“Ma, peluk…”
“Ma, cium adek dong.”
“Lihat ma. Gambarnya adek bagus gak?
Belakangan ini adek, sapaan untuk anak keduaku terlihat manja dan ingin selalu dekat denganku. Gak biasanya adek berperilaku semanja ini. Meskipun biasanya juga manja dan aku senang mencium dan memeluknya karena gemas, tapi rasanya aneh jika permintaan peluk cium itu diajukan setiap waktu.
“Sudah belum peluknya. Mama kerja dulu ya. Gambarnya adek bagus kok. Nanti gambar lagi sama mama. Sekarang adek main sendiri dulu ya.”
Aku benar-benar tak sadar jika kalimat seperti itu yang aku katakan kepada anak keduaku. Saat mengucapkannya, aku merasa biasa saja dan memang saat itu aku sedang sibuk.
Kadang pas sibuk nulis karena mengejar deadline tulisan, sibuk membuat video untuk sosial media, sibuk mencatat hal-hal penting pada buku yang aku baca, ah sibuk ini itu deh.
Aku baru sadar ketika seorang teman mengatakan jika anak perempuanku sedang butuh perhatian dariku. Kesibukanku yang belakangan ini sedang banyak-banyaknya rupanya merebut waktu berharganya yang selama ini kita bangun bersama. Seolah aku lupa akan dirinya.
“Tapi kan aku selalu memberi perhatian kepada adek ataupun kakak. Aku selalu ada saat mereka butuh aku.” Belaku saat temanku memberikan nasehat.
“Perhatian kamu berkurang. Itu yang anak kamu rasakan, tapi kamu tidak menyadarinya. Coba perhatikan lagi deh. Apakah kamu benar-benar memperhatikan hasil gambar anakmu, apa kamu benar-benar memeluknya tanpa melihat handphone atau laptop. Apa perhatian kamu sepenuhnya untuk anak kamu, tanpa kamu selingi dengan kesibukan kamu menulis.”
Aku merenungi semua kata-kata temanku. Benar, aku memang terlalu sibuk belakangan ini. Bahkan aku memeluk anakku sebentar saja karena mata dan fokusku tertuju pada layar laptop atau ponsel. Aku juga tak memperhatikan gambar yang dibuat anakku dan mengatakan jika gambarnya bagus tanpa menoleh melihatnya.
Pantas saja jika anakku merasa aku menjauh. Dia kehilangan momen berharga bersamaku yang direnggut oleh yang namanya “kesibukan.”
Anakku gak pernah protes ataupun marah. Mungkin karena dia paham jika mamanya sedang sibuk. Tapi kesedihan dan kekecewaan di wajahnya membuatku sadar bahwa aku telah melakukan kesalahan besar. Sibuk boleh, tapi perhatian kepada anak jangan sampai berkurang.
Daftar Isi
Anak Butuh Perhatian Apapun Keadaan Orangtuanya
Sudah menjadi hak anak untuk mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Selain mendapatkan tempat tinggal, pakaian dan juga pendidikan, perhatian penuh dari orang tua juga hak anak yang harus diperhatikan para orangtua.
Bagaimanapun juga, karakter dan kepribadian anak akan terbentuk pertama kali dari didikan orang tuanya. Jika ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, maka ayah adalah cinta pertama anak perempuan dan teladan bagi anak laki-laki.
Ibu dan ayah sama-sama memiliki peran penting untuk membentuk anak-anak menjadi anak yang mandiri, cerdas dan penuh cinta kasih.
Sedih kan jika anak kekurangan kasih sayang orang tua, padahal mereka butuh diperhatikan. Anak yang kurang kasih sayang orang tua biasanya tumbuh lebih dewasa daripada anak seusianya karena mereka tertekan oleh keadaan.
Lebih sedih lagi ketika aku tanpa sadar justru menjadi orang tua yang tak sengaja menelantarkan anak. Memang tidak menelantarkan anak secara harfiah, karena aku dan suami masih mengcover kebutuhan anak-anak sepenuhnya. Tapi kesibukanku tanpa sadar sudah merebut waktu kebersamaan anak-anak bersama orangtua. Kok aku mendadak jadi jahat ya. Hiks.
Baca juga : Menemukan Karakter Anak Sejak Dini
Kurang Kasih Sayang pada Anak bisa Menjadi Blank Spot yang Harus Segera Diisi
Blank spot? Apa sih blank spot itu? Bukankah Blank spot itu merujuk pada keadaan atau tempat yang tidak tersentuh sama sekali atau kurang diperhatikan. Lalu apa hubungannya dengan anak-anak?
Secara harfiah blank spot memang diartikan sebagai tempat yang tidak tersentuh oleh kegiatan atau kehidupan apapun. Namun istilah ini dapat dikembangkan ke objek lain. Seperti minimnya perhatian orang tua kepada anak yang dapat menjadi blank spot bagi tumbuh kembangnya.
Artinya orang tua tidak benar-benar menyadari bahwa anak sebenarnya butuh diperhatikan. Karena orang tua menganggap sudah memberikan perhatian lewat pemberian pendidikan di sekolah, uang jajan, les di luar sekolah, jalan-jalan dan apapun yang diminta anak.
Padahal semua pemberian itu tidak akan berarti jika orang tua tidak ada secara fisik maupun psikis untuk anak.
Bagaimanapun anak juga butu dipeluk, diajak bicara dengan bahasa lembut, butuh ditanya apa saja yang dikerjakan di sekolah, siapa saja temannya di sekolah, apakah gambar yang dibuatnya sudah bagus, apakah tulisannya bisa dibaca dan bentuk perhatian lainnya.
Aku jadi ingat anak perempuanku sering sekali menggambar apapun dan menunjukkannya padaku. Suatu ketika anakku menggambar wajah senang dan sedih. Semacam emoji gitu. Ada gambar senyum dan gambar menangis.
Aku kaget ketika awalnya anakku menunjukkan gambar senyum kepadaku, lalu kemudian menunjukkan gambar wajah sedih bersamaan dengan perubahan mimik wajahnya yang sedih. Setelah menyerahkan gambarnya, anakku masuk ke kamar sambil duduk menekuk lutut dan wajah tertunduk.
Jujur aku sedih melihatnya. Apalagi saat anak perempuanku bilang kalau dia hanya ingin dekat sama mama. Pengen dipeluk mama, pengen ditemani belajar, pengen dicium dan dikeloni. Sumpah saat aku menyadari kesalahanku, aku langsung meninggalkan apapun yang saat itu aku kerjakan dan langsung memeluknya.
Aku minta maaf karena sudah membuat adek sedih. Kakaknya juga pernah bertingkah seperti adeknya. Bahkan kakaknya mengaku senang karena akhinya aku memeluknya lama sekali. Ya Allah, maafkan aku yang kurang perhatian kepada anak-anakku.
Satu hal yang membuat hatiku ikut menangis adalah mereka sama sekali tidak marah padaku, mereka hanya bersedih dan menyambut hangat ketika aku menghampiri dan memeluk mereka. Seolah aku tak punya salah.
Mereka memaafkanku begitu saja. Sementara aku kadang memarahi mereka atas perbuatan yang mereka belum tahu salah benarnya.
Dampak Kurangnya Kasih Sayang pada Anak
Dilansir dari aladokter, rupanya anak yang kurang mendapatkan kasih sayang orangtua adalah anak yang terluka. Luka itu akan terpendam lama di dalam hatinya dan bisa berlangsung hingga dewasa jika orang tua tidak segera mengobatinya.
Dampak yang berkepanjangan ini bisa mengakibatkan hal buruk pada tumbuh kembang anak di kemudian hari, seperti :
-
Krisis Percaya Diri
Aku tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri karena sejak kecil aku jarang mendapatkan apresiasi dari orang tua atas prestasi akademik yang aku dapatkan di sekolah.
Aku tidak pernah dipuji, apalagi diberikan perayaan atas prestasi yang aku peroleh. Jadi ketika aku memenangkan sebuah penghargaan, aku akan biasa saja karena sudah terbiasa tidak dihargai.
Aku tak ingin anakku mengalami nasib yang sama denganku. Tumbuh dengan krisis percaya diri itu sangatlah tidak nyaman dan membuat kita mudah insecure. Makanya aku berusaha memberikan apresiasi sekecil apapun terhadap anak-anakku.
Apresiasi itu merupakan bukti perhatian orang tua kepada anak yang memberitahukan bahwa mereka sangat berharga dan penting dalam keluarga.
Anak yang tumbuh dengan perhatian dan kasih sayang orang tua biasanya akan menjadi anak yang penuh perhatian dan kasih sayang kepada orang lain.
-
Gangguan Mental
Suasana hati seseorang ditentukan oleh hormone serotonin. Hormon ini akan muncul jika suasana hati kita membaik.
Masalahnya anak yang kurang perhatian orang tua akan memiliki sedikit hormon serotonin dan meningkatkan hormon kortisol. Hormon ini memicu gangguan mental pada anak seperti stress, cemas hingga depresi.
Anak pertamaku pernah mengalami ini. Kata gurunya di sekolah, anak pertamaku sering melamun dan tidak nyambung ketika diajak bicara. Seolah anak sekecil itu sedang punya masalah berat yang membuatnya depresi dan banyak pikiran.
Aku tentu saja kaget karena aku dan suami tidak pernah membebankan banyak pikiran pada anak kami. Bahkan bisa dibilang, kami berikan kasih sayang berlimpah padanya.
Usut punya usut ternyata anak pertamaku tidak bisa dibentak. Barulah aku sadar jika papanya pernah marah sampai membentak anak pertamaku.
Dia tidak menangis layaknya anak kecil sesuainya. Saat itu anakku masih TK. Tidak ada air mata yang keluar dari kedua matanya. Tapi sejak dimarahi, anakku jadi pendiam dan lebih suka mengurung diri di kamar. Bahkan dia pernah berkali-kali mencakar dirinya sendiri sebagai bentuk marah atau protes.
Sejak kejadian itu, kami sepakat untuk lebih hati-hati ketika memarahi anak. Bahkan kami hampir tidak pernah memarahi anak kami. Jika anak kami salah, kami berusaha bicara dari hati ke hati dengan bahasa yang lebih lembut agar mentalnya tidak sampai terganggu.
-
Hilangnya Emotional Bonding antara Anak dan Orang tua
Hubungan baik antara orang tua dan anak bisa terbentuk dari seringnya orang tua dan anak berkumpul dan bertukar pikiran. Jika perhatian orang tua kepada anak saja tidak ada, bagaimana mungkin anak bisa dekat secara emosional dengan orang tuanya.
Itulah pentingnya emotional bonding agar anak dan orang tua bisa saling mencurahkan isi hati. Bahaya kalau sampai anak lebih nyaman curhat ke teman daripada ke orang tuanya sendiri. karena teman belum tentu bisa memberikan perlindungan yang terbaik untuk anak.
Itulah yang aku tekankan pada anakku. Agar anakku bisa curhat tentang apapun kepada orang tuanya. Membuat anak nyaman bicara dengan orang tua itu PR sendiri loh buat aku. Bisa menjadi blank spot yang harus segera diisi agar kekosongan komunikasi itu bisa hilang.
-
Gangguan Perilaku
Ada yang pernah melihat anak kecil suka mencuri atau suka berbuat onar dengan merusak barang orang lain atau bahkan melalukan bullying. Usut punya usut, ternyata anak-anak seperti itu kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk memberitahu anak mana perbuatan yang baik dan mana yang tidak baik. Jika orang tua tidak memberikan teladan yang baik untuk anaknya, bagaimana anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang berkelakuan baik.
Hal ini terjadi pada tetangga sebelah rumahku. Anaknya masih SD kelas satu. Seumuran dengan anak kedua saya. Orangtuanya bercerai. Ayahnya kawin lagi dan ibunya kerja keluar kota. Anak kecil itu tinggal bersama neneknya yang hampir tidak pernah ada di rumah.
Si nenek yang seharusnya lebih banyak di rumah, malah suka keluyuran dengan alasan senam lansia, atau arisan atau kegiatan lain di luar rumah. Akhirnya anak kecil itu sering ditinggal sendirian di rumah. Tidak ada yang mengurus.
Lihatnya sih kasihan, tapi kelakuannya nyebelin karena si anak ini suka menganggu temannya. Anakku sering menjadi korban kejahilannya.
Makanya penting bagi orang tua untuk selalu ada di samping anaknya. Memberikan pemahaman tentang banyak hal, agar anak tahu mana tindakan yang baik dan tindakan yang buruk. Perilaku dan karekter anak itu dibentuk pertama kali dalam keluarga loh dan orang tualah yang berperan utama.
-
Sulit Menjalin Hubungan dengan Orang Lain
Anak yang tidak memiliki hubungan baik dengan orang tuanya, biasanya akan kesulitan memiliki hubungan baik dengan orang lain. Jadinya anak tidak punya teman seiring bertambahnya usia. Kasihan kan.
Makanya bunda-bunda, mulai sekarang isi blank spot anak dengan memberikan perhatian penuh yuk agar anak belajar bersosialisasi dengan orang lain. Hal ini akan dibawa terus sampai anak dewasa loh dan menentukan masa depan anak ke depannya nanti.
-
Perkembangan Kognitif Terganggu
Disadari atau tidak, kurangnya pelukan, ciuman dan sapaan hangat dari orangtua akan membuat perkembangan kognitif anak terganggu, seperti prestasi akademik berkurang atau anak kurang cepat membaca.
Stimulus tersebut rupanya berperan penting dalam pembentukan karakter dan semangat anak-anak dalam belajar loh. Makanya mulai sekarang yuk berikan lebih banyak pelukan dan ciuman pada anak agar anak merasa mereka berharga dan penting untuk orang tuanya.
Perasaan seperti itu akan memicu mereka untuk melakukan yang terbaik untuk orang tuanya termasuk belajar lebih rajin dan berprestasi di sekolah.
Kesimpulan
Bagaimana bunda. Sekarang sudah tercerahkan ya jika ternyata banyak blank spot pada tumbuh kembang anak akibat kesibukan kita. Kita isi yuk agar anak bisa tumbuh dengan maksimal dan penuh kasih sayang.
Karakter anak yang sudah dibentuk dengan baik dari rumah, biasanya akan tetap menjadi baik dimanapun lingkungannya nanti. Jadi anak tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan karena ada orang tua yang menjadi tempat pulang dan tempat mengadu.
Jadi biasakan untuk hanya menjadi orang tua bagi anak, tapi juga menjadi teman, sahabat, guru dan apapun yang anak butuhkan.
Percaya deh, tanpa diminta anak akan memberikan yang terbaik untuk kebahagian orang tuanya. Dan kebahagiaan orang tua adalah melihat anaknya bahagia. Setuju?
**
Referensi :
https://www.alodokter.com/waspadai-dampak-kurang-perhatian-orang-tua-kepada-anak
https://www.linknet.id/article/cara-mengatasi-blank-spot-area