Kerja, kerja, kerja….
Kata itu seakan menjadi penyemangat ketika melihat kebutuhan finansial rumah tangga yang terus berjalan. Kebutuhan makan, sekolah anak, bahkan kebutuhan jalan-jalan bersama keluarga. Keinginan cuti harus ditahan ketika badan sudah capek lembur seharian, atau menulis sinopsis untuk tayangan striping di TV terpaksa harus dikubur. Karena striping sinetron membutuhkan tenaga dan otak yang over. Suami sudah melarang untuk tak mengambil pekerjaan menulis naskah yang seolah tanpa nafas itu. Hanya boleh mengambil jatah FTV yang masih diberi kelonggaran tiga hari untuk satu naskah jadi.
Bekerja memang bukan kewajiban istri, apalagi saya tidak memaksakan diri untuk mencari pekerjaan. Hobi menulis yang mengantarkan pekerjaan itu datang pada saya. Disyukuri? Harus. Apalagi penulis naskah skenario saat ini memang sedang banyak dicari. Belum lagi merangkap blogger yang notabene masih dalam tahap “be-la-jar”. Semua pekerjaan saya itu tentu saja tidak dilakukan di kantor. Melainkan di rumah. Jadi saya pun harus merasa nyaman ketika mengerjakan deadline di dalam rumah. Plus gangguan manis dari sang buah hati yang sering tiba-tiba minta digendong atau ikut-ikutan ngetik di laptop. Haduh.
Rasa capeknya pun mau tak mau harus dinikmati juga. Tapi sejak laptop saya yang selama ini menjadi alat tempur saya patah engselnya, akibat dijatuhi anak saya ketika ingin mengajak bermain, saya pun shock. Histeris seperti anak kecil yang tidak diberi permen atau dilarang mainan air. Bagaimana tidak, laptop saya tak bisa ditegakkan lagi. Untunglah suami punya sejuta akal dengan membuatkan saya “meja kerja” dan meletakkan laptop saya di sandaran meja.
Saya tak bisa berkata apa-apa ketika melihat “meja kerja” hasil usaha suami saya yang apa adanya. Bekas tempat TV yang tidak dipakai lagi, diangkut suami ke dalam kamar dan diletakkan di pojokan. Laptop saya yang lemas lunglai itu disandarkan di ujung meja dengan menyentuh tembok. Hasilnya seperti PC. Bukan hanya itu, meja kerja buatan itu pun dicat dengan warna biru dan dihiasi dengan tempat pensil, space untuk meletakkan note serta tambahan kursi. Saya pun bisa mengetik di sana tanpa harus duduk bersila seperti biasanya. Dan anehnya, saya jauh lebih produktive dengan meja kerja buatan seperti itu. Terima kasih papa sayang.
Mengingat kembali cerita saya di atas, saya pun merenungkan beberapa benefit yang saya rasakan dengan keberadaan “meja kerja buatan suami” tersebut. Tak ada yang istimewa dan biasanya saya lebih suka mengetik di atas tempat tidur atau di atas lantai. Entah kenapa, sebelumnya saya kurang nyaman menulis di atas meja. Sementara di meja kerja buatan suami tersebut, saya merasa sangat nyaman.
Awalnya saya belum menemukan apa sebabnya, hingga akhirnya saya mengetahui adanya talkshow and blogger gathering dalam acara Indonesia Properti Expo 2019. Acara tersebut merupakan rangkaian kegiatan Indonesia Properti Expo yang diadakan di JCC Senayan, Jakarta pada tanggal 31 Juli 2019 pukul 15.00 WIB sampai selesai.
Tema acara sangat mengena dengan kegelisahan saya, yaitu serba-serbi menata rumah. Acara yang dimoderatori oleh teh Ani Berta selaku founder Indonesian Sosial Bloggerpreneur tersebut mendatangkan dua pembicara keren, yaitu mbak Zata Ligouw yang mengupas tentang tips dan trik menata ruang kerja di rumah dan mbak Adelya Vivin yang membahas mengenai tips dan trik menata rumah mungil. Benar-benar tema yang pas sekali dengan permasalahan yang saya hadapi. Karena rumah saya juga mungil.
Saya patut berterima kasih kepada suami saya karena apa yang dilakukannya ternyata memenuhi tips dan trik yang diberikan oleh kedua pembicara tersebut. Yaitu memanfaatkan ruangan sempit dengan meja kerja yang nyaman. Rasa nyaman ini saya dapatkan dengan adanya aksesoris di atas meja kerja. Kok bisa ya. Padahal suami saya tidak mengenal kedua pembicara tersebut dan melakukannya dengan penuh perhatian dan cinta. Ehem…
Aksesoris di meja kerja itulah yang ternyata membuat moodboster bagi saya. meskipun tidak ramai dan sangat simpel, namun keberadaan mainan kesukaan anak saya di meja kerja, serta bunga mawar plastik di tempat pensil yang ada di pojokan meja sangat berarti. Seolah ada sihir yang membuat rasa nyaman merasuki jiwa saya.
Rupanya apa yang saya rasakan itu bukan sekedar isapan jempol.
Sebuah penelitian di Universitas Michigan menyimpulkan bahwa memberikan sentuhan alam di ruang kerja, seperti menaruh tanaman di meja atau di sekitar ruangan, dapat menambah daya serap hingga 20 persen. Pengaruh alam di dalam ruangan kerja membantu menstimulasi indra dan pikiran, meningkatkan kesadaran mental serta performa dalam bekerja. Selain itu keberadaan tanaman di dalam rumah juga dapat meningkatkan konsentrasi dan produktivitas (sampai 15%), mengurangi stress, serta meningkatkan mood – NBC News.
Meskipun ruangan kerja saya belum memenuhi standart ruangan kerja seperti yang dibicarakan mbak Adelya Vivin seperti ada ventilasi udaranya, cahaya, penghijauan, warna cat dan tema rumah, setidaknya rasa nyaman itu sudah berhasil rasa rasakan. Mungkin karena ada sentuhan dari orang tercinta kali ya. Jadi ruangan kerja apa adanya terasa mewah. Hehe.. Tapi bukan berarti kita tidak boleh merencanakan punya ruangan kerja istimewa. Boleh kok, beberapa tips dari Mbak Adelya Vivin ini bisa dipakai sebagai acuannya.
1. Tentukan dulu apa kebutuhan kita.
Misal kebutuhan untuk menulis, ya ruanganya pun bisa tak terlalu luas. Karena fokus utamanya nanti di atas meja.
2. Mengenal karakter diri.
Bagi yang suka minimalis dan simpel, tidak perlu meletakkan banyak ornamen di atas meja atau di ruangan. Suasana tempat kerja biasanya memperlihatkan bagaimana karakter kita.
3. Perbanyak referensi dari hal-hal yang disukai.
Rasa nyaman berhubungan dengan apapun yang kita sukai. Ketika kita suka baca buku, jangan menaruh bola basket di dalam ruangan kerja. Sesimpel itu kok.
4. Menghitung budget yang kita punya.
Tidak perlu beli meja baru kalau bisa memanfaatkan apa yang ada di dalam rumah. Atau bisa membuat sendiri.
Nah itu dia hal apa saja yang perlu kita pikirkan untuk memunculkan rasa nyaman dalam bekerja. Terutama ketika diharuskan bekerja di rumah. Karena bagaimanapun juga, rasa nyaman itu nomor satu. Ketika kita sudah merasa nyaman, produktivitas kita pun semakin meningkat dan bekerja tidak terasa sebagai beban lagi. Karena kita enjoy melakukannya.
Bagaimana teman, punya ruang kerja dan meja kerja sendiri di rumah seperti saya? yuk buat senyaman mungkin agar kita bisa makin produktif.
**