Hari minggu adalah hari keluarga. Itu keputusan yang sempat diambil oleh suami saya. Artinya tidak boleh ada pekerjaan di hari minggu. Kecuali saat suami sedang lembur. Itupun hanya dibatasi setengah hari saja. Selebihnya, waktu sepenuhnya adalah milik anak-anak. Saya atau suami tidak boleh toleransi untuk hal lain selain urusan anak-anak.
Saya awalnya sedikit keberatan dengan keputusan suami. Soalnya pekerjaan saya menulis naskah skenario tidak mengenal tanggal merah. Apalagi kalau sedang kejar tayang, minggu pun saya masih harus berkutat dengan laptop. Hal itulah yang kadang membuat suami saya marah. Karena suami menganggap saya lebih mementingkan pekerjaan daripada urusan rumah tangga.
Saya sadar, keputusan yang dibuat suami sebenarnya hanya untuk menyindir saya. Karena tugas utama saya adalah sebagai ibu dan juga istri. Sementara kerja menulis harusnya menjadi sampingan. Suami mulai menanyakan kembali ketika saya diijinkan menulis. Bukankah awalnya hanya menyalurkan hobi saja. Kalaupun menghasilkan uang, jangan lantas dijadikan prioritas utama dan melupakan tugas utama. Melalui perdebatan yang lumayan panjang, akhirnya saya pun mengalah. Saya memang salah. Tapi saya tidak bisa berbuat banyak, ketika kewajiban saya di pekerjaan menuntut waktu saya lebih banyak.
Saya pun akhirnya bisa berkompromi dengan diri sendiri soal waktu. Setelah mengelola managemen waktu saya yang lumayan tidak mudah, akhirnya saya bisa menetapkan hari minggu adalah hari keluarga. Bukan berarti hari lain, saya tidak bisa bersama anak-anak. Bahkan setiap hari saya selalu bersama anak-anak. Karena saya kerja di dalam rumah. Sementara suami kerja di luar rumah. Hanya saja waktu saya di rumah, saya harus membagi pikiran dan gerak saya antara anak-anak dan pekerjaan menulis. Saat itulah, family time tidak terasa. Karena saya pun disibukkan dengan pekerjaan.
Family time, sebenarnya bukan soal menghabiskan waktu bersama anak-anak di luar rumah. Tapi bagi saya, justru dengan keluar rumahlah waktu keluarga itu berperan. Saya bisa jauh dulu dari laptop. Pikiran dan tenaga saya sepenuhnya untuk mengawasi anak-anak. Rasanya tidak ada waktu yang lebih baik, selain jalan-jalan bersama suami dan anak-anak. Pilihan yang sering saya lakukan biasanya adalah mall.
Jalan-jalan bersama anak-anak punya banyak manfaat bagi saya. Selain perhatian saya yang teralihkan dari pekerjaan, intensitas kedekatan saya dan anak-anak juga meningkat. Saya bisa lebih dekat secara emosional dengan mereka. Saya biasanya memilih tempat yang luas, agar anak-anak saya bisa berlarian dengan bebas kesana kemari. Mall adalah pilihan terbaik bagi saya saat ini. Kadang juga alun-alun kota. Dimana banyak burung dara bertebarang di tengah alun-alun, juga air mancur yang menyala tiap dua jam sekali. Spot foto juga keren karena banyak taman bunga di beberapa sudut. Anak-anak saya bebas berlarian ke sana kemari. Tentunya tetap dengan pengawasan dari saya dan suami.
Minggu kemaren saya penuhi janji saya kepada anak saya untuk jalan-jalan. Awalnya ingin ke cafe madam wang secret garden. Tapi karena di jalan sedang hujan, dan kami bawa motor untuk ke kota. Maka suami menyarankan untuk ke mall dulu, agar kami tidak kehujanan. Tapi begitu sampai di mall, anak-anak lebih bebas berlarian ke sana kemari. Akhirnya kami pun terdampar di time zone MOG Malang. Setelah puas bermain, kami makan di tea house dekatnya time zone. Madam wangnya terlupakan deh.
Suami sempat protes karena saya memilih waktu berangkat terlalu siang. Kalau masih pagi berangkatnya, mungkin kami masih bisa ke cafe madam wang. Saya jadi merasa bersalah, dan akhirnya membuat janji di lain waktu untuk pergi ke sana. Suami hanya tersenyum, karena pertanyaanya tadi katanya hanya numpang lewat. Tidak serius. Toh dengan makan bersama di tea house, kami tetap bisa dekat.
Obrolan ringan pun mengalir tanpa terasa sambil makan. Tentang anak-anak, tentang rumah tangga, tentang keinginan kami berdua. Kami lega, family time membuat kami merasa semakin dekat satu sama lain. Bukan hanya soal makan bersama, atau jalan-jalan bersama. Tapi ada waktu luang dimana kami hanya membicarakan tentang kami. Tentang saya, suami dan anak-anak. Ini soal kuantitas, bukan kualitas.
Sebenarnya quality time di rumah juga banyak. Hanya saja, suasana baru dan tempat baru bisa menghilangkan kejenuhan. Terutama bagi saya yang setiap hari berkutat dengan laptop di rumah. Atau anak-anak yang tiap hari bermain di dalam rumah. Dengan mengenal tempat baru, mereka bisa lebih bisa mengeksplor diri mereka sendiri. Seperti saat makan di miami chicken. Di sana mereka tidak sekedar makan, tapi juga bermain karena ada tempat bermain di dalamnya. Sementara di mall, saya mengajarkan anak saya untuk tidak takut patung. Kalau di dalam mall kan banyak patung manekin yang dipakaikan baju. Dulu anak pertama saya, ATTA sangat takut melihatnya. Tapi semakin sering di ajak ke mall, lama-lama anak saya tidak takut lagi. Nah, berarti jalan-jalan ke mall juga bisa meningkatkan keberanian anak kan.
Nah, itu cerita saya di hari minggu. Kalau cerita kamu apa?
Salam sayang,
Wahyuindah
#ChallengeAccepted
day07#30hariBercerita