Apa pendapat kita ketika ada sekawanan Gajah penghuni Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang masuk pemukiman warga untuk mencari makan. Sementara sekelompok harimau Sumatera juga mencari makan ke pemukiman warga di Kecamatan Langkahan, Aceh Utara. Karena hutan tempatnya tinggal sudah rusak. Belum lagi monyet-monyet liar yang ikutan mencari makanan di pemukiman warga.
Ketakutan? Pasti. Mengingat harimau adalah hewan liar dan buas yang siap memangsa kita. Gajah juga bisa menyebabkan korban jatuh jika terinjak. Sementara monyet, bisa memporak porandakan apa saja di sekitar kita dalam waktu sekejab.
Apa kita menyalahkan mereka?
Tunggu dulu. Pertanyaan yang harus diajukan pertama kali adalah kenapa mereka bisa mencari makanan ke tempat kita. Kalau alasannya karena hutan tempat mereka tinggal mengalami kerusakan. Kenapa bisa rusak? Siapa yang merusaknya. Siapa yang membuat mereka sampai kehilangan tempat tinggal, sehingga mereka mencari tempat tinggal baru untuk bertahan hidup.
Jawabannya adalah kita.
Yup, Kita sebagai manusialah yang mempunyai andil besar dalam kerusakan hutan. Penebangan liar dan kebakaran hutan adalah beberapa contoh kasusnya. Semua kita lakukan untuk kepentingan kita sendiri. Dengan berkedok pembangunan dan perekonomian rakyat, kita pangkas hutan sampai gundul. Kita bakar pohon – pohon di hutan untuk dijadikan lahan pemukiman atau lahan untuk pembangunan proyek.
Kalau sudah begitu, siapa yang menjadi korban dari perbuatan kita. Salah satunya adalah hewan-hewan yang menjadi penghuni hutan. Kalau tempat mereka sudah musnah, bagaimana mereka bisa bertahan hidup.
Akar permasalahan di sini adalah hutan. Kalau kita tidak mau ditakuti dengan kemunculan hewan liar, kita harus mengembalikan hutan seperti sedia kala. Di sinilah perlindungan hutan Indonesia diperlukan. Karena bagaimanapun juga hutan adalah rumah mereka. Kita yang sudah mengambil rumah mereka. Maka kita jugalah yang harus bisa membuat hutan bagi mereka. Siap?
Daftar Isi
- 1 Pentingnya Perlindungan Hutan Indonesia Bagi Kita
- 2 Mengapa Hutan Indonesia Bisa Rusak
- 3 Laju Kerusakan Hutan Indonesia Di Masa Pandemi
- 4 Dampak Kerusakan Hutan Di Indonesia
- 5 Langkah yang Bisa Diambil Untuk Melindungi Hutan Indonesia
- 6 Jika Saya Jadi Pemimpin, Ini yang Akan Saya Lakukan untuk menjaga Hutan Indonesia
- 7 Kesimpulan
Pentingnya Perlindungan Hutan Indonesia Bagi Kita
Hutan. Apa sih hutan itu?
Menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan diartikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati. Dimana di dalamnya berisi pepohonan yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Sementara itu, UU No. 5 tahun 1967 mengatakan jika hutan adalah lapangan pertumbuhan pohon-pohon, yang secara menyeluruh merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya.
Artinya ada saling ketergantungan antara makhluk hayati di dalamnya. Baik tumbuhan maupun hewan. Misalnya tumbuhan. Ada tumbuhan yang tidak menyukai sinar matahari. Dimana pertumbuhannya membutuhkan perlindungan dari tanaman yang lebih tinggi dan suka sinar matahari.
Keuntungannya apa? Simbiosis mutualisme.
Tanaman yang suka sinar matahari akan berterima kasih kepada tanaman yang tumbuh di bawahnya. Karena mampu menjaga kelembaban dan suhu yang diperlukan. Sementara tanaman di bawahnya tentu dapat tumbuh subur dengan perlindungan tanaman di atasnya. Namun tetap dapat asupan energy dari sinar matahari yang sudah disaring oleh tanaman yang lebih tinggi.
Sebagai informasi, asupan sinar matahari di dalam hutan hujan yang sampai ke lantai hutan sedikit sekali loh. Hanya 1,0% – 1,7% per jam. Ini dikarenakan rimbunnya pepohonan yang menutupi hutan. Inilah yang menyebabkan udara di hutan lembab, karena banyak tumbuhan kecil bahkan lumut tumbuh subur di tanah hutan.
Keadaan ini rupanya menciptakan lingkungan alam yang kompetitif. Banyak tumbuhan yang berebut mendapatkan asupan sinar matahari. Hewan pun demikian. Ada persaingan untuk bertahan hidup. Seleksi alam pun berlaku. Namun masih dalam tatapan keseimbangan ekosistem alam dan dalam perlindungan hutan.
Mereka bergantung pada kehidupan hutan. Apa jadinya kalau rumah mereka dihancurkan. Kemana mereka akan lari. Tak ada tempat lain selain ke pemukiman. Keluar dari hutan. Sekali lagi, perlindungan terhadap hutan kita sangat diperlukan. Agar hewan-hewan liar tetap berada di hutan. Tidak menganggu warga. Agar makhluk hayati lainnya dapat tumbuh dengan semestinya.
Manusia juga membutuhkan hutan untuk kelangsungan hidupnya. Terutama hutan hujan tropis. Dimana posisi hutan berada di sepanjang garis katulistiwa.
Beruntunglah kita di Indonesia, karena posisi kita melewati garis katulistiwa. Sehingga hutan kita pun mendapatkan cukup sinar matahari sepanjang tahun. Ini yang menjadikan Indonesia sebagai Negara yang memiliki hutan hujan tropis terluas ketiga di dunia. Posisi pertamanya Brazil dengan hutan Amazonnya disusul Kongo. Sementara itu posisi keempat dan kelima diisi Peru dan Kolombia. Kita perlu bangga nih dengan hutan kita.
Lalu kenapa diperlukan perlindungan hutan Indonesia. Apa manfaatnya bagi kita? Ini jawabannya.
Hutan menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati yang tinggi
Hutan hujan tropis memiliki tutupan pohon hutan yang tinggi. Ini membantu melindungi satwa di dalamnya dan rumah bagi flora fauna di sana. Namun tahukah kamu jika ekosistem yang ada di hutan hujan tropis mencakup 50% vegetasi dan satwa yang ada di dunia. Tapi itu hanya 6% luas daratan saja. Karena selebihnya didominasi lautan.
Di Indonesia sendiri, hutan hujan tropis menjadi rumah bagi 10 % spesies tumbuhan, 12% spesies mamalia dan 17% spesies burung. (sumber : www.hutanitu.id)
Karakteristik hutan hujan tropis di setiap wilayah biasanya punya banyak kesamaan. Baik dalam komposisi tanah maupun iklimnya. Karena sama-sama di daerah tropis yang terkena sinar matahari sepanjang tahun.
Bedanya adalah di spesies endemic. Ini bergantung dari posisi wilayah yang bersangkutan dari masa ke masa. Tapi biasanya dari jenis primata. Misal Amerika Tengah dan Selatan memiliki monyet howler, spider dan capuchin. Afrika punya babon, simpanse dan gorilla. Sementara di Asia ada lutung, siamang dan orang hutan. (sumber : www.hutanitu.id)
Hutan berkontribusi besar dalam menstabilkan iklim dan cuaca global
Hutan hujan tropis memiliki tutupan hutan yang sangat luas. Bahkan bisa dikatakan flora fauna di dalamnya terbungkus dalam hijaunya pepohonan yang rindang. Seperti kita tahu, bahwa pohon menyerap karbon dioksida dari udara untuk diolah menjadi oksigen. Gunanya untuk kita bernafas. Dengan banyaknya pohon, usaha menjadi lebih bersih dan pernafasan kita terjaga dengan baik.
Perlindungan hutan Indonesia berhubungan dengan karbon dioksida yang diserap dari udara. Karbon ini disimpan juga oleh pepohonan sebagai cadangan karbon. Dimana penyerapan karbon tersebut rupanya bermanfaat dalam menstabilkan iklim.
Kenapa bisa begitu?
Karena iklim bergantung dari banyak sedikitnya jumlah penguapan yang disetorkan pepohonan ke atmosfer. Ekosistem hutan hujan tropis menyumbang 25% karbon di dunia, ditambah kawasan hutan lainnya 20%. Atau sebanyak 250 miliar ton karbon yang setara dengan 90 tahun emisi bahan bakar fosil global saat ini. Wow.
Karbon di udara juga berpengaruh pada curah hujan di daerah tertentu. Dimana air hujan yang turun akan diserap oleh tanaman dan disimpan sebagai bahan makanan. Penyerapan air hujan menjadi air tanah inilah yang membuat ekosistem hutan tetap berjalan dengan baik. Namun jika jumlah pepohonan di hutan berkurang, proses penyerapan air pun bisa terhambat. Akibatnya tidak ada yang bisa menahan air. Sehingga banjir, tanah longsor dan berbagai bencana lainnya tak dapat dihindari pasti terjadi.
Makanya miris kan kalau melihat hutan kita semakin gundul. Jika berlangsung dalam waktu lama, cuaca sejuk karena keberadaan hutan pun bisa berubah panas karena hutannya sudah menghilang. Tidak ada yang memberikan kesejukan kepada lingkungan. Sehingga iklim pun bisa berubah secara global.
Hutan merupakan paru-paru dunia
Hutan hujan tropis menyumbang keberadaan paru-paru dunia lebih banyak dibandingkan hutan di daerah lain. Itu karena keanekaragaman flora fauna paling banyak di hutan hujan tropis, akibat dari suburnya tanah dan rimbunnya pepohonan di sana.
Di Indonesia sendiri, hutan hujan tropisnya memiliki luas 39.549.447 hektare. Ini menjadikannya sebagai salah satu paru-paru dunia setelah keberadaan hutan Amazon di Brazil.
Paru-paru dunia di Indonesia, tersebar di lima daerah utama. Yaitu Papua (luas hutan mencapai 40.546.360 hektare), Kalimantan Timur (14.651.053 hektare), Kalimantan Tengah (15.300.000 hektare), Kalimantan Barat (9.101.760 hektare) dan Riau (9.456.160 hektare). – sumber : www.goodnewsfromindonesia.id
Hutan menjadi apotek alami dan tempat tumbuhnya tanaman obat
Institut Kanker Nasional Amerika Serikat menyebutkan jika lebih dari dua pertiga obat kanker, asalnya dari tanaman hutan hujan. Bahkan ada bahan yang disintesis tanaman siput laut kecil, kini sudah hampir punah. Ditemukannya pun hanya di Madagaskar. Jika berhasil ditemukan, obat tersebut bisa membantu anak-anak penderita Leukemia bertahan hidup lebih lama. Dari 20 % menjadi 80 %. (sumber : www.hutanitu.id)
Fakta mengejutkan tersebut memberikan bukti bahwa hutan hujan tropis berkontribusi dalam dunia kedokteran. Karena menyimpan tanaman yang memiliki manfaat bisa menyembuhkan penyakit yang diderita manusia.
Tepatnya hampir 90 persen, penyakit manusia yang bisa diobati oleh tanaman obat. Seperti penyakit jantung, malaria, bronchitis, hipertensi, rematik, diabetes, ketegangan otot, radang sendi, glaucoma, disentri dan tuberkolosis.
Bisa dibayangkan kan, jika hutan hujan rusak. Kemungkinan kita mendapatkan obat alami dari alam akan kecil sekali. Dampaknya bisa panjang, karena menyangkut nyawa manusia.
Mengapa Hutan Indonesia Bisa Rusak
Pertanyaan sederhana yang begitu menohok.
Yah, kenapa hutan bisa rusak?. Jawabannya karena kita yang merusaknya. Meskipun bukan sepenuhnya ulah kita (bisa bencana atau hama tanaman), namun sebagian besar kita memiliki andil dalam kerusakan hutan.
Hutan terdiri dari jutaan pepohonan yang merupakan makhluk hidup. Tentu saja bisa rusak jika tidak dijaga dengan baik. Jika kerusakannya terjadi secara alami, seperti mati atau dirusak binatang buas,itu tak jadi masalah. Karena masih termasuk seleksi alam. Dimana yang kuat berkuasa, yang lemah mengalah.
Namun kerusakan alami ini bisa diperbarui dengan sendirinya. Karena kematian flora fauna diimbangi dengan kelahiran kembali anak-anak mereka. Roda kehidupan terus berputar.
Berbeda jika kerusakan terjadi di luar itu. Seperti penebangan liar, pembalakan hutan besar-besaran atau kebakaran hutan. Hal tersebut tentu saja bisa merusak ekosistem yang ada. Perlindungan hutan Indonesia diperlukan untuk menghentikan semua aksi merugikan itu.
Penebangan Liar
Salah satu penyebab kerusakan hutan adalah akibat penebangan hutan yang dilakukan secara illegal. Dimana masalah ini sudah menjadi isu global yang masih terus dicarikan cara untuk menghentikannya. (FAO, 2020).
Kalaupun pelaku penebangan liar tersebut sudah ditangkap dan diberi hukuman. Kayu-kayu yang sudah ditebang, tidak mungkin bisa dikembalikan menjadi pohon lagi kan. Ini yang membuat miris.
Pohon semakin habis, sehingga membawa dampak mengerikan bagi iklim yang ada di bumi. Bagaimana tidak. Jika di bumi sudah tidak ada pohon lagi. Udara akan menjadi sangat panas. Karena tidak ada yang menyerap sinar matahari dan mengolahnya menjadi oksigen.
Fungsi pohon rupanya lebih dari itu. Dikutip dari www.tito.id, manfaat pohon yang menjadi tutupan hutan membawa banyak keuntungan bagi kita. Diantaranya :
- Menciptakan keindahan tersendiri, karena punya bentuk tajuk yang khas. Sehingga bisa menyegarkan mata ketika memandangnya.
- Akar pohon dan tanah menjadi satu kesatuan yang kuat. Kerjasama diantara keduanya bisa mencegah terjadinya erosi. Karena air yang masuk ke tanah, diserap akar pohon untuk diolah menjadi energy dan bahan makanan. Kalau tidak ada akar pohon yang menyerapnya, air bisa mengikis tanah dan akhirnya terjadi erosi.
- Pohon bisa membantu menyerap air hujan ke tanah dan menahannya dari erosi. (manfaat hidrologis)
- Banyaknya pohon bisa menurunkan suhu setempat, sehingga udara menjadi sejuk. Ini berhubungan dengan oksigen yang dihasilkan oleh pohon. (manfaat klimatologis)
- Pohon juga bisa menjadi tempat tinggal satwa tertentu. Misal burung, tupai. (Manfaat Edaphis)
- Pohon bisa membentuk keseimbangan lingkungan bersama makhluk hidup lain. Seperti hewan dan air. Sehingga alam bisa stabil. (Manfaat ekologis)
- Pohon juga bisa menjadi pelindung makhluk hidup lain dari berbagai kondisi alam. Seperti terik sinari matahari, angin kencang, penahan debu atau peredam suara (manfaat protektif)
- Pohon bisa menyerap karbondioksida di udara dan menjadikannya oksigen loh. Sehingga bisa mengurangi polusi udara dan menjadikan udara lebih bersih. (manfaat hygienis)
- Pohon bisa juga menjadi tempat pembelajaran kita dalam mengenal tumbuh-tumbuhan. Sehingga memiliki manfaat edikatif bagi pelajar kita.
Banyak kan manfaatnya. Semuanya membawa keuntungan, bukan hanya bagi hewan. Tapi juga bagi kita, manusia. Jika kita tidak bisa menjaga hutan. Apa jadinya kehidupan kita sekarang.
Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan Karhutla di kepulauan Riau adalah isu yang sempat menarik perhatian banyak orang di tahun ini. Statusnya pun menjadi siaga bencana di tahun 2020 sejak 11 Februari 2020.
Upaya penurunan titik api sudah dilakukan pemerintah. Hasilnya cukup siginigikan. Berdasarkan data dari www.nasional.sindonews.com , jumlah pantaun titik api di seluruh Indonesia sebanyak 2.282 titik. Lebih rendah 91,57% jumlah hotspot di tahun 2019 (27.055 titik).
Kondisi udara yang panas menyebabkan asap hasil kebakaran hutan yang terus membumbung tinggi. Karena itulah perlu kerjasama semua pihak untuk bisa mengatasinya. Melindungi hutan agar tidak terjadi kebakaran lagi.
Bagaimana dengan kebakaran hutan di tempat lain? Terutama yang tujuannya untuk membuka lahan baru. Tentu saja harus dicegah. Karena kebakaran hutan bisa merugikan banyak pihak. Kamatian pohon, bisa berdampak pada kematian satwa lainnya. Inilah yang perlu dicegah dan dihentikan.
Laju Kerusakan Hutan Indonesia Di Masa Pandemi
Sebagai Negara dengan tutupan pohon hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia, (berdasar analisis UN Environment Programe World Conservation Monitoring Centre dalam laporan FAO, 2020). Indonesia rupanya mengalami kehilangan laju tutupan hutan hujan mencapai 1,47 hektare pertahunnya pada periode 2013-2017. (data Forest Watch Indonesia).
Dari cakupan laju kehilangan tersebut, Kalimantan dan Sumatera yang paling banyak menderita. Karena total deforestasinya lebih dari 50%. Bahkan laju kehilangan ini pun perlahan bergeser ke Indonesia bagian timur, dengan prediksi kehilangan sekitar 245 ribu hectare per tahun pada 2017 – 2034 mendatang.
Inilah yang harus kita hentikan secara perlahan. Masalahnya di tahun 2020 ini, kita dilanda masa pandemi yang secara langsung maupun tidak langsung, berdampak pada laju kehilangan hutan.
Analisis organisasi lingkungan, Conservation International menyebutkan hal yang mengejutkan. Yaitu adanya peningkatan deforestasi di hampir seluruh dunia pada masa pandemi ini. Kasusnya pun beragam. Mulai dari pembalakan liar, kebakaran hutan, pertambangan liar, sampai penyelundupan binatang liar. (www.kompas.com)
Sedih atau sedih banget nih. Kalau diambil analisis, kerusakan hutan pada masa pandemi ini setidaknya dipengaruhi oleh 2 faktor.
Kebijakan Lockdown
Karantina wilayah atau lockdown sangat diperlukan saat ini, seiring dengan menyebarnya virus corona di sekitar kita. Dalam satu sisi, tindakan ini memang berguna untuk menekan penyebaran virus. Namun di lain sisi, mengakibatkan penurunan pengawasan hutan di Indonesia. Upaya perlindungan hutan Indonesia pun jadi terhambat. Karena adanya larangan keluar rumah, kecuali untuk urusan yang sangat penting.
Kondisi ini secara tidak langsung membawa dampak bagi hutan. Jika adanya pengawas hutan saja, masih ada saja oknum perusak hutan. Bagaimana jika tidak ada pengawasnya. Para oknum tentu saja memanfaatkan keadaan untuk kepentingannya sendiri. Inilah yang sedang terjadi dan tentu membuat pusing semua pihak. Kerusakan hutan akibat ulah manusia pun pada akhirnya tidak dapat dihindari.
Tekanan Ekonomi Rakyat
Pandemi membuat kondisi perekonomian rakyat juga terpengaruh. Larangan keluar rumah, tentu membuat para pencari nafkah terkeok-keok. PHK, usaha bangkrut bahkan penghasilan nol membuat seseorang bisa nekad berbuat sesuatu, demi kebutuhan perut.
Yah, kondisi tersebut mau tak mau membawa perubahan perilaku bagi masyarakatnya. Seperti mereka yang pada akhirnya beralih ke alam. Dengan menebang pohon demi bisa mendapatkan uang untuk makan. Dilema memang. Namun itulah yang sedang terjadi sekarang.
Dampak Kerusakan Hutan Di Indonesia
Tidak bisa dipungkiri, jika kerusakan hutan membawa dampak yang merugikan bagi kita semua. Perlindungan terhadap hutan Indonesia menjadi tak maksimal. Bahkan mungkin hanya bergerak di tempat. Belum ada kemajuan yang signifikan.
Bukan hanya alam yang sengsara, tapi manusia yang menjadi biang keladinya pun ikut merasakan akibatnya.
Pernyataan tersebut berkaitan dengan fungsi pohon itu sendiri. Padahal pohon sangat berkontribusi pada target penurunan emisi Indonesia, sebesar 20% sampai 41% pada tahun 2030 nanti. (Sesuai komitmen perubahan iklim dalam Nationally Determined Contribution (NDC)). – www.kompas.com
Data terkait gangguan kerusakan hutan, terjadi di wilayah Indonesia bagian Timur, Papua. Hingga Indonesia bagian Barat, Sumatera. Bahkan Alison Hoare, seorang peneliti senior Chathan House, pernah mengungkapkan bahwa setengah dari perdagangan kayu illegal yang terjadi di dunia pada tahun 2013, adalah dari Indonesia. Mengerikan kan. Beberapa kerugian lainnya diantaranya :
Terjadinya Bencana Alam.
Deforestasi atau penggundulan hutan sudah melahirkan banyak bencana di negeri tercinta kita. Sebut saja tanah longsor, banjir, erosi laut akibat penggundulan hutan mangrove, bahkan sampai perubahan iklim secara global. Ibu kota Jakarta, tak pelak menjadi sasaran bencana juga yang menelan banyak korban jiwa. Kalau sudah begini, siapa yang bisa kita salahkan.
Kerugian Negara
Penebangan pohon secara liar tentunya dilakukan tanpa ijin Negara. Pihak swasta yang diuntungkan di sini, karena kekayaan dari penjualan kayu tersebut masuk ke kantong pribadi. Padahal Negara sudah punya undang-undang perlindungan hutan dengan mengijinkan penebangan untuk hal-hal yang memang urgent.
Data kerugian di bidang perhutanan ini bahkan lebih besar dari korupsi sumber daya alam loh. Yaitu sekitar 4,3 trilliun. Sementara korupsi sumber daya alam sejumlah 2,3 trillun. Wow atau wow banget nih.
Hilangnya Satwa Terlindungi
Banyak primata yang mati karena hutan tempatnya tinggal digunduli. Burung Cendrawasih di Papua pun makin berkurang jumlahnya, akibat dari kerusakan hutan yang makin menggila. Jika dibiarkan terus menerus, satu per satu kita akan kehilangan satwa endemic kita. Padahal mereka juga punya hak hidup sama seperti kita.
Ayo dong stop deforestasi dan kerusakan hutan lainnya. Agar makhluk hidup yang bergantung pada hutan bisa hidup dengan damai. Kita juga nantinya yang akan merasakan manfaatnya.
Langkah yang Bisa Diambil Untuk Melindungi Hutan Indonesia
Upaya untuk melindungi hutan Indonesia adalah dengan mengatasi kerusakan hutan yang tengah terjadi. Terutama di situasi pandemi seperti saat ini. Dimana pengawasan hutan Indonesia sedang minimnya.
Sebagai generasi muda bangsa. Sudah menjadi keharusan bagi kita untuk ambil bagian dalam pencegahan maupun penegakan hukum kehutanan. Disinilah diperlukan peran generasi muda untuk melakukan perubahan secara signifikan.
Pertanyaannya. Sudahkah kita berkontribusi dalam pencegahan dan perlindungan terhadap hutan Indonesia?
Sebagian mungkin sudah melakukan. Sebagian lagi setengah-setengah. Ada yang ikutan karena diajak. Bahkan mungkin ada yang acuh. Tak peduli karena merasa bukan kepentingannya. Tinggal kita menilai diri sendiri, termasuk dalam kategori manakah kita?
Pemerintah sudah ambil bagian dalam hal ini. Bahkan sudah mengkampayekan kepada kita, untuk turut berkontribusi. Baik langkah pencegahan, maupun penanggulangannya. Yah meskipun masih banyak celah di sana sini, namun tetap ada upaya untuk mengatasi masalah kehutanan ini.
Peningkatan Upaya Pencegahan dan Penegakan Hukum Kehutanan.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa sudah ada banyak oknum yang ambil bagian dalam perusakan hutan. Baik dalam kedok pembangunan, maupun untuk kepentingan perekonomian rakyat. Hutan yang sudah rusak. Akan butuh waktu lama untuk kembali pulih. Sementara satwa yang bergantung hidup di dalamnya tentu akan merugi. Bahkan mati.
Pemerintah sudah mengupayakan system tata kelola yang baik dalam perhutanan. Termasuk penguatan otoritas hutan nasional. Di dalamnya ada upaya dan langkah-langkah untuk mencegah serta memberantas pembalakan liar dan perdagangan illegal satwa liar. Di sinilah peran generasi muda diperlukan. Yaitu dengan meneruskan upaya pencegahan dan ikut serta peduli pada kebijakan lingkungan.
Program Pemulihan Hutan
Pandemi membawa dampak maha dasyat bagi kita semua. Termasuk dalam dunia kehutanan. Dimana minimnya pengawasan terhadap hutan, yang dimanfaatkan pihak tertentu untuk terus merusak hutan. Belum lagi masyarakat yang terpaksa merusak hutan demi bisa mengisi perut.
Keadaan seperti ini tentu tidak bisa dibiarkan terlalu lama. Peran generasi muda diperlukan untuk segera menata ulang strategi alam. Agar masyarakat tetap bisa terpenuhi kebutuhan pokoknya. Terutama ketika menghadapi masa pandemi yang belum jelas kapan berakhirnya ini.
Masalahnya ada bagian masyarakat yang pro dan kontra dalam masalah ini. Masih ada yang tidak peduli dengan keadaan hutan kita. Meskipun mereka yang masih acuh tersebut tahu, akibat dari kerusakan hutan bagi kelangsungan hidup orang banyak.
Ini tidak bisa diabiarkan kan. Harus ada dari kita yang mau menjadi pioneer. Orang pertama yang mau memberi contoh agar yang lain bergerak. Satu tindakan sederhana yang bisa berdampak pada gerakan menuju kebaikan. Inilah yang seharusnya ditanyakan kepada setiap dari diri kita. Siapkah kita menjadi pioneer tersebut?
Apa yang sudah dilakukan pemerintah untuk melindungi hutan Indonesia? Faktanya sampai sekarang komitmen pemerintah untuk melindungi hutan masih misteri. Segala upaya dikerahkan, namun kenyataannya masih saja ada oknum perusak hutan yang berkeliaran.
Coba ajukan satu pertanyaan sederhana. Jika kitalah pemimpin itu, apa yang akan kita lakukan untuk hutan kita.
Jika Saya Jadi Pemimpin, Ini yang Akan Saya Lakukan untuk menjaga Hutan Indonesia
Pertanyaan seperti itu seakan menohok diri saya. Karena saya juga bagian dari generasi penerus bangsa. Sementara selama ini, saya belum banyak melakukan hal-hal besar. Namun bukan berarti saya acuh. Saya ikut merasakan tangisan negeri. Ikut tersentak dengan banyaknya penebangan liar ataupun kebakaran hutan. Bahkan prihatin ketika melihat banyak satwa mati kelaparan.
Jika saya menjadi pemimpin, ingin rasanya saya maju sebagai pioneer untuk melindungi hutan Indonesia. Menyuarakan kampanye untuk bersama-sama menjaga hutan. Serta melakukan tindakan nyata untuk mengatasi kerusakan hutan yang sudah terlanjur terjadi.
Okelah, saat ini saya masih menjadi rakyat. Namun pemikiran berikut ini sempat terpikir dalam otak saya ketika saya menjadi pemimpin negeri.
Kampanye Menghentikan Upaya Deforestasi
Promosi tentang upaya deforestasi sudah seharusnya didengungkan berulang kali. Agar generasi muda tahu dan ikut turun tangan secara langsung. Gerakan kampanye ini tentu saja menular. Sehingga semakin banyak orang yang bergerak, akan semakin baik upaya yang sedang berjalan.
Kampanye di sini bukan hanya menyuarakan saja ya. Tapi juga berupa tindakan. Misalnya ikut serta dalam pengawasan hutan. Ikut menjaga satwa yang ada di dalam hutan. Melaporkan tindakan pengrusakan hutan, dll. Dengan semakin banyak yang ikut menjaga hutan, upaya pencegahan kerusakan hutan bisa diminimalisir.
Jika saya menjadi pemimpin, kampanye seperti ini pasti akan terus saya dengungkan. Agar semakin banyak orang yang mengetahui dan melakukan gerakan yang sama. Semacam tongkat estafet yang meneruskan kebaikan bersama.
Investasi dalam kegiatan yang berhubungan dengan kehutanan
Banyak cara untuk investasi untuk mengembalikan hutan seperti sedia kala. Seperti reboisasi atau penghijauan kembali. Menanam pohon untuk menggantikan pohon yang hilang di hutan.
Gerakan menanam pohon ini sudah diapresiasikan pemerintah dengan gerakan One Man One Tree (OMOT). Bahkan sudah ditetapkan tanggalnya. Yaitu 28 November sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI), berdasarkan keputusan presiden RI nomor 24 tahun 2008. Sementara bulan Desember nanti sebagai bulan menanam Nasional.
Lahirnya gerakan Menanam Pohon ini tentunya berasal dari aksi masyarakat. Tepatnya Aksi penanaman serentak dan Gerakan Perempuan Tanam Pohon pada 2007 yang lalu. Awalnya ditargetkan 79 ribu batang yang akan ditanam. Namun hasil dari aksi tersebut melebihi target, yaitu 86 ribu batang tanaman.
Gerakan yang melebihi target lainnya terjadi juga pada Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon. Dimana 10 ribu tanaman menjadi 14 irbu tanaman yang berhasil ditanam. Wow.
Gerakan menanam pohon seperti ini, sebaiknya dilakukan oleh tiap individu. Dan tidak terpaku pada Hari Menanam Pohon Indonesia. Tanamlah pohon setiap hari dan atas kesadaran sendiri. Jika tiap dari kita memiliki kesadaran seperti ini, orang lain pastilah akan mengikuti. Karena bagaimanapun juga, kebaikan itu menular.
Aksi menanam pohon ini erat kaitannya dengan pengendalian perubahan iklim. Gunanya untuk mengurangi emisi karbon.
Saya memilih hidroponik sebagai langkah awal menanam pohon. Bukan pohon besar sih, tapi tanaman sayuran hijau yang ditanam secara hidroponik. Aksi kecil yang saya dan suami cintai. Ke depannya, bisa jadi kami menanam pohon besar.
Kenapa saya memilih hidroponik?
Karena hidroponik bisa tumbuh subur tanpa media tanah. Pengerjaannya pun butuh tangan dingin agar berhasil tumbuh dengan baik. Ada nilai kesabaran dan ketelatenan di dalamnya. Nilai inilah yang secara tidak langsung mempengaruhi pola pikir saya dan suami dalam bermasyarakat.
Cintailah tanaman seperti kamu mencintai diri sendiri. Itulah pesan yang disampaikan suami kepada saya. Suami yang mengajarkan saya untuk mencintai tanaman. Bukan lewat perkataan i love you. Namun lewat cara dia merawat tanaman, caranya rutin memberi pupuk, caranya memasukkan biji sayuran ke tiap wadah yang dibuatnya sendiri.
Suami juga sedih ketika tanaman hidroponiknya tidak tumbuh subur. Ada yang gagal mekar. Seperti selada yang kurang merekah. Ternyata penyebabnya kurang pupuk cair.
Saya melihat bagaimana perlakuan suami kepada tanamannya begitu tulus. Saya pun membantunya dan merasakan sendiri nikmatnya berkebun. Karena kita bisa melihat sendiri tanaman yang sedang tumbuh. Mulai muncul daunnya, batangnya mulai meninggi, mulai muncul bunga dan akhirnya berbuah. Panen deh.
Perlakuan yang sama juga diberlakukan ke pohon mangga di samping rumah. Percaya atau tidak, jika satu jenis tanaman sudah kita rawat dan kita jaga. Naluri melindungi itu akan nampak juga pada tanaman lainnya. Perasaan seperti inilah yang seharusnya terbentuk pada tiap individu.
Kami suka kehijauan. Seperti hutan yang bak permadani hijau di daratan. Melihat pepohonan berdiri rindang, membawa kebahagiaan yang tak terkatakan dalam hati. Seakan hidup damai. Pasti sedih sekali jika pepohonan yang membawa banyak kehidupan itu mati dan menghilang dari muka bumi. Iya kan.
Menjadikan Warga Negara Berforest
Negara Berforest adalah sebuah gerakan kemanusiaan yang mengkampanyekan pernyataan kebanggaan terhadap hutan Indonesia.
Negara Berforest adalah milik generasi bangsa. Peran generasi muda diperlukan di dalamnya untuk turut serta menjaga hutan kita. Hal ini diperlukan kesadaran akan rasa memiliki hutan dengan menyatakan diri sebagai rakyat #negaraberforest.
Jadi jika saya menjadi pemimpin, saya usahakan warga saya menjadi warga Negara berforest. Seperti apa sih warga Negara berforest itu. Mereka adalah warga Negara yang :
- Sibuk mencari cara agar hutan Indonesia tidak digunduli
- Bersedih karena penggundulan hutan dan kebakaran hutan belum terlihat jelas endingnya.
- Ikut heboh ketika hutan Indonesia dinobatkan sebagai hollywoodnya badak Jawa
- Terbakar semangatnya untuk melindungi hutan dari kebakaran
- Mengisi kemerdekaan dengan membanggakan hutan kita yang juara dunia
- Ikut mendorong dan memberikan solusi agar hutan kita tidak terbakar. Salah satunya dengan aksi menanam pohon.
Jadi intinya warga Negara berforest itu tidak hanya bersuara, tapi juga bertindak dalam menjaga hutan kita tercinta. Caranya dengan ikut serta menanam pohon atau tanaman di rumah, melaporkan tindak kriminal menyangkut kerusakan hutan, ikut bersuara ketika hutan kebakaran atau digunduli dan aksi warga negara berforest lainnya.
Ada rasa memiliki seakan diri kita yang disakiti. Itulah sejatinya bentuk perlindungan yang dibutuhkan hutan Indonesia.
Kesimpulan
Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Sudah menjadi amanah bagi kita untuk meneruskan apa yang dititipkan generasi sebelum kita. Seperti hutan yang sudah menjadi rumah bagi banyak makhluk hidup. Hewan, tumbuhan bahkan manusia pun bergantung kepadanya.
Sudah selayaknya hutan kita jaga dari kerusakan. Karena dampaknya akan kembali kepada kita. Emisi karbon, perubahan iklim yang estrim, erosi, banjir, kekeringan adalah beberapa hal yang terjadi jika hutan gagal kita jaga. Tentu kita tidak mau kan, kalau hutan kita lama-lama menghilang. Pada akhirnya nanti tinggal jadi sejarah.
Anak cucu kita pastinya juga menginginkan keindahan ketika melihat hutan. Menghirup udara bersih yang berasal dari pepohonan di dalam hutan. Apa jadinya jika hutan kita nantinya menjadi legenda. Dimana anak cucu kita berucap, bahwa dulu kita punya hutan. Tapi sekarang itu semua hanya dongeng. Hiks. Jangan ya.
Mulailah beraksi dari diri sendiri dan mulai dari sekarang. Karena nasib hutan kita berada pada pundak kita sebagai generasi penerus bangsa. Yuk kita lindungi hutan Indonesia tercinta.
**
Sumber referensi :
https://tirto.id/hari-menanam-pohon-indonesia-sejarah-manfaat-pohon-bagi-kehidupan-f7lT
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/01/16/5-daerah-hutan-terluas
20 Comments. Leave new
Jangan sampai ketika hutan sudah habis dibabat baru banyak orang menyesal. Hutan sangat penting untuk kita semua agar keseimbangan alam tetap terjaga. Serem juga kan kalo tau2 ketemu macan karena hutan sebagai rumah mereka sudah dibabat habis oleh para oknum
bener mbak. macan mah di hutan aja ya. kalau ke rumah ntar dimakan. hiii… makanya kita kembalikan hutan yuk dengan menanam pohon kembali. jangan dirusak hutannya.
Kalau penegakan hukum terhadap pembalak liar masih lemah ya? Terkesan sangat ringan? Makanya itu pembalakan liar masih terus terjadi karena ringan hukumannya.
Kalau tidak ada efek jera, seterusnya orang akan meremehkan.
bener. makanya gemes sama tukang rusak hutan ini. gimana cara bikin kapoknya ya
Miris ya, negara tropis dengan jumlah hutan yang begitu besar, tapi kehilangan hutan dalam jumlah yang sangat besar juga. Ah, semoga manusia semakin sadar betapa kita membutuhkan hutan untuk terus bertahan di bumi ini.
bener mbak. sayangnya kesadaran kita berkurang karena alasan tertentu. makanya dibutuhkan niat yang tulus buat mengembalikan hutan kita
Perlindungan hutan memang bukan hanya tanggungjawab pemerintah saja, tapi kita sebagai warga negara juga harus turut serta. Ya memang kadangkala masih banyak perusakan hutan seperti illegal loging di Kalimantan yang bikin gemes. Sepertinya mereka-mereka ini juga sudah ada kroni-kroninya. Kalo hutan sudah rusak, siap-siap aja kalo banyak terjadi bencana seperti longsor, banjir, dan lainnya. Thanks ya mbak Indah artikelnya yang luar biasa bermanfaat. Sudah kubaca, menarik !!
terima kasih kak. semangat buat kita semua. semoga masalah hutan ini bisa terselesaikan dengan baik ya dan hutan kita kembali ada. sayang kalau sampai hilang
Ulasan yang lengkap dan menarik…
Sepakat jika mesti ada dari kita yang mau menjadi pioneer. Orang pertama yang mau memberi contoh agar yang lain bergerak. Satu tindakan sederhana yang bisa berdampak pada gerakan menuju kebaikan untuk perlindungan hutan Indonesia. Peran serta semua pihak akan menentukan hasilnya
bener mbak. dan gak perlu nunggu siapa yang mau jadi pioner. dimulai dari diri sendiri saja dulu. yang lain pasti mengikuti. karena geraknya kita dari hati.
Suka banget hutan itu sebagai apotek alami ya, bener itu, zaman dahulu sebelum ada rumah sakit atau profesi dokter, nenek moyang kita kan kalau sakit mencari daun-daunan ke tengah hutan. Lalu diramu sedemikian rupa menjadi obat. Sepakat! Hutan wajib kita lindungi bersama
orang jaman dulu jenius ya mbak. bisa meramu obat dari daun daunan yang diambil di hutan. sekarang ada gak ya yang kayak gitu? huhuhu
Sebagai bagian dari negara berforest saya merasa terpanggil nih untuk mengkampanyekan penghentian deforestasi, apalagi setelah membaca tulisan Mbak Indah ini
terima kasih uda
Manusia zaman sekarang memang nyarinya yang instan. Asal bisa cepat dijadikan uang, semuanya ditebang, tak peduli nanti binatang tinggal dimana, bencana alam nanti menerpa, dan dunia tak lagi punya paru2 buat bernafas.
bener bang. kalau yang instan enakan makan mie instan aja ya. loh kok. hehe
Suka banget ulasanny, Setuju, kita butuh pemimpin yang peduli lingkungan dan masa depan bangsa
terima kasih kak. semoga kita bisa mendapatkan pemimpian yang amanah ya. Aaamiin
Merusak hutan atas nama pembangunan, bahwasannya ada makhluk lain yang selain manusia yang harus hidup dan punya tempat tinggal. Hutan harus di jaga dan di rawat agar binatang tidak pergi ke pemukiman atau pedesaan, semoga generasi 90’s dan 2000 mampu dan bisa mengamanatkan pesan untuk menjaga hutan.
Artikel yang sangat inspiratif, terima kasih atas tulisannya.
Alhamdulillah. Terima kasih sudah berkunjung kak. Semoga bermanfaat