Dunia digital sedang bersama kita saat ini. Ya, disadari atau tidak. Kita sudah memasuki era serba digital. Dimana segala sesuatunya serba instan, cepat dan kompetitif. Semua itu tak lepas dari peran internet yang sudah menguasai jagat maya. Hasilnya adalah para generasi Z yang sangat melek teknologi.
Beda kan dengan generasi millennial ke belakang yang masih awam dengan adanya internet. Bagi generasi Z yang lahir dengan berbagai kecanggihan mungkin tidak merasakan reformasi zaman. Namun bagi generasi millennial ke belakang pasti merasakannya.
Seperti saya misalnya. Lahir sebagai generasi millennial yang masih buta dengan internet. Bahkan AFTA 2002/2003 yang membicarakan tentang akses internet keluar masuk dari suatu negara ke negera lain, baru saya bahas ketika menginjak SMU. Hp jadul dengan berbagai merek, pernah menemani hari-hari saya loh. Handphone yang sangat awet, sampai jatuh berkali-kali pun tidak pecah.
Apa kabar smartphone?
Saya ingat pernah mengikuti workshop Roy Suryo di kampus saya Universitas Brawijaya Malang. Saat itu, Roy memperkenalkan teknologi smartphone berbasis 4G. Katanya handphone bukan hanya untuk sms dan telpon saja. Tapi bisa dipakai untuk foto karena dilengkapi dengan kamera. Bahkan kita bisa video call dengan lawan bicara kita berada di tempat lain.
Jangan ketawa dulu. Kita saat ini memang sudah terbiasa dengan akses video call. Tapi benar loh, ketika saya kuliah belasan tahun yang lalu, keberadaan smartphone masih asing. Handphone yang kami pegang saat itu masih jadul. Bisanya ya buat kirim sms dan telpon saja. Selain itu, ya gak bisa apa-apa. Sms pun singkat-singkat. Ciri khas anak kuliah yang mau irit pulsa. Hehe.
Makanya ketika Roy Suryo mempraktekkan cara video call, kami peserta workshop terkesima sekali. Wajah Roy muncul di layar smarphone panitia, dimana saat itu Roy masih berada di bandara Soekarno Hatta di Halim Pedana Kusuma Jakarta menuju ke kampus saya di kota Malang. Hahaha… kalau ingat shocknya muka kita waktu itu, bikin geli sendiri ya. Kalau direplay sekarang, mungkin bakalan diketawain.
Ya, maklumlah. Semacam abad 2020nya Doraemon yang masuk ke negeri kerajaan. Beda zaman.
Lihatlah sekarang. Internet sudah menjadi gaya hidup. Bahkan kita seolah tidak bisa hidup tanpa internet. Mau masak, lihat resep masakan lewat internet. Mau belajar, lihat materi pembelajaran di internet. Mau meeting kantor pun bisa banget pakai virtual. Medianya apa? Zoom, google meet yang semuanya bisa diakses lewat internet.
Literasi sekarang sudah merambah ke ranah digital semua. Manual apakah ditinggalkan? Tentu saja tidak. Namun akses digital mempermudah semua orang untuk lebih cepat berkembang. Karena cepat, instan dan mudah.
Daftar Isi
Literasi Digital. Apakah itu?
Secara umum, kita bisa memandang literasi digital dari dua kata yang terpisah. Yaitu Literasi dan digital. Literasi berasal dari bahasa latin “Literatus” yang artinya orang yang belajar. Makna yang lebih luas secara etimologis dihubungkan dengan proses membaca dan menulis.
Sementara menurut UNESCO, literasi diartikan sebagai seperangkat keterampilan nyata, terutama keterampilan dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks keterampilan itu diperoleh. Juga siapa yang memperolehnya. (sumber : www.sevima.com)
Bagaimana dengan digital?
Diambil dari Wikipedia, digital rupanya berasal dari bahasa Yunani, “Digitus” yang artinya jari jemari. Makna yang lebih mendalam menggambarkan suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 (bilangan biner yang ada dalam semua sistem komputer). Sistem biner inilah yang mampu membaca setiap data yang masuk ke dalam internet, sehingga bisa diakses oleh banyak orang.
Jadi Literasi digital berhubungan dengan kegiatan belajar yang berbasis internet. Atau secara definisi diartikan sebagai kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk memberikan konten atau informasi dengan kecakapan kognitif dan teknikal. (sumber : www.wikipedia.org)
Itu pengertian secara bakunya ya. Kalau pengertian yang lebih mudah dipahami, literasi digital itu adalah akses belajar dalam wujud literasi melalui internet. Jadi membaca buku, bisa lewat buku digital. Baca berita pun bisa lewat internet yang bisa diakses lewat gawai. Pokoknya apa-apa internet deh. Kita bisa tahu berita apa saja yang terjadi di belahan dunia, hanya lewat internet dan di rumah saja. Canggih kan.
Prinsip Dasar Literasi Digital
Literasi Digital pastilah melibatkan banyak faktor pendukung. Salah satunya adalah otak kita yang memberikan sumbangsih besar dalam berpikir dan media untuk menyalurkan daya pikir kita. Kita boleh saja menguasai internet. Tapi jangan sampai kita dikuasai oleh internet. Karena bagaimana pun juga, informasi yang masuk ke internet ada yang disaring dan ada yang tidak.
Tugas kitalah untuk mengatasi kecanggihan literasi digital ini. Bagaimana caranya? Yaitu dengan menerapkan prinsip dasar literasi digital dalam kehidupan kita sehari-hari. Prinsip dasar itu diantaranya :
Kultural
Kulitural dimaksudkan sebagai pemahaman ragam konteks dari pengguna dunia digital. Apakah sosial media, buku digital, blog, website atau media lain. Konteks yang disajikan tiap media pun berbeda. Bergantung dari tujuan konteks itu dibuat. Banyaknya ragam konteks inilah yang memperkaya kosakata kita dan pembendaharaan kita dalam memahami peristiwa dan kata-kata.
Jadi tugas kita adalah mengenal dan memahami ragam konteks literasi digital. Melalui pengetahuan, kita bisa mengatasi masalah yang ditimbulkan olehnya. Misal konteks dalam dunia blog, isinya adalah artikel dengan tulisan panjang. Berbeda dengan instagram yang berisi sedikit konten. Twitter bahkan hanya bisa berisi beberapa kata saja.
Jadi bedakan dan pahami cara kerjanya.
Kognitif
Kognitif artinya daya pikir dalam menilai sebuah konten. Otak kita diajak untuk bekerjasama dalam memberikan pendapat dan ide-ide. Terutama ketika melihat sebuah peristiwa. Di sinilah peran kita untuk memasukkan opini kita secara pribadi. Semakin banyak konten yang bisa kita baca, semakin terasah otak kita untuk memberikan penilaian terhadap sebuah konten.
Konstruktif
Konstruktif diartikan sebagai reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual. Maksudnya kita diminta untuk bisa menciptakan sebuah karya yang merupakan hasil pemikiran kita sendiri. Bisa murni dari pemikiran kita, atau hasil inspirasi dan adaptasi dari karya orang lain. Lalu kita modifikasi, sehingga terbentuk sesuatu yang baru.
Contoh. Karya berupa tulisan artikel. Bahannya bisa kita ambil dari referensi berita yang mengandung fakta. Lalu dikemas dengan pengetahuan kita. Sehingga jadilah artikel yang murni dari perpaduan fakta di lapangan dengan ide dari otak kita sendiri.
Komunikatif
Komunikatif berarti memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital. Apapun media komunikasinya, harus bisa kita pahami. Apakah itu instagram, facebook, twitter, blog atau bahkan website.
Konten yang kita share lewat instagram, tentu berbeda cara penulisan dengan twitter. Begitu juga ketika menuliskannya di blog. Karenanya kita perlu memahami kerja para sosial media tersebut agar tepat sasaran. Kita bisa menulis ulasan artikel lengkap di blog. Sementara untuk sharing dan dibaca ke orang lain, bisa menggunakan instagram, facebook atau twitter dengan cara menautkan link blog ke sana.
Kepercayaan diri
Kepercayaan diri dibutuhkan untuk mempertanggung jawabkan karya yang sudah kita buat. Apakah sesuai dengan fakta yang ada. Apakah bisa dipercaya kebenarannya. Jangan sampai kita memberikan indormasi yang menjadi hoaks atau berita bohong. Karena bisa menyesatkan banyak orang.
Itulah kenapa kita wajib riset terlebih dulu ketika akan membuat sebuah karya tulis. Perbanyak pembendaharaan kata dan wawasan mengenai topik yang akan kita bahas. Jadi percaya diri dengan karya kita dan pertanggung jawabkan dengan benar.
Kreatif
Berselancar di dunia digital, memungkinkan kita mengetahui berbagai cara untuk menyalurkan informasi. Karenanya kreativitas sangat diperlukan untuk membuat hal-hal baru yang inovatif. Berbanyak baca buku, atau mendengarkan music, atau menonton film dan melakukan banyak hal yang tertangkap panca indera.
Kalau kata saya, lakukan apapun yang membuat rasa ingin tahumu terpenuhi. Jadi hal pertama yang perlu dilakukan adalah pekalah. Agar rasa ingin tahu itu muncul, sehingga kita bisa menggali banyak hal untuk memenuhi rasa ingin tahu itu. Kreatiflah, karena pada dasarnya setiap manusia itu kreatif. Kita saja yang kadang kurang tahu kelebihan otak yang kita punya.
Kritis
Kita dibekali otak untuk berpikir baik dan buruk. Seiring dengan perkembangan otak kita, tentu saja baik buruknya sesuatu bisa berbeda jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Misal mengenai kasus kecelakaan pesawat sriwijaya air yang saat ini sedang trending topic. Kita tidak bisa menyalahkan salah satu pihak, atau berbicara mengenai kejadian tersebut tanpa dibarengi dengan fakta di lapangan.
Sebelum berpendapat, ada baiknya kita ketahui kebenaran yang terjadi di lapangan. Misal berapa banyak korban yang ditemukan, dimana posisi tepatnya bangkai pesawat ditemukan beserta potongan tubuh korban.
Apakah kecelakaan pesawat terjadi karena kondisi pesawat yang sudah tua dan tidak layak terbang. Informasi seperti ini sangat riskan untuk diberitakan, jika tidak dibarengi dengan fakta yang ada. Karena bisa menjadi hoaks jika kita memberikan informasi yang keliru.
Kritis sangat diperlukan, untuk membenahi sebuah informasi yang disampaikan ke orang banyak. Karenanya, diperlukan pengetahuan dan wawasan yang tinggi agar bisa memberikan edukasi kepada orang lain. Jadi jika ada informasi yang kita peroleh. Kurasi dulu, serap dan nilai kebenarannya. Lalu diolah berdasarkan fakta yang ada. Lalu kritisi sebelum akhirnya disampaikan ke orang lain.
Karya Tulis sebagai bagian dari Literasi Digital
Dari tadi saya bicara mengenai literasi digital dan apa saja prinsip dasarnya. Sadar tidak sih, jika yang saya bicarakan itu berkaitan dengan karya tulis.
Berita di televisi, majalah, koran, bahkan internet berwujud karya tulis. Artinya karya tulis adalah bagian dari literasi digital. Setuju ya. Masalahnya, ketika ada tulisan. Berarti ada yang baca kan. Berapa banyak dari kita yang membaca berita. Atau membaca cerita di novel dan buku-buku pengembangan diri.
Ketika saya berada di lingkungan para kutu buku. Saya akan menjawab banyak teman yang membaca berita dan buku seperti saya. Lingkungannya kondusif dan mendukung. Banyak buku tersedia, baik buku di perpustakaan, atau gawai yang bisa memperkaya kita dengan bacaan dari internet.
Lalu bagaimana dengan saudara kita yang ada di pelosok. Ketika tak ada perpustakaan di sana. Jangankan internet, kehidupan yang dijalani tak jauh dari makan dan bertahan hidup. Apakah ada kegiatan membaca buku di sana.
Saya jadi ingat masa-masa kuliah dulu. Saat itu saya Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa terpencil di kota kecil, Blitar. Masyarakatnya ramah dan guyub rukun. Masalahnya ada hal yang membuat hati saya tersayat. Anak-anak sekolah ala kadarnya. Tidak ada seragam sekolah, apalagi sepatu dan segala macam atributnya. Pendidikan tertinggi hanya sampai SMP. Setelah itu, anak-anak akan dinikahkan. Hanya beberapa saja yang bisa lanjut SMA, dan itu pun laki-laki.
Bagaimana dengan kegiatan belajar mereka. Perempuan yang dinikahkan muda, tempatnya di dapur. Memasak untuk suami dan mengurus anak. Laki-laki lebih banyak bekerja daripada membaca buku. Sedih lihatnya. Dalam hati saya bertanya, kalau saja ada akses buku di sana. Pasti lebih banyak anak yang mau sekolah dan membaca buku.
Ya, fasilitas membaca yang menjadi halangan. Karya tulis yang mereka butuhkan. Sayangnya, kebutuhan dasar itulah yang terabaikan. Karena ketidaktahuan mereka akan manfaat yang akan mereka dapatkan. Jadi bukan karena minat baca mereka rendah ya. Bukan. Terbukti dari beberapa anak sekolah dasar yang antusias ketika saya sodorkan buku bacaan.
Mereka mau membaca dan suka membaca. Hanya saja tidak ada yang mengenalkan bacaan kepada mereka.
Lalu bagaimana dengan pendapat UNESCO yang menyatakan minat baca orang Indonesia hanya 0,001% dari 1000 orang Indonesia. Artinya dari 1000 orang, hanya satu orang yang mau membaca.
Sementara itu riset bertajuk World/s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State University, menyatakan bahwa Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara yang memiliki minat baca rendah. Rangking dua dari bawah dong. hiks.
Fakta lain diberikan oleh Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud). Dinyatakan di sana bahwa penyebab rendahnya minat dan kebiasaan membaca orang Indonesia adalah karena kurangnya akses, terutama untuk masyarakat Indonesia di daerah terpencil.
Jadi benar kan. Sebenarnya minat baca kita gak serendah itu kok. Ada keinginan dan kecintaan untuk membaca. Hanya saja kurangnya akses buku bacaan, menyebabkan sebagian dari kita tidak punya kesempatan untuk membaca.
Lalu bagaimana dengan kita yang sebenarnya sudah punya akses bacaan, namun tetap saja minat bacanya rendah. Menurut pendapat seorang teman yang jadi guru, rupanya masalah utamanya bukan terletak di fasilitas bacaan. Tapi peran orang tua dan orang-orang terdekat yang lebih mengenalkan gawai daripada buku bacaan.
Benar kan. Kita lihat dari kehidupan anak muda zaman Now yang serba gadget. Bermain gadget lebih mengasyikkan daripada membuka buku konvensional. Entah saya senang atau sedih melihatnya. Karena buku konvensional itu kan lebih membekas ya.
Nah di sinilah peran kita untuk mencari solusi tepatnya. Sekarang sudah banyak sumber bacaan digital kan. Bisa jadi itu salah satu solusi yang bisa terus dikembangkan. Gadget bukan hanya untuk bermain dan bersenang-senang. Tapi juga bisa dipakai untuk belajar dan meningkatkan kreativitas. Saatnya kita mengembangkan literasi lewat digital.
Peran Kita Dalam Mengembangkan Literasi Digital
Banyak cara sebenarnya yang bisa kita lakukan untuk mengenalkan literasi digital. Karya tulis adalah salah satunya. Cara lain bisa lewat tontonan yang mendidik atau edukasi secara langsung.
Saya yang pernah berada dalam situasi orang-orang yang ingin belajar, tapi tidak punya akses untuk belajar, merasa terpanggil. Karenanya saya berusaha untuk ikut ambil bagian dalam mengembangkan literasi digital ini. Setiap orang punya cara yang berbeda. Dan inilah cara saya.
Menulis di Blog
Saya masih newbie di bidang per-blogging-an. Makanya saya belajar untuk membuat konten yang menarik lewat blog. Serta menyebarkannya ke media sosial. Harapannya apa, agar apa yang saya sampaikan lewat tulisan di blog tersampaikan dengan tepat kepada pembaca.
Saya masih berproses dengan blog dan terus belajar untuk memberikan tulisan terbaik. Doakan ya teman-teman, agar saya bisa semakin baik. Aaamiin
Membuat konten di media sosial
Saya aktif di media sosial sebenarnya belum lama. Kurang lebih satu tahunan ini. Sebelumnya, saya awam dengan sosial media. Tapi begitu tahu manfaatnya yang besar untuk literasi digital. Saya pun bergerak maju untuk membenahi semuanya.
Instagram, facebook, twitter dan youtube adalah sosial media pilihan saya. Kontennya tertarget dengan tepat dan semoga bisa terus berkembang. Saya juga masih berproses dengan ini, dan insyaAllah akan terus memperbaiki diri. Minta doanya juga ya.
Menulis cerita dalam bentuk naskah skenario
Saya lebih dulu maju dengan naskah skenario. Kegiatan ini sudah saya jalani sejak 2010 dan menjadi profesi resmi saya saat ini. Literasi digital melalui naskah skenario bagi saya yang paling manjur. Kenapa? Karena naskah skenario menuliskan cerita kehidupan.
Saya belajar mengatasi rasa minder, ketika melihat film yang menceritakan seseorang dengan sifat yang sama dengan saya. Bagaimana tokohnya mengatasi masalahnya, bagaimana keadaan orang-orang di sekitarnya memperlakukan dia, dan bagaimana akhir cerita si tokoh. Apakah happy ending atau sad ending.
Ketika saya memperhatikan segala macam cerita dalam tayangan bergerak. Itulah pembelajaran saya mengenai kehidupan. Secara naluri, saya pun bergerak untuk memperbaiki diri. Membuat cerita serupa dengan gaya bahasa saya sendiri. Menukilkan pesan-pesan moral untuk disampaikan kepada penonton. Bahwa hidup itu seperti ini loh. Masalah itu seperti ini dan begini cara mengatasinya.
Di skenario, saya mendeskripsikan keadaan, menarasikan kejadian dan menceritakan dengan gaya bercerita saya yang sudah mulai terbentuk. Harapannya agar cerita yang saya tulis dalam bentuk skenario, bisa melahirkan tayangan yang edukatif dan menginspirasi orang lain. Seperti ketika saya menonton cerita orang.
Saya terus berproses dengan kehidupan. Karenanya saya terus belajar untuk memperbaiki terus dan terus. Karena belajar itu tiada akhir kan.
Pentingnya Literasi Digital Didengungkan
Pada akhirnya saya katakan bahwa literasi digital itu perlu didengungkan. Karena ada banyak hal yang bisa kita sampaikan. Terlepas diterima atau tidaknya apa yang ingin kita sampaikan. Saya percaya, di luar sana ada orang yang butuh dengan informasi yang kita berikan. Seperti saya yang membutuhkan banyak bahan untuk cerita-cerita ke depannya.
Literasi Digital itu mudah. Tak ada yang dipersulit. Kalau sulit, berarti kita sendiri yang membuatnya sulit. Jadi permudahlah, maka segala jalan akan dibuka lebar untuk kita.
Pertanyaannya. Bagaimana jika tahu sesuatu, tapi bingung bagaimana cara memulainya. Jika yang kita bicarakan adalah karya tulis, maka cara memulai menulis cerita versi saya bisa jadi rujukan utama. Ada banyak langkah dan pemahaman yang saya tulis di sana. Agar kita tidak terjebak dalam tulisan yang “lari kemana-mana”.
Referensi lainnya ada mbak Gemaulani yang bicara soal deskripsi, narasi dan story telling di kelas Growthit with blogger. Mau pilih nulis yang mana?. Deskripsi, narasi atau story telling.
Kalau deskripsi, berarti kita memilih menulis dengan menggambarkan sesuatu berdasarkan keadaan yang sebenarnya, sehingga pembaca bisa melihat, mendengar, mencium dan merasakan hal yang kita ceritakan.
Narasi beda lain. Di dalam narasi, kita menceritakan suatu kejadian sesuai dengan urutan kejadiannya. Bisa jadi dari umum ke khusus atau khsusus ke umum. Tujuannya untuk memberikan pemahaman bagi pembaca, sehingga pesan yang ingn disampaikan dapat tersampaikan dengan baik.
Bagaimana dengan story telling. Mbak Gemaulani memberikan gambaran singkat, bahwa story telling tidak beda jauh dengan mendongeng. Kalau menurut saya, story telling merupakan seni bercerita. Gaya bercerita dengan ciri khas tertentu, yang membuat pembaca kita merasa nyaman ketika membaca tulisan kita atau mendengarkan cerita kita.
Saya berpatokan pada kenyataan, bahwa ternyata ada loh penulis yang sebenarnya punya cerita bagus, namun karena gaya berceritanya monoton, orang jadi malas baca ceritanya atau mengikutinya bercerita. Beda dengan seseorang yang punya gaya bercerita yang menarik. Sesimple apapun ceritanya atau informasi yang disampaikan. Jika cara penyampaiannya menyenangkan, pembaca atau penonton pasti akan setia menunggunya.
Bagaimana cara menumbuhkan story telling pada diri kita. Ya dengan banyak membaca, banyak menonton, banyak mendengar dan banyak belajar. Intinya perbanyak referensi dan latihan. Karena latihan yang kontinu akan melahirkan karakter. Karakter inilah yang menumbuhkan gaya bercerita kita dengan sendirinya. Terbentuknya melalui proses. Jadi nikmati prosesnya ya, dan lihat bagaimana hasilnya nanti.
Bagaimana? Sudah siap berlatih. Siapkan energy dan strategi dari sekarang. Agar langkah kamu ke depan lebih mantap dan terarah.
Salam kreasi
**
Sumber referensi :
https://www.konde.co/2020/03/minat-baca-orang-indonesia-paling.html/
https://id.wikipedia.org/wiki/Literasi_digital
https://sevima.com/pengertian-literasi-menurut-para-ahli-tujuan-manfaat-jenis-dan-prinsip/
81 Comments. Leave new
Wah lengkap sekali dan detail….
Terima kasih ilmunya mba, sekali baca disni langsung dapet semuanya, ngga perlu bingung cari-cari referensi ditempat lain.
Mantab
Matur suwun mas end.
Hape yang ada kameranya zaman 2000-an memang mewah banget ha, mbak. Meskipun masih VGA tapi mulai saat itu keberadaan tustel pelan2 hilang tanpa jejak.
Sekarang lompatan digital begitu hebat. Jangankan kamera, bahkan video shooting hi-res aja udah pake hape.
Tepat juga ya dinamai zaman digital. Sesuai etimologinya yang berarti jari-jemari.
Benar. Makin canggih. apa apa sudah pakai hp
Bener mba Indah, kalo kayak kita kita sebagai bloger harus melek literasi. Biar ngga kemakan berita hoax ngga gampang tergiring opini juga ya
nah ini. perlu ditelusuri berita yang beredar sebelum memutuskan sesuatu. berita hoax itu menjerumuskan
aku juga berliterasi digital lewat blog, berharap bisa sedikit mengedukasi pembaca dan memberi manfaat apa yang sudah aku tahu.
Alhamdulillah. Semangat ngeblog mbak
Alhamdulillah kita berperan di literasi digital y mbk..
Blog jdii salah satu sumber atau referensi untk bacaan. Moga konten kita layak dibaca generasi now yaaa..
benar mbak. blog bisa salah satu literasi digital yang paling manjur.
Musti baca lagi baca lagi nih Prinsip Dasar Literasi Digital, banyak juga ada 7. Penting semua nih. Tapi mudah diingat, semua diawali huruf K yah…
Lengkap artikelnya Mbak…
makasih mbak. yuk dibaca lagi biar ingat. hehe
Literasi digital sangat penting sekali untuk kemajuan bangsa
Betul koh
Pengen banget bisa nulis dengan gaya storytelling
Dibiasakan kak. lama lama bisa kok
Aku jadi ikutan flashback, kak. Dulu waktu smp dan sma, internet udah ada. Tapi, untuk smartphone belum ada. Jadi, setiap akhir bulan selalu ke warnet buat nyetak lirik lagu yang saat itu lagi digemari. Terus aku kumpulin jadi satu file.
Semenjak internet udah makin canggih dan adanya smartphone, malah sekarang tinggal nyanyi sambil liat liriknya di hape, ya kak. Ngga sesulit dulu.
wah kenangan tak terlupakan itu ya.
Wah lengkap niihhh tulisannya, bikin betah dan nambah wawasan. Mudah2an kita sebagai blogger juga bisa menyumbang peran untuk kemajuan literasi digital Indonesia ya mbak
Aaamin. makasih mbak
Pastinya kita sebagai seorang bloger harus melek dan jeli terhadap literasi, baik itu literasi digital ataupun jenis yang literasi yang lainnya.
PR banget nih buat aku, mau nguatin story telling nya, biar para pembaca nya betah Hihi
Sering nulis mbak. nanti kebentuk sendiri kok
Aku jadi pengin tahu gimana ya mukaku dulu pas pertama video call mantap mbak artikelnya sangat lengkap
ngakak kali din. wkwkwkwk…
Assalamualaikum, mbak Indah. Menyenangkan memang baca tulisan mbak yg sudah banyak jam terbang di penulisan skenario. Yang jelas saya sendiri kaget dengan cepatnya anak-anak saya memahami ekosistem internet, dan kami sebagai orangtua perlu membimbing mereka agar mendapat hasil positif dari internet, dan terhindar dari efek negatifnya. Salam Fisika 😀
Waalaikum salam mas Helmi. Masya Allah makasih sudah berkunjung dan memberikan pendapatnya. orang tua memang harus selalu membimbing anak anaknya, terutama dalam penggunaan gadget agar lebih bermanfaat.
Sebaiknya memang generasi jaman now itu melek literasi ya mbak. Jadi tidak hanya dimanjakan oleh tontonan visual saja
Benar mbak.
Assalamu’alaikum, Indah…
Tulisannya lengkap dan terinci, penjelasannya juga mudah dimengerti. Gaya bahasanya juga aku suka, sederhana, tidak bertele-tele. Sebagian besar aku setuju, walau ada beberapa hal yang perlu diklarifikasi terkait kenapa minat membaca di negara kita rendah, bukan karena kurangnya akses terhadap bahan bacaan tetapi karena memang budaya kita yang tidak terbiasa membaca. Ini sekedar sharing pengalamanku sebagai guru ya? Walaupun fasilitas ada, akses mudah kenyataannya anak-anak lebih suka bermain dengan gawainya daripada membaca. Ternyata itu dipicu karena sejak kecil mereka dibiasakan menggunakan gawai oleh orang tuanya.
Oleh karena itu kita harus membiasakan anak-anak kita membaca buku dibandingkan bermain gawai. Perbanyak menghabiskan waktu dengan kegiatan membaca bersama. InsyaAllah dengan begitu anak-anak akan terbiasa membaca dan mencintai buku sampai mereka dewasa.
Salam fisika ☺
Waalaikum salam. Wah terima kasih masukkannya An, udah kukoreksi ya. Memang butuh sosok guru langsung nih untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya di lapangan. thanks masukannya.
Kemungkinan literasi digital masih minim karena banyk tontonan bergerak mbak seperti youtube, tiktok..dsb..orang lebih tertarik dengan sesuatu yang bergerak timbang membaca tulisan padahal dengan membaca tulisan kita bisa memilah sesuatu itu baik atau tidaknya ya mbak. Semangat deh untuk terus menggaungkan literasi digital
Makanya kita harus imbangi dengan tulisan yang mengena dan membuat mereka berpaling ke tulisan. yuk bergerak bersama di literasi digital mbak.
daya pikir dan kritis nih yang kurang sama anak jaman now apalagi kalau kurang empati juga bakal bubar semua, apa-apa langsung share dan share aja kan bahaya kalau informasi blm teruji validitas tiba-tiba ke mana2
Benar pak. kitanya yang harus pintar menyaring informasi ya. Biar gak kena hoax
Bener sekali mbak jangan sampe berpendapat tanpa melihat kebenaran dilapangan lalu lah hoaks yg bikin orang yg menyebarkannya terjerat uu ite.
Semoga literasi digital makin meningkat.
Aaamin. kita bergerak bersama mbak
Eh, aku dulu juga sempat terkagim-kagum liat roy suryo zaman seminar di kampus UB dulu. Kek canggih banget gitu.
Waktu itu hapeku masih nokia. Tebak tahun berapa. Hehe
2001 paling. hahaha. podo karo hpku mbak.
wah setuju mbak. saya juga salah satu yang minat bacanya rendah banget. jadi emang kudu memaksakan diri. Thank mbak, ulasannya mencerahkan
yuk mulai sering baca buku.
Kita perlu berperan serta dalam membuat konten mendidik. Salah satunya lewat media blog. Rajin membaca juga mampu menaikkan literasi digital kita ya Kak
Benar mbak. PR kita nih untuk membuat tulisan dengan pesan yang mendidik.
Ulasan yang mendalam tentang literasi digital….makasih manfaat banget
Alhamdulillah, semoga bermanfaat ya mbak
Waw detail sekaliii….menulis di blog salah satu tujuannya memang untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat ramai
Makasih kak
Literasi digital emang penting supaya kita nggak asal dalam memakai digital. Budayakan kritis dengan banyaknya informasi saat ini. Keren mbak artikelnya.mm
Makasih pak guru
Wah lengkap sekali penjelasannya.. Jadi banyak belajar nih.. Makasih ya Mbak Indah..
Enaknya jadi penulis skenario, berasa curcol juga ya Mbak? Hehe
curcol dan mendalami hidup. Hmm. dalem banget yak. wkwkwk
Menarik sekali liyerasi digital ini ya. Hmm…aku penasaran, kira2 kalau untuk anak usia dini, bagaimana penerapan literasi digital ini mbak?
lewat animasi di gadget mbak. bermain sambil belajar. seperti mengenal angka, huruf tapi lewat permainan. bisa dimanfaatkan tuh
Wah lengkap penjelasannya.. Jadi banyak belajar nih.. Makasih ya Mbak Indah..
Enaknya jadi penulis skenario, berasa curcol juga ya Mbak? Hehe
Penting banget nih baca artikel ini mb. Lengkap dan mudah dipahami bahasanya. Yes setuju banget sebagai blogger kudu melek litetasi digital, jgn smpi apa yg kita tulis hnya dibaca kita sendiri. Kudu disebar via media sosial. Thx mb insight nya…
Sama-sama mbak. Semoga bermanfaat
Aku termasuk yang gaya nulisku monoton nih,kak. Pengen banget belajar nulis lagi biar makin menarik artikel yang kutulis
sering baca artikel lain kak. terus berlatih nulis lagi. kalau dibiasakan lama lama bisa kok
Saya juga cukup sering menggunakan metode story telling. Pasalnya di era digital ini, konten literasi mesti ramah dan tidak menggurui. Makanya metode story telling adalah yang terbaik menurut saya
benar uda. lebih mengena ya.
Aku itu salut pada dirimu. Selalu belajar juga orangnya cantik ayu disayang suami, klg dan teman2. Eeeh tetapi emang ya.. Ak jd byk belajar baca d blog mba Indah ini. Literasi digital lengkap banget ulasannya disini
Alhamdulillah, terima kasih mbak Dyah.
literasi digital sangat diperlukan oleh masyarakat, terutama generasi muda. untuk itu diharapkan peran para blogger untuk mendukung upaya ini
Inggih pak. siap
Eh jadi inget sebuah penelitian yg menyatakan kalo pembaca Harry Potter itu orang² cerdas. Relate banget sih sama apa yg dibahas mb Indah di sini ya, biasanya org makin cerdas makin suka baca nggak sih?
Wah bearti aku cerdas dong mbak. Aku kan suka harry potter. baca berkali kali sampai tamat gak pernah bosan. wkwkwk…
Ternyata ada prinsip dasarnya ya, ini nambah pengetahuan lagi soal literasi digital
Ada mbak. yok dicatet. hehe
Matur nuwun sharingnya mbak. Terutama saya juga yang masih ada rasa kurang percaya diri. Perlunya dorongan seperti film yang dapat menggerakkan hasrat keberanian dirim
mas Richo merendah nih. semangat mas. dirimu sudah hebat
Mbak Indah panutanku. Meskipun kamu syok waktu lihat vidcall Roy Suryo kali pertama, tapi sungguh keren udah bikin skenario sejak 2010. Semoga bisa ngikuti jejaknya hehe.
Kalau soal literasi digital, aku bangga bisa jadi salah satu penggiatnya sejak gabung media online dan sekarang menjajaki diri sebagai blogger. Semoga usaha kita memberantas hoax bisa berakhir manis ya mbak, panjang umur perjuangan!
Alhamdulillah. Berjuang sambil belajar tanpa lelah. Selalu kosongkan gelas biar ilmu baru bisa diserap. Semangat Arai
Literasi digital memang sangat penting apalagi di era yang serba digital ini agar kita tidak sampai melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Makasih sharingnya Mbak.
Sama sama mas. Semoga bermanfaat
Bener banget Mba, kalau orang cerdas itu cenderung suka baca, Jadi PR buat kita yah bagaimana caranya membantu edukasi ke masyarakat agar mereka suka baca.
Lewat tulisan yang membuat mereka suka mbak. Tulisannya harus menarik dan berbobot. pasti banyak yang suka baca kalau tulisannya menari. seperti novel dewi lestari misalnya atau rindik sedu dan penulis lainnya.
Mau nggak mau kita harus menyesuaikan dengan zaman ya mbak. Hari gini litetasi digital perlu di dengungkan, terutama sisi positif dan negatif yang harus dihindari agar semua mendapat manfaat yang baik…
Benar mbak. Semangat
Alhamdulillah bagus ibu. Tulisan ibu sangat bermanfaat, memotivasi saya untuk bisa belajar seperti ibu membuat artikel di blog. Bolehkan ijin belajar kepada ibu
Yang ingin saya tanyakan : Perlukah penerapan literasi digital di pendidikan anak usia dini (PAUD) ibu, karena kebetulan profesi saya sebagai guru TK dan ingin mendengungkan literasi digital di lingkup TK baik bagi teman sejawat saya maupun anak didik saya
Terima kasih ibu .
Terima kasih sudah berkunjung. Menurut saya literasi digital penting diberlakukan di segala usia. Termasuk lingkup PAUD. Apalagi saat ini anak anak sudah tak asing dengan gadget. Justru literasi digital itu bisa dipakai untuk mengarahkan anak anak agar bisa memanfaatkan gadget mereka dengan belajar lewat internet. Tidak melulu main games. Saat ini banyak kok pembelajaran lewat internet yang bagus untuk anak anak. Misalnya mengenal angka dan huruf dalam bahasa inggris. bisa ditampilkan dalam bentuk animasi yang menyenangkan. anak anak PAUD yang menontonnya akan merasa seperti bermain, padahal mereka juga belajar lewat penyajian yang menyenangkan. Manfaatkan itu bun
gimana caranya kak menerapkan ini ke siswa, mereka jarang mau membaca
Nah tugas guru nih untuk meningkatkan minat baca siswa. Bisa dengan permainan atau lomba yang mengharuskan mereka untuk membaca. bikin sekreatif mungkin agar anak-anak tertarik