kembang si kecil. Pastikan anak selalu sehat dan tercukupi gizinya. Ketika sakit, segera lakukan tindakan pertolongan pertama.
Ingat bunda, penyebab Pneumonia anak sangat dekat dengan kita. Gizi buruk, berat badan lahir rendah, terpapar polusi udara termasuk di dalamnya asap rokok dan juga benda-benda di sekitar yang terkontaminasi kuman. Ada banyak bakteri dan virus bersarang di sana. Jadi pastikan anak-anak mencuci tangan sebelum menyentuh benda-benda di sekitar ya.
Peringatan juga di masa pandemic ini. Dimana masih ada virus Coivid 19 yang berada di sekitar kita. Belum pergi. Artinya kita masih hidup berdampingan dengan virus mematikan itu. Jadi lindungi anak-anak kita ya bund, dari terpaparnya virus mematikan. Apalagi sebagian besar gejala Pneumonia memang mirip dengan virus covid 19.
Untuk membedakannya, dilihat dari bentuk batuknya bund. Jika pneumonia biasa, batuknya berlendir dan berdahak. Tapi jika covid 19, batuknya kering dan sakit di dada. Namun untuk lebih memastikan segera dibawa ke rumah sakit ya bund. Agar dapat ditangani dengan tepat dan cepat.
Yuk Stop Pneumonia. Dengan #PulihBersama dan #BerpihakPadaAnak
Sumber Referensi :
https://sains.kompas.com/read/2016/11/18/160900123/ayah.merokok.anak.berisiko.terserang.pneumonia
https://republika.co.id/berita/qhamn4414/tiap-jam-dua-anak-indonesia-meninggal-karena-pneumonia
channel youtube Save The Children Indonesia
**