Awal tahun 2021 menjadi awal yang masih kelabu bagi saya. Mungkin juga bagi sebagian besar anak muda di negeri ini. Selain karena musim penghujan yang membawa bencana di beberapa tempat, masa pandemi masih mewarnai hari demi hari. Rasanya seperti sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Miris.
Berita yang tak kalah mirisnya saya dengar beberapa jam yang lalu. Teman yang ada di Kalimantan Selatan mengabarkan jika banjir melanda daerahnya. Teman lain di Sulawesi Barat digoyang gempa hingga beberapa rumah roboh. Jogya juga banjir semalaman yang menyebabkan beberapa teman saya setia di rumah saja. Mengurus beberapa perabot yang ikut menggenang di air yang memasuki rumah.
Bagaimana dengan di kota saya, Malang?
Hujan masih maju mundur, mengajak main petak umpet dengan warganya. Kadang pagi terang benderang. Siang sudah hujan deras seperti air yang dijatuhkan begitu saja dari langit. Tidak pakai perantara gerimis. Itu pun kadang hanya sedetik dua detik. Lalu panas lagi. Malamnya bisa jadi hujan angin disertai geluduk. Lalu paginya mulai heboh karena ditemukan beberapa pohon yang tumbang akibat hujan deras semalaman.
Cuaca tidak menentu sekarang. Bahkan saya sering dibuat heran karena posisi hujan yang tidak sama satu daerah dengan daerah lain. Kalau jaraknya masih jauh, bisa dimaklumi ya. Tapi bagaimana kalau di depan rumah terang benderang, tapi di jalan raya yang berjarak kurang dari 500 meter, sudah hujan deras sampai suami saya basah kuyup kehujanan. Tak terpikir membawa jas hujan karena waktu berangkat tadi cuaca cerah.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan cuaca di negeri ini. Kalau musim pancaroba masih bisa dimaklumi. Karena pergantian musim terkadang disertai dengan perubahan cuaca yang ekstrim. Namun jika di luar itu, bisa jadi tanda tanya besar. Tanda bahwa telah terjadi sesuatu dengan iklim bumi. Istilah sederhananya, bumi kita sedang sakit. Benarkah ?
Daftar Isi
Webinar Tentang Penyelamatan Bumi
Bumi kita memang sedang sakit. Lebih tepatnya sedang kritis. Penyebab utamanya adalah perubahan iklim yang terjadi selama bertahun-tahun. Sementara solusinya belum dilaksanakan secara maksimal. Karena itulah golongan hutan dan Blogger Perempuan Network membahasnya kembali pada acara webinar dengan tema Peran Pemuda Untuk Indonesia.
Webinar tersebut dilaksanakan tanggal 8 Januari 2021 kemaren via zoom meeting. Bagi saya, webinar tersebut sangat istimewa. Karena diperuntukkan bagi 30 blogger terpilih dari sekitar 200 blogger yang mengikuti blog competition bertemakan I Love Indonesia. Alhamdulilah, saya termasuk salah satu dari blogger terpilih tersebut. Salah satu tulisan saya yang membahas Perlindungan terhadap hutan Indonesia, rupanya menarik perhatian panitia. Alhamdulillah.
Webinar yang berlangsung mulai pukul 14.00 – 16.00 WIB tersebut menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya. Ada pak Edo Rakhman, koordinator koalisi Golongan Hutan. Lalu kak Syaharani yang merupakan penggiat aksi Jeda untuk iklim. Kak Syaharani ini rupanya mahasiswi semester akhir (semester 8) dari Universitas Indonesia yang aktif dalam kegiatan kampanye lingkungan. Selain itu ada kak Anindya Kusuma Putri, seorang aktris sekaligus sport and tourism Influencer Indonesia.
Keren-keren ya narasumbernya. Ketiganya mempunyai sudut pandang tersendiri mengenai kerusakan bumi dan bagaimana kita harus menyikapinya.
Kondisi bumi yang kritis dibahas oleh pak Edo sebagai perwakilan Golongan Hutan. Menurut beliau yang merujuk pada referensi terpercaya, manusia mempunyai andil yang besar dalam kerusakan bumi. Kondisinya bahkan disamakan dengan pandemi. Sepanik itukah? Yes. Sama paniknya dengan berbagai bencana yang saat ini sedang melanda kita.
Ya bencana yang terjadi tahun 2020 memang berbeda. Selain perubahan iklim, kita juga dihadapkan pada virus corona yang mengakibatkan kita semua berada pada masa pandemi. Jelas ini membangun era baru dengan kebiasaan baru. Karena pandemi turut andil dalam pengawasan terhadap kerusakan hutan dan lingkungan yang menurun. Akibatnya kerusakan terus saja terjadi.
Saya melompat ke pembahasan kak Syaharani mengenai iklim dan cuaca dulu ya. Karena di sinilah dasar dari pembahasan mendalam mengenai keadaan bumi saat ini.
Jadi iklim dan cuaca itu ternyata berbeda. Kak Syaharani menyebutkan jika iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Lamanya bisa sampai bertahun-tahun. Sementara cuaca merupakan kondisi harian dari segala fenomena yang ada di atmosfer. Misalnya cuaca cerah, berawan atau hujan.
Perubahan iklim bisa terjadi karena adanya faktor perubahan cuaca. Artinya apapun yang terjadi di atmosfer kita, berpotensi untuk mengubah iklim bumi secara berkelanjutan.
Inilah yang dimaksud dengan krisis iklim, yaitu berubahnya iklim yang disebabkan langsung ataupun tidak langsung oleh manusia, sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global untuk jangka waktu yang lama. (Syaharani – webinar Golongan Hutan dan BPN).
Apa yang ada di Atmosfer Bumi?
Bumi merupakan salah satu planet diantara 9 planet yang mengitari matahari. Dalam system tata surya kita, bumi terlihat paling nyaman untuk ditinggali. Karena atmosfer di dalamnya memungkinkan untuk ditinggali makhluk hidup. Kenapa begitu? Karena komposisi udara di dalamnya berperan dalam kelangsungan hidup makhluk di dalamnya.
Komposisi tersebut diantaranya : Nitrogen (78,08%) berguna sebagai senyawa organic, oksigen (20,95%), berguna untuk kelangsungan hidup organisme dan pembentuk ozon, karbondioksida (0,034%) yang berguna menjaga suhu bumi. Kenaikan sedikit saja bisa menyebabkan efek rumah kaca yang membuat suhu bumi makin panas.
Komposisi lainnya ada gas mulia (neon, argon, xenon dan krypton). Masing-masing sebesar 0,0018% neon, 0,93% argon, dan 0,00011% krypton. Sementara xenon memiliki kadar yang paling kecil di atmosfer. Selain itu ada Helium dan hydrogen yang ditemukan pada suhu sangat tinggi. Masing-masing kadarnya 0,0005% dan 0,00005%.
Ada lapisan ozon juga yang merupakan pelindung bumi. Khususnya dari bahaya sinat ultraviolet matahari. Ozon dibentuk oleh oksigen dan merupakan panyaring sinar UV agar tidak masuk ke dalam bumi. Kadarnya hanya 0,00006%, namun fungsinya sangat vital.
Masalahnya lapisan ozon saat ini sudah banyak yang bocor. Penyebanya sebagian besar karena efek rumah kaca yang diakibatkan oleh kenaikan kadar karbondioksida di udara. Bocornya lapisan pelindung atmosfer ini tentu saja menyebabkan sinar UV matahari sampai ke bumi. Akibatnya suhu bumi semakin panas yang berbuntut pada berbagai kerusakan dimana mana. Seperti mencairnya es di kutub, naiknya permukaan laut, kebakaran hutan secara besar-besaran, dan berbagai bencana alam lainnya.
Bagaimana Efek Rumah Kaca Bisa Terjadi ?

sumber gambar : https://dlhk.jogjaprov.go.id
Efek rumah kaca, dinamakan demikian karena diidiomkan dengan rumah kaca yang biasanya digunakan untuk budidaya tanaman tertentu. Seperti namanya, rumah kaca terbuat dari kaca sepenuhnya. Mulai dari dinding, pintu, jendela sampai atapnya. Tujuannya adalah agar panas yang masuk bisa terperangkap di dalam, sehingga tanaman yang ada di dalamnya mendapatkan asupan cahaya matahari yang cukup.
Terperangkapnya cahaya matahari berkaitan dengan kaca yang mengelilingi rumah kaca. Karena kaca berfungsi memantulkan cahaya, makanya panas yang masuk ke dalam rumah kaca, akan dipantulkan kembali. Tidak diteruskan keluar, jadinya ya terperangkap di dalam.
Itu rumah kaca dalam arti sebenarnya. Nah, bagaimana dengan rumah kaca yang ada di bumi?
Prinsip kerjanya sebenarnya sama dengan rumah kaca untuk tumbuh kembang tanaman. Jadi panas bumi ditangkap oleh gas rumah kaca, lalu dipantulkan kembali ke bumi. Akibatnya suhu bumi semakin panas.
Apa saja sih gas rumah kaca itu? Mereka diantaranya adalah karbondioksida, nitrogen dioksida, metana, dan Freon.
Gas-gas rumah kaca ini secara alamiah dihasilkan dari kegiatan manusia. Namun seiring berkembangnya zaman dan teknologi, muncul gas rumah kaca yang dihasilkan dari penggunaan energy listrik, aktivitas kendaraan bermotor, penggunaan Freon dalam kulkas, pembakaran sampah, bahkan ditemukan juga sumber karbon dalam sepiring nasi. Kok bisa?
Iya bisa, karena nasi dan sayurannya berasal dari pertanian yang menggunakan pestisida, dagingnya berasal dari peternakan dimana kotoran hewannya menghasilkan gas metana. Hal seperti ini kadang di luar kesadaran kita kan.
Pada dasarnya efek rumah kaca diperlukan loh untuk menjaga suhu bumi. Agar perbedaan siang dan malam tidak terlalu besar. Namun jika gas rumah kacanya berlebihan jumlahnya, bisa menyebabkan pemanasan global. Suhu bumi naik dan berbagai bencana pun berdatangan. Bisa juga berakibat naiknya permukaan air laut akibat dari es di kutub yang mencair, konflik sosial berkepanjangan serta wabah penyakit.
Bagaimana Keadaan Bumi Saat ini
Bumi masih sakit. Tiap tahun penyakitnya bertambah dan sampai saat ini masih dicari solusinya. Saya pun jadi ingat tentang hari bumi sedunia. Dimana untuk pertama kalinya, tanggal 22 April 1970, ada jutaan orang turun ke jalanan untuk menuntut adanya udara bersih dan perlindungan lingkungan.
Aksi yang menggerakkan banyak hati manusia itu, pada akhirnya diperingati sebagai hari bumi sedunia. Setiap tahunnya, gerakan menyanyangi bumi digalakkan untuk terus melakukan perbaikan. Lalu apa hasilnya?
Suhu Bumi Masih Panas
Menurut Administrasi Kelautan danAtmosfer Nasional (NOAA), suhu global rata-rata meningkat sekitar 1,4 derajat Fahrenheit (0,8 derajat Celcius) selama 100 tahun terakhir. Sejak pencatatannya tahun 1895, tahun terpanas di dunia berada pada tahun 2016. Yaitu 1,78 Fahrenheit (0,99 derajat Celcius). Lebih banget dari rata-rata suhu di sepanjang tahun abad 20.
Wired, San Francisco, British Columbia dan Delhi memberikan laporan terkini mengenai suhu bumi sepanjang Juni 2019. Bahwa gelombang panas sepertinya mulai lagi dari belahan bumi utara. Seperti tahun 2018, dimana Inggris dilaporkan mengalami musim terpanas sejak 2006, yaitu 30 kali lebih tinggi daripada suhu normal. Penyebab yang paling mungkin adalah perubahan iklim.
Kalau musim panas, terasa panas bisa dibilang wajar ya. Tapi kalau musim dingin terasa panas itu sudah tidak wajar. Inggris mengalaminya pada tanggal 26 Februari 2019 lalu. Dimana temperature udara saat itu mencapai 21,2 derajat celcius. Jika dibiarkan terus menerus, musim dingin bisa tidak ada lagi.
Populasi Satwa Liar Menurun
Perubahan iklim didaulat sebagai salah satu faktor yang mendorong spesies punah. Faktor lainnya disebabkan perubahan penggunaan lahan dan laut serta eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.
Kenaikan pemanasan dua derajat Celcius saja, ternyata mampu meningkatkan resiko kepunahan lima persen spesies hewan dan tumbuhan. Apalagi kalau pemanasarannya terjadi secara ekstrim. Bisa dibayangkan berapa banyak spesies yang satu demi satu mengalami kepunahan.
Fakta ini dibuktikan dengan adanya ukuran rata-rata populasi vertebrata yang menurun 60 persen pada tahun 1970 – 2014. Di lain pihak, ada 100 spesies burung pipit yang mati dari populasi 100 burung pipit yang ada. Juga Sembilan dari sepuluh badak mati, menambah tingkat kepunahan menjadi 90 persen.
Sekarang coba kita perhatikan satwa liar yang ada di hutan sekeliling kita. Mampukah kita menghitung berapa jumlah mereka yang masih ada. Atau jangan-jangan banyak yang semakin berkurang jumlahnya. Ini menjadi instrospeksi bagi kita untuk mencari solusinya.
Jumlah Karbondioksida Meningkat Tajam di Atmosfer
Karbondioksida adalah salah satu gas rumah kaca yang ada di bumi. Komposisinya sedikit di atmosfer. Namun bila mengalami kenaikan sedikit saja, bisa berakibat pada kenaikan suhu bumi.
Jumlah Karbondioksida di udara yang dibolehkan adalah tidak kurang dari 450 ppm. Ini batas maksimal yang ditentukan oleh para ilmuwan. Artinya, jumlah yang lebih dari itu akan menyebabkan perubahan iklim yang esktrim. Bahkan jumlah yang mendekati batas maksimal saja sudah membawa perubahan ikliim yang naik tajam. Buntutnya adalah perubahan bencana akibat iklim yang sulit kembali ke semula.
Tercatat sudah ada 415,26 ppm konsentrasi karbondioksida yang ada di udara akhir tahun 1950 – an. Jumlah tersebut dilacak oleh sensor di Observatorium Mauna Loa di Hawai. Bisa diprediksi kan, jika tahun 195- an saja jumlahnya sudah mendekati batas maksimum. Bagaimana dengan tahun-tahun setelahnya. Dimana aktivitas manusia yang berujung menaikkan kadar karbondioksida di udara semakin bertambah.
Sebut saja beberapa ulah manusia yang membakar sejumlah besar bahan bakar fosil untuk pabrik, memanaskan rumah, melepaskan karbondioksida melalui alat elektrolit yang mengandung zat rumah kaca. Belum lagi berbagai polusi udara yang menambah kenaikan karbondioksida di udara. Bisa diprediksi tidak, kira-kira sudah berapa ppm kadar karbondioksida di udara sekarang. Lalu bandingkan dengan berbagai isu perubahan iklim yang terjadi sekarang.
Kenyataan yang membuat miris adalah peningkatan jumlah karbondioksida rupanya sudah terjadi pada 40 tahun terakhir ini. Bisa dibayangkan kan bagaimana kondisi bumi saat ini.
Peningkatan Cuaca Ekstrim dan Bencana Alam
Tercatat dalam 40 tahun terakhir, banjir dan hujan lebat meningkat 4 kali lipat sejak tahun 1980 dan menjadi dua kali lipat sejak 2004. Peningkatan yang sama terjadi juga pada suhu ekstrim, kekeringan dan kebakaran hutan.
Hal yang lebih mengejutkan tercatat pada sebuah situs web yang berbasis di Inggris. Dalam situs tersebut, terkumpul data 230 kasus tentang atribusi peristiwa ekstrem. Dari data tersebut, 68 persen dipelajari dalam 20 tahun terakhir. Lebih parahnya, penyebab cuaca ekstrem tersebut lebih banyak disebabkan oleh manusia.
Memang alam juga menyumbang sebab. Namun presentasinya jauh lebih kecil. Seperti gelombang panas yang menyumbang 43 persen, kekeringan 17 persen dan curah hujan atau banjir menyumbang 16 persen.
Sementara yang saat ini sedang terjadi dan melanda negeri kita adalah banjir bandang yang melanda Banjarmasin. Juga gempa yang melanda Sulawesi Barat. Bencana seolah tidak henti-hentinya melanda kita. Entah sampai kapan berakhir. Seolah semua bencana tersebut adalah teriakan alam yang merasa sudah jenuh dengan semua ulah manusia.
Hutan Tropis Banyak yang Hilang
Deforestasi ternyata menjadi penyumbang terbesar emisi karbon global. Hal ini dikarenakan hutan yang sudah dirusak tidak bisa lagi mengikat karbondioksida di udara. Padahal fungsi pepohonan yang ada di hutan kan untuk mengambil karbondioksida di udara, untuk diolah dalam proses fotosintesis. Hasilnya oksigen yang bermanfaat bagi pernafasan banyak makhluk hidup lainnya.
Nah kalau hutannya banyak dirusak, siapa yang akan mengikat karbondioksida di udara. Akhirnya karbondioksida dilepas kembali kan ke atmosfer dan menyebabkan suhu meningkat tajam.
Faktanya kita sudah kehilangan banyak hutan tropis di dunia. Luasnya setara dengan 30 lapangan sepak bola per menit. Mengejutkan kan. Penyebabnya adalah ulah manusia. Seperti kebakaran hutan dan pembalakan liar. Kalau dibiarkan, lama-lama hutan tropis kita beneran habis. Sedih gak tuh.
Pengasaman Laut Meningkat
Dalam laporan IPCC yang dirilis pada 27 September 2013, setidaknya ada 95 persen kerusakan lautan disebabkan oleh ulah manusia.
Menurut EPA, permukaan laut global naik sekitar 8 inchi sejak 1870, dan laju kenaikan ini diperkirakan akan meningkat di tahun-tahun setelahnya. Kalau diteruskan, daratan akan digenangi lautan.
Secara teori, mencairnya es akan menyebabkan permukaan air laut naik. Pada tahun 2014, Organisasi Meteorologi Dunia melaporkan kenaikan permukaan air laut yang meningkat. Yaitu 0,12 inci (3 milimeter) per tahun rata-rata di dunia. Ini sama saja dengan dua kali lipat kenaikan tahunan rata-rata 0,07 inci (1,6 milimeter) pada abad ke 20.
Akibat paling siginifikan dari naiknya permukaan air laut adalah pengasaman air laut. Keadaan ini rupanya telat terjadi sejak revolusi Industri pada tahun 1700 an. Tercatat keasaman laut meningkat 25 persen. Kasihan kan, karena air laut yang mengalami keasaman, membuat banyak ikan tidak bisa hidup. Kelangsungan hidup biota laut pun akan terganggu.
Saatnya yang Muda Bergerak
Banyaknya bencana alam yang diakibatkan perubahan iklim, rupanya juga dipikirkan oleh kaum muda kita. Termasuk saya. Karena bagaimanapun juga, dampaknya kembali kepada diri kita sendiri.
Banjir misalnya, menyebakan rumah kita tenggelam oleh air. Banyak perabotan yang rusak dan kerugian lainnya. Gempa juga membuat kita kehilangan rumah. Sementara kebakaran hutan, membuat asap yang menghalangi penglihatan. Satwa liar yang kehilangan rumah juga akan lari ke pemukiman dan mengganggu warga.
Manusia yang berbuat, manusia pula yang menerima akibatnya. Karena itulah manusia juga yang harus peduli terhadap lingkungan. Mengembalikan keadaan lingkungan menjadi aman kembali. Memperbaiki yang sudah dirusak.
Dalam sebuah survey yang dilakukan Yayasan Indonesia Cerah dan Change.org, disebutkan bahwa anak muda juga memikirkan tentang perubahan iklim. Banyak yang khawatir mengenai dampak yang ditimbulkan olehnya.
Dari 8000 responden lebih yang diambil, rata-rata usia 20-30 tahun laki-laki dan perempuan. Ada 89 persen yang peduli tentang dampak krisis iklim. Bahkan 97 persennya menyatakan efeknya lebih parah daripada pandemi covid 19.
Hampir setengah respondennya menyebut kebakaran hutan dan deforestasi sebagai penyebab terbesar emisi gas rumah kaca. Sementara penyebab lainnya adalah asap kendaraan dan pabrik (sepertiganya) dan pembangkit listrik berbahan dasar fosil (seperlimanya).
Sejalan dengan itu, 28 persen responden setuju untuk menghentikan kebakaran hutan dan deforestasi. Sekaligus memberikan solusi untuk berganti bahan dasar fosil ke bahan dasar terbarukan (sebanyak 26 persen) dan melakukan perubahan pada perilaku kita di kehidupan sehari-hari (19 persen).
Bahan bakar terbarukan yang dimaksud diantaranya tenaga surya, air, panas bumi dan biomassa. Saya cukup kaget ketika melihat hasil survey, dimana 19 dari 20 anak muda percaya bahwa manusia adalah factor penyebab krisis iklim.
Artinya jika kita penyebab semua kerusakan di bumi, maka belum terlambat bagi kita untuk memperbaiki kesalahan. Pak Edo membidik anak muda untuk bergerak. Karena anak muda yang memiliki daya pikir kreatif dan kuat secara psikis maupun fisik. Masa depan bangsa ada di tangan anak muda kan, berarti anak muda yang harus bergerak.
Bagaimana kalau masih ada perilaku menyimpang yang dilakukan anak muda terhadap lingkungan. Tanya salah satu peserta webinar.
Pak Edo pun menyebut bahwa ada peraturan pemerintah yang bertindak sebagai pelindung. Karena bagaimanapun juga, pemerintah berkewajiban untuk memberikan perlindungan terhadap hutan dan lingkungan. Tindakan tegas sudah diupayakan untuk menanggulangi mereka yang merusak lingkungan.
Masalahnya, tindakan hukum rasanya belum sepenuhnya memberikan efek jera. Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk oknum-oknum semacam itu?
Sekali lagi pak Edo mengembalikan semuanya kepada anak muda. Karena yang dititik beratkan di sini berarti pada perilaku sehari-hari. Adanya pelanggaran berkaitan dengan perilaku menyimpang yang dilakukan berulang-ulang. Perlu ada kesadaran dan edukasi untuk menjaga perilaku tersebut.
Nah di sinilah kak Anindya Kusuma Putri bicara. Perihal perilaku anak muda dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Kiat-kiat Menjaga Lingkungan Hidup
Sebagai seorang aktris dan public figure, segala tindak tanduk kak Anindya Kusuma Putri tentunya disorot. Untunglah, kak Andindya aktif dalam sport and tourism Influencer. Dimana kegiatan sehari-harinya travelling ke tempat-tempat yang berbeda.
Kegiatan yang positif ini tentu saja membawa perilaku yang penuh inspiratif. Kak Anin, sapaan ramahnya kerap mengunjungi tempat yang estrim seperti air terjun, gunung, bahkan hutan. Mengeksplore segala tempat yang menunjukkan keindahan Indonesia.
Sayangnya pemandangan yang kerap dilihat olehnya kadang menyesakkan dada. Seperti masih banyaknya sampah yang merusak pemandangan, atau penebangan pohon yang menyisakan batang yang sudah mati. Menangis rasanya.
Mirisnya adalah ketika ada wisatawan luar negeri yang juga mengagumi keindahan alam Indonesia. Justru menyapa mbak Anin dan menitipkan alam Indonesia untuk dijaga. Karena sayang kalau sampai dirusak. Di sini mbak Anin ikutan terkejut dan bertanya-tanya. Kenapa justru orang luar yang peduli dengan alam Indonesia. Sementara yang membuat sampah justru orang Indonesia.
Karena itulah, mbak Anin yang saat itu tidak bisa mengikuti webinar sampai selesai, karena harus pergi ke tempat lain memberikan pesan kepada kami semua. Jaga alam Indonesia, terutama hutan Indonesia agar tetap lestari dan terbebas dari kerusakan hutan. Jangan sampai orang luar yang lebih peduli. Malu dong sama diri sendiri kalau sampai ditegur begitu sama bangsa lain.
Lalu kiat apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi perubahan iklim sekaligus menjaga lingkungan?
Jurus yang diberikan kak Syaharani pada salah satu penanya webinar cukup mengena. Yaitu 3B (belajar, bergerak dan bawel)
Belajar mengenai isu lingkungan yang sedang terjadi, bergerak dengan mengajak orang lain ikut menjaga lingkungan. Serta bawel menyuarakan kampanye perlindungan lingkungan. Kiat yang mudah diingat dan pastinya bisa dilakukan siapa saja yang peduli dengan lingkungan kita.
Nah pertanyaannya, kamu termasuk yang peduli itu tidak ya. Yuk tanyakan pada diri sendiri dulu.
Hikmah mengikuti Webinar Golongan Hutan dan Blogger Perempuan Network
Terus terang saya merasa malu, karena selama ini saya hanya diam tak bergerak. Kalaupun saya bergerak menjaga lingkungan. Sebatas 2 B saja, yaitu belajar dan bergerak. Namun saya belum sampai bawel. Karena saya orangnya pendiam. Gak suka bawel. Hehe.
Mungkin saya bisa mengganti bawel dengan tindakan. Bukan suara yang terus menerus berteriak mengajak ini itu. Tapi perbuatan yang berusaha memberikan contoh baik dalam menjaga lingkungan.
Saya sangat berterima kasih sekali kepada para narasumber webinar. Karena telah memberikan wawasan yang luar biasa mendalam mengenai lingkungan dan bumi. Saya jadi paham bagaimana kondisi bumi saat ini, ikut prihatin dengan kesehatan bumi yang memburuk. Serta terpanggil untuk ikut andil dalam membawa perubahan iklim ke arah yang lebih baik.
Semoga bisa ya, Aaamin. Yuk bergerak bersama – sama menjaga bumi, sehingga melahirkan cerita indah di kemudian hari.
Salam sayang
**
Referensi
https://dlhk.jogjaprov.go.id/mengenal-lebih-dekat-gas-rumah-kaca
Materi webinar bersama golongan hutan dan BPN
36 Comments. Leave new
Iya, sebagai blogger harus rajin nih kampanye tentang sadar lingkungan di blog dan medsos ya sebelum lingkungan benar-benar rusak dan anak cucu kita kena getahnya
kasihan anak cucu kita nantinya, nanti diwarisin apa sama kita ya.
Aaamin. Yuk kak kita bergerak bersama untuk menjaga bumi yang kita cintai ini. Kalau bukan kita siapa lagi ya kak
bener. dimulai dari diri sendiri dulu, nanti orang lain yang akan meniru. kebaikan itu menular kan
Poin populasi satwa liar menurun itu benar banget dan layak jadi sorotan mba. Jadi gak perlu heran keseimbangan Bumi kita udah gak sehat. Akibatnya, penyakit-penyakit baru banyak bermunculan, ya salah satunya Covid-19 ini juga ada hubungannya kalo kita telusuri lebih jauh.
TUh kan jadi sedih jadinya. hiks.
Meminjam istilah salah satu tokoh yg wara wiri di channel youtube “Isinya daging semua”. Hehe.
Iklim memanglah penting sebagai sebuah ekosistem yang menaungi umat manusia di dalamnya. Semoga dg webinar di atas bisa menyadarkan generasi muda tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam demi kehidupan yang lebih baik.
Aaamiin, materi webinar memang daging semua kak. banyak pengetahuan yang disalurkan di sana.
Baca artikel ini bikin saya minder. Saya tidak pernah melakukan sesuatu yang berguna untuk bumi ini. Paling sering hanya meminimalisasi penggunaan plastik. Untuk tindakan ke luar belum ada. Semakin hari dirasa bumi semakin tua dan rusak. Apalagi Indonesia sendiri sedang berduka karena bencana yang bisa disebabkan oleh manusia (banjir) dan bencana alam (gempa, tanah longsor). Semoga keadaan lekas membaik,
bisa dimulai dari sekarang mbak dan dari diri sendiri. sudah benar itu meminimalisir penggunaan plastik. gak perlu hal besar kok untuk dikerahkan. cukup hal kecil dan rutin, kalau kita sudah baik, orang lain pasti meniru. kebaikan itu menular mbak.
wah selamat ya mbak jadi 50 dari 200 blogger terpilih. memang agak sedih banget ya karena tahun kemarin ada hambatan pandemi dan di awal tahuun 2021 ini juga banyak sekali bencana. semoga masyarakat khususnya para pemuda pemudi lebih aware lagi ya tentang kelestarian lingkungan.
30 blogger terpilih mbak. bukan 50. Alhamdulillah. Semoga bisa menginsipirasi pemuda lainnya untuk lebih aware terhadap lingkungan ya. Aaamiin
Jadi kalau sudah begini siapa yang disalahkan? Semua itu karena akibat ulah manusia yg serakah dan tidak mengindahkan akibat dari semua perbuatannya itu.
dari kita oleh kita dan untuk kita. semua kembali ke kita koh. jadi kalau kitanya baik, yang jadi baik akhirnya. sebaliknya kalau kita yang salah, semua kita yang menanggung akibatnya.
Banyak ya mbak dampak buruk dari pemanasan bumi. Terbukti nih populasi satwa liar makin menurun, sayang banget banyak satwa makin tak ada di zaman sekarang. Semoga kesadaaran kita semakin tumbuhlah. Kalau tidak, kita akan banyak kehilangan satwa
bener mas. dibenerin di kitanya dulu untuk memunculkan sikap aware pada kehidupan para satwa.
krisis iklim memang masih banyak yang belum aware sih, padahal alam sudah menunjukkan tandanya ya, duh yuk ah jaga at least di negeri kita tercinta dulu deh
setuju
Ternyata kelestarian hutan itu perlu selalu digaungkan ya mbak karena dengan begitu generasi muda akan megetahui bahwa keberlangsungan peradaban itu berawal dari lestarinya hutan kita
bener mbak. supaya kita bisa aware juga sama lingkungan.
Beberapa hari yang lalu, saya baru saja membaca artikel kalau para peneliti meramalkan kalau bumi hanya akan bertahan sekitar 20-40 tahun lagi karena kondisinya sekarang ini sangat memperhatikan, seperti yang Mbak Indah sampaikan di dalam artikel.
Terutama ini disebabkan oleh berkurangnya keberadaan pohon yang menjadi pasokan oksigen manusia.
Serem kalau baca soal akhir jaman ini.
kalau gitu kita harus cepat bergerak mbak. kalau oksigen habis, kita gak bisa nafas dong. kiamat sudah dekat
Memang sudah banyak sekali kerusakan di muka bumi yang membuat pemanasan global, entah itu pengalihan fungsi hutan menjadi lahan pertanian dan sebagainya. Mudah-mudahan orang-orang yang punya perhatian tentang ini semakin semangat untuk berhimpun dan menyatukan gerakan agar bisa didengar oleh pemerintah kita
Aaamiin….
Iya, sedih juga. Udah pandemi ditambah banjir pula. Banjir ini kelihatannya makin taun makin parah ya. Hutam2 disana jangan2 memang udah parah banget gundulnya.
bencana dimana mana bang. akibat panjang dari perubahan iklim juga nih
Saat bumi perlu di selamatkan, dan kita sebagai manusia yang akan kepintaran harus pandai menjaga alam kita. Dengan adanya tersebut maka, bumi akan terselamatkan
yeee benar. makasih kakak.
Suka jurus 3 B nya Mb Syaharani, belajar, bergerak dan bawel. Memang harus ini, udah gak zamannya lagi kita cuek, wajib saling mengingatkan
Nah yang bawel ini yang agak susah. apalagi kalau orangnya pendiam kayak saya. gimana solusinya kak. hehe
Bener sih mba, cuaca ekstrim yang terjadi saat ini turut dipengaruhi perubahan iklim yang kalau diruntut lagi, disebabkan campur tangan manusia. Kita emang kudu makin aware sama lingkungan, ya.
bener…
Wah kalau baca tentang kondisi bumi seram juga ya kak, apalagi nyangkut cuaca ektrim, di gurun bisa datang salju, banjir bandang dan badai salju. mulai membuat begidik ngeri.
iya mbak. berasa kiamat udah dekat ya. hiii
artikel yang anda buat sangat atraktif, komplet serta benar-benar membatu saya dalam mendapatkan analisa yang saya laksanakan, petunjuk untuk web anda jika dapat di up-date makin banyak kembali terkait artikel yang berkenaan sama ini, serta lebih dalam kembali.
Terima kasih kak.