Menulis adalah hal yang saya minati sejak kecil. Tepatnya sejak saya mengenal huruf dan dapat tugas dari sekolah untuk mengarang cerita. Masih sekolah dasar saat itu, jadi tulisannya ya ala kadarnya. Sebatas apa yang dilihat mata dan didengar telinga. Ketika saya dapat nilai 7, hati saya kok geregetan ya. Maunya dapat nilai sempurna. Lalu apanya yang kurang dari cerita saya.
Saya memang orangnya mudah penasaran dan selalu ingin tahu. Apalagi pada hal-hal yang saya suka. Jadi ketika saya tidak mendapatkan nilai sempurna, saya akan berusaha mencari tahu caranya agar saya dapat mendapatkan nilai yang menurut saya sudah sempurna. Perfectionist. Yah, mungkin begitu kata orang tentang saya. Sekaligus introverts, karena saya lebih suka kesendirian.
Sepi, sunyi dan sendiri adalah hal – hal yang membuat saya merasa damai. Bisa berbincang dengan alam dan bebas mengutarakan isi hati. Karena itu, saya lebih suka menuangkan segala sesuatu lewat tulisan daripada lisan. Buku harian sudah menemani saya sejak kecil. Rahasia saya dan segala macam suara hati tertuang di sana. Ditambah perkenalan dengan sahabat pena di majalah remaja. Ah kenangan yang tak terlupakan.
Saya generasi millennial, dimana internet belum hadir ketika saya lahir. Menulis surat masih lewat pos dan tulisan tangan. Makanya saya senang sekali ketika untuk pertama kalinya mendapat balasan surat dari sahabat pena. Seorang pencinta menulis seperti saya, yang bertegur sapa lewat majalah. Wajahnya saya tak tahu, apalagi bentuk fisiknya. Kami saling bercerita lewat surat yang ditulis tangan dan dikirim pak pos.
Semua baik-baik saja sepanjang perjalanan hidup saya yang biasa saja. Saya masih berkirim surat dengan sahabat pena dan menulis diary. Saya merasa inilah hidup saya, dan saya menjalaninya sendiri dengan kedamaian hati. Tertawa sendiri, menangis sendiri, bahkan sering bicara sendiri.
Orang tua saya bilang, saya seperti anak autis yang punya dunia sendiri. Hidup di dunia yang hanya diisi oleh saya sendiri. jangan begitu nduk, bicara sama orang kalau mau cerita. Biar yang melihat kamu tidak berpikir yang negative.
Hahaha…. Separah itukah hidup saya yang penuh imajinasi. Oke baiklah, saya berusaha untuk terbuka. Menceritakan apa yang saya alami kepada orang lain. Tapi ujung-ujungnya kembali lagi ke buku harian. Tak ada yang boleh membaca buku harian saya, kecuali saya sendiri. Itu sudah pakemnya. Sayangnya, aturan itu dilanggar oleh alam. Rahasia saya terbongkar sudah pada akhirnya.
Daftar Isi
Insiden yang Membawa Perubahan Dalam Perjalanan Menulis
Saya tak tahu bagaimana rasanya amarah begitu menghujam jantung saya. Amarah yang disembunyikan lewat canda bahagia. Karena saat itu adalah hari ulang tahun saya yang ke enam belas tahun. Tepatnya ketika saya kelas 1 SMU.
Teman-teman mengucapkan selamat ulang tahun, dibarengi dengan ritual khusus bagi teman yang berulang tahun. Disiram tepung dan diguyur air. Seolah itulah ucapan selamat yang paling makjub. Apakah ada yang pernah mengalami ritual ulang tahun seperti yang saya alami. Kalau kamu lahir di tahun 80 an, pasti menjawab iya dan senyum-senyum sendiri. hehe… ono bolone.
Saya tak bisa marah dengan perlakuan teman-teman saya itu. Karena sesudah itu, berbagai kado mereka berikan dengan bungkusnya yang bermacam-macam. Bahkan seorang cowok yang saya sukai, mengulurkan tangannya sambil memberikan kado dengan pita warna pink.
Senyumnya manis sekali ketika berbisik di telinga saya, “selamat ulang tahun ya.” Waaaah, rasanya bunga-bunga langsung bermekaran di sekeliling saya. Beberapa malah berjatuhan dari langit menerpa wajah yang saya bersemu merah.
“Indah, dia kan playboy. Ceweknya banyak. Hati-hati, jangan sampai kena jeratan cintanya.” Seorang teman menegur saya. Tapi entah mengapa, saya tidak pernah menghiraukannya. Saya sudah suka dari awal. Kami teman satu kelas dan saya tahu kalau cowok itu punya pacar satu kelas. Artinya, pacarnya pun satu kelas dengan saya. Kan saya hanya suka. Tak pernah terpikir untuk jadi pacarnya. Sukanya suka aja. Apa itu salah?
Oh baiklah, singkat cerita saya akhirnya terjerat cinta beneran dengan si dia. Tapi untunglah tidak pernah sampai jadian. Sampai sekarang kami tetap berhubungan baik dan masih dicomblangin oleh teman-teman yang lain. Saya juga tak pernah tahu, kenapa saya tidak bisa membencinya. Apa pun yang dia lakukan, saya selalu suka. Kecuali satu hal yang membuat saya marah kepadanya. Yah, hanya satu. Yaitu ketika dia membaca buku harian saya.
Salah saya yang membawa buku harian ke sekolah. Tapi kan itu sah saja, karena buku harian saya tak pernah keluar dari dalam tas. Tapi di hari ulang tahun saya itu, dia si cowok yang saya kagumi itu. Mengambil buku harian dari dalam tas saya dan membacanya lantang di depan kelas.
Maksudnya mungkin buat kejutan dan menitipkan sebuah surat cinta di dalam tas saya. Tapi kan bukan berarti dia bisa mengambil buku harian saya seenaknya. Itu privasi saya, itu hidup saya. Dan dia sudah merusaknya dalam waktu sekejab.
Marah saya mungkin hanya sebentar, tapi luka karena rahasia terdalam saya sudah terbongkar ke semesta alam, membuat saya ragu untuk menulis lagi ke buku harian. Buat apa menulis rahasia kalau pada akhirnya terbongkar juga. Lalu buat apa punya rahasia kalau semua ingin tahu seperti apa hidupmu.
Sejak saat itulah saya mencoba keluar dari dunia imajinasi saya, menuju dunia nyata yang sangat berbeda. Penuh orang dan membuat saya pusing melihatnya. Maklum, di dunia imajasi saya, hanya ada saya dan angin, pepohonan, danau, air dan ketenangan lainnya. Tak ada manusia yang berkumpul dalam satu tempat. Tak ada keramaian yang membuat bising telinga. Sungguh, saya seolah petapa yang baru pertama kali turun gunung.
Pertama Kali Mengenal Blog
Insiden buku harian membuat saya benar-benar mengubah perjalanan menulis saya. Tidak ada lagi buku harian, apalagi menulis di buku. Tapi tangan saya gatal ketika tidak ada yang menggerakkannya untuk menulis cerita. Saya pun beralih ke majalah dan membuat cerita pendek. Sekali cerita, lalu selesai. Itu pun bukan cerita pribadi, murni cerita khayalan. Karena sejak saat itu saya berjanji untuk tidak membuka rahasia pribadi saya ke dunia.
Cerita saya dipendam saja di dalam hati. Sampai akhirnya saya mengenal buku harian digital. Adik saya yang mengenalkannya, saat itu internet sudah masuk ya. Tolong jangan tebak berapa usia saya sekarang. Karena saya melewati pergantian zaman dari non digital ke digital. Yang jelas udah tuir. Hehe…
Buku harian digital itu sama saja dengan buku harian manual. Hanya saja diketik lewat komputer dan hanya bisa dibaca oleh diri sendiri karena dilengkapi password untuk membukanya. Namun sejak saya mengenal dunia cerpen, saya jadi punya keinginan agar tulisan saya dibaca orang lain. Toh yang saya tulis bukan cerita pribadi kan. Rasanya senang kalau tulisan saya disenangi orang lain. Jadi semangat menulis lagi dan lagi.
Ada yang kenal dengan multiplay, Friendster dan bolo-bolonya. Nah saya pertama kali menulis cerita di sana. Semacam blog gratisan yang bisa membuat kita bercerita tentang apa saja. Tapi jangan suruh saya membuka cerita di multiply ya. Malu sendiri saya karena tulisan saya dulu ternyata alay banget. Hihihi…
Saya beralih ke blogspot gratisan setelah itu. Saya suka dengan templatenya yang bisa diatur suka-suka. Bisa dipasang hiasan, kursornya bisa diganti dengan animasi bergerak, dan bermacam-macam. Saya menulis tentang cerita pendek di sana. Juga esai tentang banjir. Seingat saya itu sih. Lainnya tentang kesukaan saya pada penyanyi Rosa dan lagu-lagunya. Hihihi…
Saya menulis di blog memang untuk kesenangan saja. Menyalurkan hobi menulis agar ada wadahnya. Alasan lainnya tak ada. Sampai akhirnya saya mengenal dunia wordpress. Saya bertemu dengan teman yang punya hobi sama dengan saya. Berkenalan dan saling tukar nama blog adalah kebiasaaan kami. Saya lupa namanya, tapi saya ingat betul kalau teman saya itulah yang mengenalkan saya dengan wordpress.
Oh iya, nama blog saya saat itu masih alay ya. Seingat saya duatigaduatiga.blogspot.com. Hahaha, lupa juga kenapa namanya begitu. Di wordpress, saya ganti nama menjadi wahyuindah.wordpress.com. Tapi yang muncul ada urutan angkanya. Jadi wahyuindah2006.wordpress.com . Kalau gak salah sih itu ya, maklum sudah tuir. Jadi saya lupa lupa ingat nama blog gratisan saya.
Kenapa Nama Blog Saya wahyuindah.com
Nama saya Wahyu Indah. Jadi ketika saya membuat blog, inginnya mudah diingat dan ditemukan orang. Jadi saya pakai nama saya untuk nama blog saya. Wahyuindah dot com. Kenapa pakai domain dot com. Bukan dot org, web id atau lain-lain. Jawabannya karena dot com paling umum dan kebanyakan blog pakai dot com. Jadi saya pilih yang umum saya. Gak mau yang aneh-aneh. Sudah cukup saya dibilang orang aneh. Eh
Saya makin kepo dengan dunia blog sejak saat itu, karena wordpress katanya jauh lebih bagus. Tampilannya tak seheboh blogspot dan lebih professional. Saya pun memutuskan untuk pindah ke wordpres dan masih gratisan. Karena tahunya memang yang gratisan. Belum tahu kalau ada yang berbayar.
Singkat cerita, saya pun akhirnya tahu tentang blog berbayar. Ada dotcom di belakang nama domain kita. Wah saya jadi terobsesi punya nama blog dengan dotcom di belakangnya. Wahyuindah.com. terasa lebih gimana gitu bacanya. Daripada wahyuindah2006.wordpress.com. Lebih enak dibaca yang mana gais.
Dimana saya beli domain dot com? Di dewa web.
Kenalan dengan dewaweb ketika saya jadi member bloggerperempuannetwork. Saya kepo sama tulisan-tulisan para blogger yang sudah lebih senior. Nah di bloggerperempuan itulah ada pendaftaran blog baru di dewaweb. Tak menunggu waktu lama bagi saya untuk langsung membelinya.
Saya benar-benar asing dengan istilah dalam blog. Bahkan saya baru tahu tentang istilah domain. Apa sih domain itu. Saya pikir setelah membeli domain, kita bisa langsung menulis. Ternyata tidak saudara. Kita harus punya hosting dulu yang merupakan pusat kita mengisi blog. Apa pula ini.
Jujur, saya benar-benar tidak tahu apa itu hosting. Saya pun mempelajarinya pelan-pelan dan memutuskan membeli hosting di dewaweb yang bulanan. 99 ribu per bulan. Sementara domainnya 120 ribu per tahun. Bagi saya yang buta tentang per –domainan, angka begitu saya anggap murah. Karena domainnya bayar setahun sekali. Angkanya masih terjangkaulah di saya.
Lalu ada tema atau template. Saya sering begadang untuk mempelajari semua. Karena setelah punya hosting, ternyata kita harus memilih template untuk tampilan blog kita. Saya pun buta soal ini. Beruntung ada teman kuliah saya yang bersedia mengajari saya. Belajarnya pun jarak jauh karena teman kuliah saya itu ada di Papua. Dia lebih dulu menulis blog, tapi tujuannya hanya untuk menulis. Tidak mencari rupiah di blog.
Nah untuk masalah ini saya baru tahu belakangan. Kalau blog ternyata bisa juga dipakai untuk mencari uang. Sumpah saya banyak tidak tahunya. Setahu saya nulis di blog ya hanya untuk menyalurkan hobi saja. Tak tahunya bisa juga untuk mencari cuan. Ya Allah saya ketinggalan banget ya.
Saya ganti-ganti template gratisan yang disediakan oleh wordpress. Sambil berkali-kali laporan ke teman saya. Kalau loadingnya lama, disuruh ganti. Tampilannya kurang oke, ganti. Haduuhh, akhirnya nyerah deh. Tampilannya yang itu-itu saja. Yang penting ada tulisan di dalam blog.
Nah, saat saya bergabung dalam sebuah komunitas blogger di kota saya, Malang. Saya pun kenal dengan salah satu teman yang ternyata jualan template blog. Namanya blogger kece. Templatenya keren-keren dan berbayar. Saya yang sudah bosen dengan ganti-ganti template karena bermasalah terus, akhirnya memutuskan untuk beli template di sana. Pilihan saya jatuh ke template argapura, karena keren saja menurut saya.
Ahamdulillahnya lagi, blogger kece rupanya menyediakan hosting yang bisa dibayar per tahun. Saya kaget dong. karena saya dinilai kemahalan untuk membayar hosting di dewa web yang 99 ribu per bulan. Kalau per tahun bisa 1,2 juta sendiri untuk hosting. Mahaaaal buk.
Ya Allah begitu ya. Saya gak tahu. Di blogger kece saya ditawari harga hosting plus template yang hanya 380 ribu per tahun. Beda jauh kan dengan hosting di dewa web. Tawaran itu tentu saja membuat saya hengkang dari dewa web. Beralih hosting ke prodesain yang diolah oleh mas Richo. Tapi domainnya saya tetap pakai dewaweb.
Gak apa-apa deh bayar dua kali di tempat yang berbeda. Wong tahunya saya seperti itu. Wes kadung. Seng penting nulise. Biar rajin karena sudah berbayar.
Blog Gratisan yang Mati Suri
Saya terjerumus di dunia blog. Kalau dibilang terjerumus, mungkin iya mungkin juga tidak ya. Karena saya niatnya ngeblog kan hanya untuk wadah menulis. Hoby saja. Saya benar-benar tidak tahu fungsinya yang lain. Jadi setelah saya membuat blog gratisan. (belum berbayar waktu itu), saya menulis cerita di sana ya sekenanya saja. Kalau ada waktu luang.
Saya menjalani kehidupan saya di dunia nyata seperti biasa. Sekolah, kuliah, kerja sampingan, ngajar privat, jadi asisten praktikum di kampus yang Alhamdulillah dibayar per sekali pertemuan. Semua aktivitas itu saya jalani dengan normal.
Bagaimana dengan dunia menulis saya?
Saya masih menulis cerpen, kadang puisi. Pada akhirnya suka novel dan buku-buku tentang pengendalian diri. Pada tahap suka baca buku inilah, saya jadi ingin suatu saat bisa menerbitkan sebuah buku. Novel berjudul nebula. Kenapa nebula. Karena saya suka luar angkasa. Sunyi, sepi dan bertaburan bintang. Nebula adalah awal sekaligus suatu kehidupan. Harusnya ada cerita di dalamnya yang membuatnya tetap jadi bernyawa.
Impian saya tercapai ketika pada akhirnya novel saya benar-benar terbit. Judulnya pun saya tulis Nebula. Aku akan menjadi bintangmu. Terbitan Metamind, Tiga Serangkai tahun 2018. Kisah cinta di dalamnya murni hasil imajinasi saya, ditambah beberapa kisah nyata yang saya sembunyikan lewat beberapa adegan.
Satu mimpi saya tercapai. Lalu saya melihat tayangan di televisi. Beberapa sinetron yang saat itu saya rasa kurang mendidik, film ftv yang ceritanya itu itu saja. Saya sampai sering geregetan. Harusnya ceritanya begini begitu. Harusnya adegan selanjutnya jangan begini, tapi begitu, dan lain-lain. Ugh, andai saja saya bisa bikin cerita di tv. Saya pasti bikin ceritanya begini dan begitu.
Semesta sepertinya mendengar doa saya. Karena perjalanan menulis saya selanjutnya adalah pertemuan dengan yang namanya naskah skenario. Saya benar-benar dibuat penasaran oleh skenario. Ternyata format penulisannya berbeda jauh dengan cerpen atau novel yang selama ini saya pelajari.
Naluri rasa ingin tahu saya pun bangkit. Saya mempelajari skenario secara otodidak. Kepo dengan segala macam ilmunya sampai saya bertekad untuk fokus mempelajarinya. Di sela-sela skripsi saya, masih saya sempatkan untuk belajar skenario online dengan seorang penulis naskah yang saya kenal di Jakarta. Entah saya terhipnotis atau memang terkesima dengan penulis skenario tersebut (namanya pak Puguh PS. Atmaja), saya pun tergerak untuk masuk ke dunia skenario.
Dalam hati saya bilang kalau saya akan jadi penulis skenario suatu saat nanti. Jadi saya putuskan belajar fokus sejak itu. (seingat saya tahun 2006, maaf lupa tahun pastinya).
Bagaimana dengan blog gratisan saya. Ya terbengkalai. Tidak diisi karena saya sibuk belajar skenario. Blog gratisan saya mati suri. Bahkan setelah membeli blog berbayar pun, saya tidak serta merta rajin menulis. Ya menulis kalau lagi mood saja. Sayang ya.
Saya sudah khatam belajar naskah skenario. Tepatnya bagi pemula yang belajar ke sana ke sini dengan berdarah-darah. Merasakan tidak tidur dua hari berturut-turut. Merasakan hidup hanya di depan laptop, merasakan hari-hari tanpa liburan, tanpa kumpul keluarga. Hanya berkutat dengan tim lapangan. Syuting dan syuting.
Tangan saya yang sebelumnya belum lancar mengetik di keyboard pun, lama-lama terlatih juga. Karena dipaksa menulis minimal 30 halaman per hari. Tanpa kesalahan. Mau menangis awalnya. Tapi tangisan hanya membuat kesalahan saya bertambah. Tak ada solusi selain berusaha untuk bisa. Zero mistake.
Shock karena merasa kerja rodi. Tidur satu sampai dua jam. 4 jam sudah maksimal. Istirahat hanya untuk mandi, sholat dan makan. Selain itu, menulis lagi, meeting lagi, ke lokasi syuting lagi. Saya menjalaninya dengan ikhlas gak ikhlas awalnya. Namun karena saya menyukainya, perjalanan mengenal skenario itu pada akhirnya saya bawa nikmat saja.
Seperti ketika diajak liburan ke Bandung, atau ke Bali. Tetap diselingi kerjaan menulis di sepanjang perjalanan. Meeting saat menginap di hotel atau makan di restoran. Aaah, rindu liburan. Rehat sejenak dari tulisan. Tapi sepertinya tak mungkin.
Saya benar-benar seperti berada di asrama militer. Tulisan skenario saya, dikoreksi kata demi kata. Salah sedikit, revisi. Salah semua, tak boleh ikut project tayangan yang sedang berjalan. Target menulis dipercepat. Per jam harus menghasilkan minimal 3 halaman. Kalau sudah bisa 5 halaman, baru masuk ke tim penulisan skenario sinetron. Kalau belum, ya belajar dulu sampai bisa dan benar.
Bagaimana menyusun sebuah cerita. Saya digembleng per harinya. Menulis sebuah cerita, ternyata tidak hanya merangkai kata demi kata. Ada strukturnya yang lumayan njelimet. Bagaimana cerita bisa menarik pembaca, bagaimana konflik dibangun, bagaimana karakter bisa begitu diresapi pemainnya dan sederet cerita lainnya.
Saya berdarah-darah menjalani semua itu, hingga akhirnya saya dinyatakan lulus. Sudah bisa mencapai target tulisan 5 halaman per jam dan minimal 30 halaman per hari. Alhamdulillahnya sekarang sudah bisa 50 halaman per hari. Itu kalau tanpa makan dan tidur ya. Saya cari amannya saja 30 halaman per hari saja, biar bisa menikmati hidup. Hehe.
Alhamdulillahnya saya sudah bisa menulis cerita sendiri dan dipercaya menjadi head writer di sebuah tayangan. Ada rasa bangga pada diri sendiri yang pada akhirnya dinobatkan sebagai penulis naskah skenario.
Lalu apa kabar dengan blog?
Terus terang saya kembali ke dunia blog setelah saya khatam di penulisan skenario. Ada jeda waktu yang lumayan panjang . Hingga akhirnya saya ingat kalau saya punya blog yang sudah berbayar , tapi belum saya sentuh sepenuhnya.
Keinginan saya untuk menuliskan semua pengalaman menulis skenario pun, muncul. Saya ingin menuliskan semua itu di blog. Sebagai dokumentasi sekaligus transfer ilmu. Niatnya itu awalnya. Karenanya saya ingin memantapkan blog saya https://wahyuindah.com tentang perjalanan menulis cerita versi saya.
Perjalanan menulis cerita yang berdarah-darah, ada air mata, ada tangis bahagia, ada lelah, ada tawa, semuanya ingin saya tuangkan di blog saya. Harapannya ketika saya sudah tiada nanti, apa yang saya rasakan selama belajar menulis, bisa menjadi warisan ilmu bagi anak cucu saya.
Masalahnya apakah niat saya itu terwujud?
Perlu memori yang penuh untuk menjawabnya. Karena ada beberapa kendala yang saya hadapi di tengah jalan, seperti:
Seperti yang saya bilang di awal, bahwa saya punya blog untuk wadah menulis. Namun ketika saya mendalami lagi tentang blog. Ternyata blog itu bukan hanya untuk menulis. Ada optimasi blog yang bertujuan untuk menarik pengunjung, ada yang namanya traffct, PV, dan istilah lainnya yang buta bagi saya.
Apa ini. Saya nulis di blog itu ya nulis saja. Setelah itu posting, lalu selesai. Sama seperti naskah skenario yang selesai setelah tulisan dibuat. Setelah itu diserahkan ke tim lapangan untuk diproduksi. Tugas penulis naskah sudah selesai sampai di situ. Berdarah-darahnya adalah ketika membuat cerita hingga menjadi sebuah naskah skenario.
Sementara di blog, berdarah-darahnya ternyata setelah tulisan di posting. Bagaimana kita membuat orang tahu tentang tulisan kita, bagaimana pembaca jadi tertarik untuk membaca tulisan kita, bagaimana menarik orang untuk melihat blog kita, dan lain-lain. Itu semua di luar pekerjaan menulis. Karena ada editing di dalamnya, pengaturan template dan konco-konconya.
Saya lemas seketika. Karena merasa nol. Tidak tahu apa-apa. Tapi penasaran juga dan ingin mempelajarinya lebih mendalam.
Ilmu Blogging yang Complicated
Ilmu blogging rupanya cukup njelimet bagi saya. Menulis sudah pasti menjadi intinya. Tapi tulisan tidak hanya cukup menarik perhatian pembaca, tapi bagaimana tulisan kita ditemukan di google, bagaimana tulisan kita bisa SEO friendly. Bagian ini ada ilmunya sendiri yaitu per SEO-an. Ini yang saat ini sedang saya pelajari.
Ada yang namanya keyword, Google Search Console, Google Analitic, ada Heading 1, Heading 2,3 sampai 6. Ada pengaturan letak keyword di dalam tulisan, ada meta decription dan lain-lain. Semua itu tidak saya temukan di naskah skenario. Benar-benar ilmu baru bagi saya. Sumpah saya seperti anak TK yang harus mengulang dari nol ilmu per blogging-an.
Berselancar ke Dunia Non Fiksi
Saya terbiasa menulis fiksi melalui cerpen, novel dan naskah skenario. Sementara di blog, saya diharuskan menulis non fiksi. Seperti mereview produk, membahas lingkungan hidup, webinar dan tulisan non fiksi sejenis. Ini seolah memaksa saya keluar dari dunia imajiner saya, ke dunia nyata yang penuh data dan fakta.
Saya berasa seperti kuliah lagi. Riset dan data menjadi teman yang harus saya pelajari dulu sebelum menuangkannya dalam tulisan. Sumpah saya jadi seperti skripsi lagi. Menyenangkan sekaligus menantang.
Blog Membuat Saya Melek Sosial Media
Jika di penulisan naskah skenario, saya tidak sempat membuat instagram, facebook atau twitter. Karena saat menulis naskah, handphone harus jauh-jauh. Dilarang membuka handphone agar bisa fokus ke naskah.
Nah, blog lain ceritanya. Justru kita harus sering share tulisan kita ke media sosial. Agar tulisan kita ditemukan pembaca, dan membuat mereka berkunjung ke blog kita. Mau tak mau saya pun mempelajari media sosial juga.
Saya awalnya gak tahu loh cara menggunakan instagram. Bahkan yang namanya feed instagram dan instagram story saja tidak tahu. Sampai teman yang memberitahu dan mengajarkan saya tentang instagram. Kudet banget ya.
Blog Membuat Saya Lebih Mengenal Dunia
Saya punya dunia imajiner sendiri ketika berkutat dengan naskah skenario. Sedangkan blog mengharuskan saya keluar kandang. Melihat jalan raya yang dilalui kendaraanl lalu lalang, datang ke event yang dihadiri banyak orang. Datang ke tempat baru untuk direview. Intinya, jangan di rumah saja. Karena dunia menunggu kita untuk didengar, diceritakan dan disebarluaskan.
Saya merasa punya dunia baru dengan mengenal blog. Karena pada akhirnya saya punya teman. Yah, seperti itu mirisnya kehidupan saya. Sebelumnya saya nyaman tanpa teman. Sekarang, saya menyadari bahwa teman ternyata membuat dunia saya lebih berwarna. Keindahannya berbeda.
Apa Isi Blog wahyuindah.com
Seperti yang saya katakan tadi. Perjalanan awal saya di dunia blog adalah untuk merekam jejak perjalanan saya selama belajar menulis cerita. Namun seiring berjalannya waktu, ada banyak hal-hal menarik di luar itu yang membuat saya berubah haluan.
Saya diundang ke sebuah event, diminta mereview produk. Atau mengikuti webinar mengenai peran pemuda di Indonesia dan diminta menulis seputar acaranya di blog. Tentu saja itu bukan catatan perjalanan menulis cerita fiksi. Saya pun akhirnya membuat kategori lifestyle. Mengupas gaya hidup yang membuat saya melek terhadap dunia. Saya menemukan hal baru di sana, dan berjalan untuk menikmatinya.
Belakangan saya suka dunia kecantikan. Ini karena saya punya suami yang suka melihat istrinya berdandan. Dunia baru lagi bagi saya, karena saya sama sekali tidak bisa dandan. Alami saja. Tapi karena tuntutan suami, akhirnya saya berikhtiar untuk belajar juga. Niatnya ibadah untuk menyenangkan suami. Saya pun mempelajari hal baru lagi. Skincare dan make up. Sehingga saya buat kategori baru diblog. Beauty. Salah satunya adalah review produk scarlett whitening.
Jadi https://wahyuindah.com berisi tentang penulisan cerita, lifestyle dan beauty. Semoga tidak berubah ya. Pengennya sih fokus pada satu niche. Tapi sepertinya masih susah. Jadi saya masih harus mempelajari lagi agar bisa memilahnya dengan tepat.
Apapun niche-nya nanti, satu hal yang saya jadikan pegangan ketika menulis di blog. Yaitu story telling. Alhamdulillah saya sudah terbiasa bercerita fiksi, sehingga memudahkan saya untuk adaptasi. Menulis review produk atau merangkum webinar sebisa mungkin saya gunakan gaya bercerita saya yang sudah khas dan terbentuk.
Karenanya saya berterima kasih sekali ke pak Bambang Irwanto, yang sudah membuka kembali memori story telling di kelas Growth Blogger.
Pengalaman menulis pak Bambang di dunia fiksi saya acungi jempol. Jadi ingat majalah aneka dan gadis yang saya beli puluhan tahun lalu itu. Ngomong-ngomong, saya juga gak asing dengan majalah cerita kita loh pak. Cerpen saya pernah ada di sana juga waktu itu. Hehe… eh jangan-jangan kita seangkatan. Ups.
Saya ambil satu kata dari pak Bambang untuk pegangan ya. Ketika membuat suatu tulisan, tulislah dengan showing. Bukan hanya telling. Masukkan rasa di dalamnya agar pembaca ikut merasakan apa yang kita tulis.
Itu yang selalu saya lakukan dan saya pertahankan dalam menulis. Semoga menjadi pegangan bagi teman-teman juga ya. Karena memang benar loh, menulis dengan rasa itu terasa beda. Lebih ngena gitu di hati.
Harapan Saya Terhadap Blog wahyuindah.com
Tidak banyak sebenarnya, tuntutan saya terhadap blog wahyuindah.com. Selain memberikan tulisan yang bisa memberikan manfaat bagi pembacanya. Hanya saja niche yang lebih fokus yang harus saya pikirkan.
Apakah saya harus membuat blog baru khsusus penulisan. Sehingga menyisakan kategori lifestyle dan beauty di blog wahyuindah.com. Atau tetap memasukkan penulisan cerita di dalamnya.
Ingin sih membuat blog tersendiri yang isinya karya saya semua. Terlepas dari tuntutan materi dan cuan. Inginnya menulis ya untuk menulis saja. Idalisnya begitu. Menulis bukan karena dibayar, atau karena ini itu. Tapi menulis karena ingin berkarya.
Jadi ingat kak Adit yang menulis buku Sabtu bersama bapak. Bahwa penulis itu dibedakan menjadi dua. Penulis yang hidup untuk menulis, atau penulis yang menulis untuk hidup.
Saya saat ini merasa menulis untuk hidup. Karena mengerjakan tulisan yang pada akhirnya dibayar. Tapi jujur dari dalam hati, keinginan hidup untuk menulis tetap ada. Jadi menulis ya menulis saja. Menulis sampai maut memisahkan ruh dan raga.
Itu idealis saya. Kalau idealis kamu ada tidak.
Waaah panjang juga ya cerita saya. Semoga kamu tidak bosan membacanya. Kalau bosan ya maafkan, saya hanya bercerita dengan mengalir saja. Tanpa maksud apa-apa. Tulisan ini juga disertakan sebagai tugas pada kelas Growth Blogger yang saya ikuti.
Terima kasih buat tugasnya ya mas Irwin, Pak Bambang. Saya jadi bisa mengenang kembali perjalanan saya dalam menulis cerita. Ini seperti energi baru buat saya. Membuka memori yang melahirkan semangat baru untuk terus berkarya.
Akhirnya keep writing, selamat berkarya lewat tulisan ya teman-teman. Tetap semangat.
**
31 Comments. Leave new
Waoo perjalanan menulis yang luar biasa, saya membacanya secara perlahan untuk meresapinya. Sebagai pemula saya banyak belajar dari sharing mbak yang luar biasa.
Terima kasih. Alhamdulillah kalau bisa berbagi
Kemarin saya juga ingin domain pakai nama sendiri mbak, tapi sama suami dibilang jelek. Ngeselin banget. Wah, mbah indah keren, sudah menerbitkan buku sendiri. Semoga kita bisa nulis blog tanpa beban tuntutan cuan ya mbak, hehe
kerennya nanti saja mbak kalau sudah nerbitin banyak buku. sekarang baru 3 buku. hehe… pengennya tiap tahun minimal satu buku terbit. lebih dari satu lebih baik. hehe…. insyaAllah ngeblog bukan karena cuan. tapi niatnya untuk menyalurkan ilmu. biar ada wadahnya. nanti masalah cuan bakalan ngikutin sendiri.
perjalanannya yang memiliki pengalaman yang banyak. hal ini dari pengalaman tersebut saya dapat mengutip sebuah kata. jangan pernah menyerah walau itu perbuatan yang hal sepele, tetapi dari hal yang sepele maka akan adanya hal paling tidak diduga.
cakeeep, catet kak.
Waaah keren banget cerita hidupnya. Menginspirasii. Udah bikin buku juga. Semoga bisa nular ke aku semangat nya hehe
semangat juga mbak. masih kurang banyak bikin bukunya. maunya tiap tahun minimal satu buku terbit. maksimal banyak buku yang terbit. hahaha, ngelunjak. tapi diaminin saja ya. semoga diijabah
Wah, saya juga pernah menulis diary. Tapi untungnya belum ada kejadian ada orang lain yang membaca buku diaryku. Malu banget pasti ya mbak waktu itu. Nggak bisa bayangin dah.
Jangan dibayangin mbak. biar aku aja. hahahaha
Menulis untuk.hidup dan hidup untuk.menulis, beda tipis ya mbak. Tapi.tak mengapa juga orang menulis untuk.hidup, insya Allah hasilnya halal kok, selama sang penulis tidak melakukan.plagiasi. semangat ya
semangat. aku ngutip kata kata kak Aditya Mulya itu. filosofisnya dia. dan dia ngaku sebagai penulis yang menulis untuk hidup. bukan hidup untuk menulis. mendalam banget ya kata-katanya.
Keren kak. Ternyata sejak 2006 sudah kenal blog ya. Hihihi
Saya masih asik main Friendster itu. Nulis juga di catatan Friendster. Trus kenal blog baru 2008. Belum TLD.
Itupun isinya juga masih alay hihi.
Kenal blog TLD juga baru beli di 2019. 6 bulan setelah rajin nulis kembali.
kenal blog tapi masih yang gratisan mbak. aku juga pemain friendster kok. multiply juga. kalau dibaca lagi ngakak akunya. gak nyangka kalau dulu pernah nulis alay begitu. jadi malu… wkwkwkwk… kenal yang berbayar juga baru kok kak. saya masih newbie di dunia blog
Perjalanan menulis yang luar biasa mbak. Insiden buku harian itu ternyata malah bisa membawa kemampuan berkhayal dan menuliskan khayalannya jadi berkembang, bisa menghasilkan pundi pundi berlian pula.
hahahaha….insiden tak terduga.
Ngeblog sejatinya memberikan keberkahan ya mbak, selama kita menulis atau mengisi blog kita dengan hal yang baik.
bener. dari kita untuk kita
Inspiratif banget mbak perjalanan menulisnya… keren udah nulis buku…. aku juga mulai nulis blog sejak SMA. dan blog gratisannya udah mati suri…. tapi aku belum nulis buku kaya sampean. Doakan yaa.a…
Aaamiin, semangat kak. semoga tahun ini bisa terbit satu buku. kalau bisa lebih.
Iya aku jg dulu suka menulis diary eh tetapi dibaca orang juga, hadeh kapik gk nulis lg. Tapi gatal jg mbak, kalau gk nulis ya. Skrg aku mengisi kegabutanku menulis di caption dan blog, blogku termasuk pemula mbak, pingin juga nyiptain buku kayak mbak. Saya kepingin mempunyai buku karena ketika saya tiada amal saya dgn buku masih dibaca, bolehkah saya belajar di mbak, ku mohon bersedia
Iya aku jg dulu suka menulis diary eh tetapi dibaca orang juga, hadeh kapik gk nulis lg. Tapi gatal jg mbak, kalau gk nulis ya. Skrg aku mengisi kegabutanku menulis di caption dan blog, blogku termasuk pemula mbak, pingin juga nyiptain buku kayak mbak. Saya kepingin mempunyai buku karena ketika saya tiada amal saya dgn buku masih dibaca, bolehkah saya belajar di mbak, ku mohon bersedia ya mbak
Alhamdulillah kalau bisa menginspirasi. buku memang bisa jadi amal kebaikan sepanjang masa. saya juga begitu kok. beramal lewat buku. monggo kalau mau sharing sharing
Inspiratif bgt ceritanya dan ikut terbawa ceritanya..
Sangat memotivasi untuk menulis karya, tapi aku down dluan pengalaman belum ada,,hehe
Btw mba Indah bisa 30halaman tanpa kesalahan bisa habisin berapa jam?.
Tetep makasih sudah sharing pengalaman. Barakallah.
30 halaman dihitung per hari mbak. dan itu setelah latihan berdarah darah. awalnya ya gak bisa. setelah dipecut, akhirnya bisa juga. cobain deh. hehe
duh, marah bgt deh kalau buku harian di baca di depan kelas. aku jg pernha mbak indah dibercandain disiram pake telur sama temen2 pas 17 thn…huhu rasanya sebel bgt bau amis. menururtku itu bercanda yg ga lucu sih, mending kita dadar ga sih telurnya eh.
btw semoga harapan menulis blognya terwujud ya mbak..semakin banyak menulis kebaikan untuk sesama
Aaamin, makasih mbak doanya. semoga diijabah
Blog jadi dunia baru ya mbak. Banyak yang merasa begitu meski sudah bergulat lama di dunia literasi. Ketika masuk ke dunia blogging, mereka memulai dari nol. Sebab memang banyak yang perlu dipelajari, apalagi kalo blognya single-fighter.
bener bang. saya mulai dari nol soal blogging. banyak ilmu baru di sini, jadi tertantang. hehe
keren mmamah Indah, perjalanannya diceritakan detail kayak aku ikutan di sekolahnya mamah Indah. Ahahaha. Duh jadi berimajinasi. Sepertinya kebanyakan dari kita mempunyai blog itu awalnya ya buat nyampah yak. Terus kemudian ingin menjadi lebih profesional dan here we are ya Mah!
Aduh, masih aja manggil gue mamah. Papanya aja udah gak mau ngakuin lagi. wkwkwk… kita punya cerita perjalanan sendiri mas, kalau ditulis pasti seru juga. yee kan