
“Attha bisa sendiri ma. Attha bisa kok.”
Kalimat itu sering diucapkan Attha ketika saya mencoba membuka tutup botol, atau mau memasangkan kaos kaki dan sepatu di kakinya. Atau sedang ingin menyuapinya. Bahkan ketika mau membukakan bungkus kue kesukaannya.
Intinya, Attha ingin melakukannya sendiri. Tidak perlu dibantu. Attha ingin bisa sendiri. Bahkan sekarang belajar memakai dan melepas pakaian sendiri. Duh senangnya.
Awalnya sih anak sulung saya itu kesulitan melakukan apa yang diinginkannya. Saya terlalu cepat menyimpulkan, dengan menduga anak saya itu menyerah begitu saja. Tapi kenyataannya berbeda kawan. Attha terus mencoba sampai usahanya berhasil. Bahkan ketika gagal, Attha tidak berhenti begitu saja. Usahanya gigih sekali untuk membuat tutup botol terbuka. Begitu juga ketika pakai kaos kaki sendiri. Setelah berkali-kali salah posisi, akhirnya bisa benar juga pakainya. Sama seperti ketika memakai sepatu sendiri. Makanpun bisa sendiri sekarang. Tak perlu disuapi. Sementara soal bungkus kue, ada gunting yang bisa dipakainya untuk membuka ini itu. Gak pakai terluka loh. Sudah mahir pakai gunting sekarang.
Saya senyum-senyum sendiri setiap kali melihat tingkah laku Attha, anak sulung saya. Adiknya, Alia yang berusia 4 tahun Desember nanti juga tak kalah antusiasnya setiap kali melakukan sesuatu. Keduanya berusaha mandiri. Sesuatu yang membuat saya bangga karenanya.
Saya pun akhirnya sadar, bahwa anak saya sedang berada pada masa Golden Age. Dimana otaknya sedang berkembang dengan sangat optimal. Rasa ingin tahu yang tinggi, fokus, penerimaan yang utuh tanpa penyaringan terjadi di usia ini.
Masa-masa golden Age inilah yang menentukan mau jadi seperti apa anak kita nantinya. Semua bergantung dari apapun yang kita ajarkan kepadanya. Anak bisa menjadi baik, jika kita mengajarkan hal-hal baik. Sebaliknya, anak bisa menjadi buruk, jika apa yang dilihat dan didengarnya adalah hal-hal buruk. Itu karena otak di masa ini, menyaring 100 persen apapun yang diterimanya. Tanpa penyaringan.
Golden Age pada anak merupakan tahapan perkembangan dan pertumbuhan emas yang terjadi di masa-masa awal kehidupannya terlahir di dunia.
sumber : https://tirto.id
Saya sebagai orangtua, harus bisa memaksimalkan masa golden Age ini. Agar bisa mengetahui potensi anak saya ke depannya nanti. Sebagaimana Attha, anak sulung saya yang sudah menunjukkan potensi emasnya. Yaitu :
- Daya ingat kuat
- Rasa ingin tahu yang tinggi
- Bisa diajak diskusi
- Bisa memahami arahan yang diberikan dengan baik dan menirukannya.
- Senang membaca
- Bisa fokus pada hal yang disukai
- Cekatan
- Tekun dan bisa menguasai sesuatu secara autodidak.
Selain punya sisi positif, ternyata anak saya juga punya sisi negative. Diantaranya :
- Takut gelap
- Tidak suka ditinggal sendirian.
- Takut suasana sepi.
- Mudah bosan
Saya berusaha meminimalisir hal negative pada anak saya. Karena saya menilainya masih normal dan wajar. Apalagi sifat adiknya, berbanding terbalik dengan kakaknya. Jika Attha takut gelap, adiknya tidak masalah. Bahkan saya sering mematikan lampu di kamar, agar Alia cepat tidur. Kalau lampunya nyala, susah tidurnya.
Attha merasa nyaman jika bermain bersama teman dan ada orang-orang yang dikenalnya berada di sekitarnya. Berbeda dengan sang adik yang cuek saja bermain sendirian. Jadi saya merasa aman, ketika adik saya ingin mengajak Alia menginap di rumahnya tanpa saya. Sementara Attha tidak bisa semudah itu. Bisa rewel kalau tidak ada saya atau papanya.
Perbedaan karakter kedua anak saya sungguh merupakan anugerah bagi saya. Karena saya jadi belajar banyak hal untuk mengarahkan kedua anak saya, melalui tindak tanduk saya dan suami. Apalagi kedua anak saya bisa diberikan pengertian dan pengarahan dengan baik. Alias “manut”. Sehingga jika kami melarang sesuatu, mereka pasti menurut. Alhamdulillah.
Daftar Isi
KEGEMARAN MEMBACA

Dari sekian banyak kegemaran anak-anak saya, satu kegemaran yang membuat saya terenyuh adalah membaca. Entah mungkin karena mereka sering melihat saya membaca novel atau melihat saya mengetik di laptop, Atau membaca apapun di kertas yang saya temukan. Attha dan Alia jadi “kepo”.
Tanpa disuruh, Attha langsung membawa semua buku bacaan saya dan dibuatnya mainan. Awalnya saya marah karena tumpukan buku saya hanya dijadikan mainan. Dijejer di lantai, lalu dijadikan jalan untuk lewatnya mobil-mobilan. Tapi ternyata itu hanya sebagian dari ulah Attha. Belum selesai ma.
Attha rupanya juga membuka buku dan berusaha membacanya. Adiknya, Alia juga membuka buku dan berpura-pura membacanya dengan cepat. Seperti yang saya lakukan. Hahaha… saya tahu itu belum terjadi. Karena Attha masih belajar membaca. Sementara adiknya yang mau 4 tahun, belum bisa membaca. Namun keinginan keduanya untuk bisa membaca membuat saya tercengang.
“Adik mau baca, ma”.
Itu kata Alia ketika membuka satu buku saya. Dengan perasaan tak karuan, saya pun mencari buku dongeng yang pernah saya belikan untuk Attha. Mengenai cerita Thomas and friend. Attha dan Alia suka sekali karena ada gambar Thomasnya. Yaitu kereta gerbong yang bisa bicara. Attha jadi suka Thomas. Sekarang bahkan merambah lagi kesukaannya, yaitu film “Car” dan “Plane”. Juga segala macam robot transformer. Semuanya berawal dari buku bacaan.
BUDAYA MEMBACA YANG BERAGAM

Membaca menjadi kebiasaan yang menyenangkan sekarang di rumah kami. Bukan hanya di buku. Tapi di bungkus makanan kesukaan anak-anak. Cha Cha, yuppi, taro. Atau di botol yang ditulisi papanya dengan tulisan. Sabun, hand sanitizer, alkohol. Bahkan di motor papanya. Honda.
Saya dan suami senyum-senyum sendiri ketika anak-anak berusaha membaca apapun yang ditemukannya. Bahkan sering, tanpa kami suruh. Keduanya membuat pola permainan baca. Siapa yang bisa menebak dengan benar, dapat hadiah dari kami. Hadiahnya tidak melulu berupa benda loh. Tapi pelukan dan cium sayang menjadi hadiah favorit anak-anak. Attha jelas lebih bisa membaca daripada adiknya. Tapi Attha bisa mengalah dengan mengajarkan adiknya mengeja. Senangnya kalau rukun begitu.
Semua berjalan ketika anak-anak merasa nyaman bermain. Tapi kalau si kakak sudah mulai bosan, langsung deh pindah ke gadget. Handphone yang jadi sasarannya. Apakah itu jadi masalah? Ya.. bagi saya itu masalah. Ini salah satunya.
Saya cukup tercengang ketika Attha bisa membuka handphone yang sudah dipasang sandi oleh suami. Padahal tidak ada yang memberitahunya. Ketika suami mengganti sandi, Attha pun cepat bisa menghafalnya. Usut punya usut ternyata Attha mengamati saya atau suami ketika membuka hp. Dari pengamatannya yang jeli itulah, anak sulung saya bisa memecahkan masalahnya sendiri.
Saya memang sengaja memasang sandi di beberapa aplikasi hp. Karena Attha sempat kecanduan main games, sampai-sampai menghapus aplikasi penting di hp saya. Seperti m-bangking, whatsapp dan aplikasi edit video. Saya sempat menangis ketika semua data saya hilang akibat ulah Attha. Sejak itulah, saya mempassword hp saya.
Tapi problem solving rupanya sudah terpasang dengan sempurna di otak Attha. Sehingga Attha mencari tahu sendiri masalah yang dihadapinya. Dengan cara mengamati saya ketika memakai hp dan bisa menemukan sandinya. Bukan hanya itu, Attha juga bisa menemukan games favoritnya dan memainkannya dengan mahir. Suami sampai kaget sendiri, karena games yang dimainkan Attha termasuk sulit. Tapi Attha tanpa diajari, bisa memainkannya dengan mahir. Bahkan bisa menyembunyikan games di antara folder hp. Cerdik sekali.
Sejak saat itu, saya melarang anak-anak memakai handphone. Tapi yang namanya anak-anak, pastinya tetap ingin tahu ya. Mereka pun diam-diam mengambil hp saya atau hp suami, lalu mendowload aplikasi games dengan sendirinya. Saya marah dong. Tapi kok lama-lama anak saya bisa menyanyikan lagu ABCD versi bahasa Inggris ya. Lalu mengucapkan kata-kata seperti “delicious”, “This one”, “oke”. Disusul dengan kosa kata bahasa Inggris lainnya.
Usut punya usut, rupanya anak-anak saya menirukan tontonan di youtube. Yaitu babby buss, Vlad and Niki dan beberapa aplikasi lainnya. Cukup mendidik loh.
Seperti lirik lagu ini.
Papa papa… ya sayang
Mengambil kue …..tidak sayang
Berbohong ….. tidak sayang
Mana tangannya….. hahahaha (sambil menunjukkan tangan papa yang ternyata ada kuenya. Jadi papanya bohong nih).
Lagu itu mengajari kita untuk bersikap jujur. Tidak boleh berbohong. Mesekipun yang melakukan orang tua, tetap harus mengajari kejujuran. Minta maaf kepada anaknya, kalau sudah melakukan kesalahan. Lucu ya…
Melihat perkembangan anak yang makin positif dengan penggunaan gadget, saya pun mengubah paradigma saya. Bahwa gadget tidak melulu memberikan efek negatif. Buktinya sudah ada di kedua anak saya. Attha dan Alia. Saya dan suami pun semakin semangat mencarikan aplikasi yang mendukung perkembangan otak mereka. Tentunya dengan pengawasan kami.
Target kami kegemaran yang saat ini sedang digandrungi anak anak. Yaitu membaca. Makanya saya merasa “klik” banget ketika menemukan aplikasi Let’s Read di Play Store. Pas buat kebutuhan membaca anak saya.
MENGENAL LET’S READ

Saya menemukan let’s read dengan perasaan suka cita. Karena aplikasi membaca ini sudah keren sejak pertama kali dibuka. Ada pilihan bahasa yang bisa digunakan. Juga gambarnya. Sementara cerita yang disajikan ada level bacaannya. Yaitu level 1,2,3,4. Dilihat dari tingkat kesulitan dan ragam ceritanya.
Saya membaca semua fitur di let’s read terlebih dulu dong sebelum memberikannya kepada anak-anak. Karena saya harus memastikan jika aplikasi ini benar-benar bagus. Kalau tidak, pasti saya skip. Dan kesimpulan saya adalah lets read oke banget.
Cerita yang disajikan edukatif sekali. Juga insipiratif. Tingkatan level yang diberikan membantu kita, para orag tua untuk menentukan. Sampai sejauh mana kemampuan baca anak-anak kita.
Cerita dalam let’s read merupakan kumpulan cerita yang termasuk dalam proyek pengembangan buku loh. Sosok di balik layarnya terdiri dari penulis, illustrator, editor dan desainer perempuan. Sementara itu, pendampingan dan penyuntingan cerita, teks, ilustrasi dan desain. Rupanya dilakukan oleh Yayasan Litara, yaitu sebuah lembaga nirlaba yang misi utamanya untuk mengembangkan literasi dan buku anak.
sumber : let’s read
Yayasan Litara ini bekerja sama dengan The Asia Foundation (program Books for Asia) dengan dukungan dari Estee Lauder. Kegiatannya berupa workshop pengembangan buku. Hasilnya adalah aplikasi Let’s Read ini. Keren kan.
Cerita yang dikumpulkan dalam Let’s Read memiliki gambar berkualitas loh, dan disajikan dalam format digital. Bahasa yang diberikan juga beragam. Mulai bahasa nasional sampai daerah. Juga dalam beberapa bahasa Internasional. Ini menunjukkan bahwa Let’s Read peduli dengan keberadaan bahasa daerah. Dimana bahasa daerah saat ini kurang popular. Padahal di dalamnya ada banyak konten lokal yang bisa disajikan.
Lewat Let’s Read, diharapkan kearifan komunitas setempat dapat diangkat. Tentunya dengan adanya kolaborasi dari pegiat literasi dan masyarakat umum. Info selengkapnya bisa didapat di www.booksforasia.org dan www.letsreadasia.org
Bagaimana cara menggunakan aplikasi Let’s Read ini?

Mudah kok. Dowload saja aplikasinya di Play Store. Setelah itu tinggal dibuka. Akan ada kata penyambutan selamat datang dari aplikasi Lets Read. Disusul dengan pemilihan bahasa yang digunakan. Saya memilih Bahasa Indonesia. Setelah memilih bahasa dalam tulisan dan gambar, kita juga bisa mengunduh bacaaan ke dalam ponsel. Jadi bisa dibaca sewaktu-waktu, terutama ketika kita kehabisan kuota. Internet mati, tetap bisa baca cerita kok. Asyik kan.
Di halaman berikutnya ada pilihan Ayo membaca. Ada 3 jenis pilihan buku yang bisa digunakan. Yaitu buku unggulan, Semua buku dan buku unduhan.
Saya memilih buku unggulan dan pilihan saya jatuh di bacaan pertama. “Duma juga bisa”. Karena cocok sekali dengan Attha yang selalu ingin bisa melakukan apapun. Berusaha mandiri tanpa dibantu orang lain. Â

Ketika diklik, kita tidak langsung membaca ceritanya loh. Tapi kita diberikan informasi mengenai jenis label cerita. Duma juga bisa, labelnya adalah Family and friendship. Artinya cerita ini mengajarkan tentang keharmonisan keluarga dan juga pertemanan. Jadi penasaran kan.
Oh iya, tingkat kesulitan bacaaan berada di tingkat 2. Jadi bisa dibaca Attha dan adiknya, Alia. Ada sinopsis singkatnya juga sebelum membaca cerita keseluruhan. Bikin kita makin penasaran dengan apa yang terjadi dengan Duma.
Informasi yang diberikan makin lengkap dengan adanya detail mengenai penerbit, pengarang, illustrator dan juga sebagainya. Siip kan. Ceritanya juga disertai gambar loh. Jadi makin mengarahkan imajinasi anak-anak.

Seperti Duma Juga Bisa. Bercerita mengenai Duma, si anak beruang yang diajak neneknya ke hutan. Duma awalnya malas, tidak mau ikut. Tapi setelah si nenek membujuknya, Duma pun mau ikut. Karena Duma takut ditinggal sendirian di rumah.

Banyak hal yang ditemukan Duma selama di hutan. Semuanya merupakan hal baru bagi Duma dan Duma takut melakukannya. Sang nenek putar otak dong, agar Duma tidak takut. Yaitu dengan melakukannya penuh percaya diri. Duma jadi ingin bisa seperti neneknya. Duma berusaha sekuat tenaga, agar bisa melakukan apa yang dilakukan sang nenek.
Senangnya ketika Duma akhirnya melakukan semua tantangan bersama sang nenek. Di akhir cerita, Duma berharap agar suatu hari nanti bisa seperti neneknya. Sama seperti Attha yang selalu ingin bisa seperti papa mamanya. Happy ending deh.
MEMBACA BISA DIMANA SAJA.

Budaya membaca sekarang rupanya bisa dilakukan dimana saja kan. Buktinya adalah aplikasi Lets Read ini. Orang tua bisa mendampingi dan meyampaikan pesan moral dalam setiap cerita. Anak-anak pun jadi senang. Tapi tetap ya, ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca lewat Lets Read. Karena medianya adalah smartphone. Pastikan kamu mematuhi hal-hal seperti di bawah ini:
- Membaca dengan posisi duduk. Jangan membaca sambil tiduran ya. Apalagi berdiri.
- Membaca dengan pendampingan papa atau mama. Bersama adik juga bisa seru loh.
- Membaca sambil belajar. Mama nih yang bisa memberikan pesan moral setelah selesai membaca. Anak-anak jadi makin semangat membaca karena mendapatkan ilmu baru.
- Membaca dalam waktu yang sudah ditentukan. Jangan terlalu lama ya. Nanti mata jadi lelah. Tetap harus ada waktu yang disediakan. Agar kesehatan mata tetap terjaga.
- Menerapkan ilmu dari cerita yang ada di Lets Read.
Nah itu dia beberapa saran yang bisa diberikan ketika menggunakan aplikasi Lets Read. Menyenangkan kan. Kalau membacanya lewat tablet, lebih enak lagi. Karena layarnya bisa besar. Jadi bisa dibaca bersama-sama adik, paman, bibi, kakek dan juga nenek.
Oh iya, selain Duma juga bisa, ternyata Attha tertarik dengan cerita berjudul “Ira tidak takut”. Ilustrasinya mengambarkan anak perempuan memegang boneka dan memakai tas ransel merah, sambil memandangi selang infus yang digantung. Hmm… kira-kira apa yang ditakuti Ira?

Yup, betul. Rumah sakit. Sama seperti Attha yang takut ke rumah sakit. Karena Attha sejak kecil sering dirawat di rumah sakit akibat penyakit step. Bawaan sejak lahir. Jadi sejak usia 11 bulan, Attha sudah merasakan jarum suntik. Sejak itu, setahun sekali Attha opname. Alhamdulillah sejak usia 6 tahun, stepnya tidak terjadi lagi.
Seringnya Attha ke rumah sakit, membuatnya trauma. Tidak mau disuntik lagi. Melihat perawat saja, Attha sudah menangis. Makanya saya mengharuskan Attha makan yang banyak dan bergizi, biar gak sakit. Kalau sakit nanti disuntik. Hihihi… syukurlah Attha menurut.
Nah, kalau cerita “Ira tidak takut” ini sama gak ya dengan cerita Attha. Apakah saya bisa menemukan solusi agar Attha (dalam cerita itu diperankan oleh Ira)  tidak takut disuntik lagi?
Penasaran juga gak? Yuk segera unduh aplikasi Let’s Read dan temukan ceritanya.
Sumber :
Let’s Read
**
39 Comments. Leave new
Wah aplikasi yang cocok nih buat selingan saat anak bosan baca buku yang itu itu..
bener mbak. udah unduh belum. yuk segera unduh di play store
MasyaAllah mbak bersyukur sekali punya anak seperti Attha dan Alia, yang cerdas dan gemar membaca. Mereka juga bisa akur satu sama lain ya walau punya karakter yang berbeda.
Btw Aplikasi Let’s read nya juga menarik sekali, saya langsung mendownload ini hehehe
Akur sebentar mbak, terus berantem lagi. tapi habis itu akur lagi. gitu deh tiap hari. hahaha, namanya juga kakak beradik ya. akur sama bertengkar kayak makanan sehari hari. yang penting saya tanamkan ke anak anak, kalau saudara itu tetap saudara. kalau lagi berantem, harus ngalah dan minta maaf. kalau gak mau, gak dikasih kue. nah, langsung akur lagi. hahahaha….
Wah menarik banget nih kak ya, anak-anak di usia golden age gini pintar banget menyerap apa-apa disekelilingnya buat ditiru. Hihihi untung mama papanya suka baca ya kak jadi anak-anak juga ketularan pintar baca deh
Alhamdulillah mbak. tinggal ortunya nih yang pusing nyariin bahan bacaan yang pas buat anak. soalnya anaknya yang kekeh minta baca ini itu. repot, tapi menyenangkan.
Aduuuuh gemes pengen obok-obok cerita anak di Let’s Read. Asik juga ya ternyata. Saya malah belum install sama sekali. Hihihi. Boleh juga dicoba ini. Daripada hunting ke Gram**ia terus kaaan, lagi pandemi juga. Mending kasih anak buku cerita digital.
nah, ini yang penting mbak. lets read gratis. gak pake ongkos buat dapat cerita yang seru buat anak anak. asyik kan.
kids jaman now emang nggak jauh-jauh dari gadget ya Mom. Bersyukur deh ada aplikasi Let’s read ini jadi bisa tetep bermanfaat
bener, ngebantu banget para mom di rumah nih. biar gak boring baca buku terus.
Wah senangnya yaaa punya anak aktif. Suka membaca pula. Emang habbit orangtua mempengaruhi perkembangan si anak yaaa
Wah senangnya yaaa punya anak aktif. Suka membaca pula. Emang habbit orangtua mempengaruhi perkembangan si anak yaaa
bener mbak. makanya kita mesti hati hati sama apa yang kita lakukan. karena pasti ditiru sama anak anak. jadi secara tidak langsung, kita menciptakan kegiatan yang positif. seperti membaca, biar anak anak ikutan suka membaca juga.
anakku juga suka dibacain cerita dari aplikasi let’s read ini karena ceritanya ringan ,menghibur, dan ilustrasinya menarik^^
nah itu yang terpenting mbak. anak anak suka. apalagi gambarnya bagus bagus ya. bisa nuntun anak berimajinasi
Let’s Read ini aplikasi baru kah ? Cocok banget deh untuk menghilangkan kebosanan anak selama dirumah, sambil rutin membaca mereka nantinya terbiasa dan lama lama menjadi kebiasaan yang baik ya.
baru kayaknya mbak dan rekomended banget. gambar di tiap ceritanya juga bagus. jadi anak anak pasti suka.
halo kak,
eh attha seumur deh sama kilan, taun ini juga mau 4. lagi ngalaman threeneger kah? hihihihi.
umur segitu emang umur banyak penasaran dan suka sama hal yang baru. waktu yang tepat buta dampingi anak melalui proses ini, termasuk mengajak cinta membaca sejak dini. aplikasi lets read ini bantu banget sih menurutku. secar agitu kids jaman now gak bisa lepas dari gadget. jadi bisa kita kasih tau, kalo gadget gak cuman buat game.
adiknya Attha yang mau 4 tahun mbak. kalau Attha 6 tahun 8 bulan. mau 7 tahun januari 2021. hehe… gak bisa lepas dari hp mbak anak zaman now. kalau kita gak ngarahkan yang baik, bisa berabe. untung ya ada lets read. biar gak youtuban aja, sama ngegame. hehe
Seru banget yah si Let’s Read ini. Minat baca memang harus dipupuk sejak kecil, beruntung Attha sama Alia punya mama yang jago nulis, kudu jago baca juga dong hehehe
hahaha… bacanya novel mbake. anak anak gak suka karena gak ada gambarnya. jadi aku yang ngikut anak anak. baca cerita bergambar juga. wkwkwk… fun aja tuh. seru
Yg ditakuti Ocean anak bungsu saya mirip ya sama Attha, sulungnya Mbak Wahyu… Tp usia Ocean 3y4mo. Takut gelap n ga mau ditinggal sendiri, hihi lucu ya… Btw Let’s Read emang menyenangkan banget ya buat anak²
yeee…. Attha pasti seneng ada temennya. meskipun temen sama sama takut. hihihi… lets read ngebantu banget mbak buat melatih anak anak belajar
Wah Atha semoga jadi anak yang sholeh ya. Hebat Atha bisa memecahkan masalahnya sendiri.
Aaamiin. iya mbak. sekarang apa apa maunya sendiri. gak mau dibantuin. hihihi…
Bisa buat solusi emak yang ingin anaknya gemar membaca tanpa beli buku cetak ya kak lets read ini. Ilustrasinya pun sungguh menarik perhatian. Anak-anak pasti suka. Btw aku juga pas kecil takut gelap dan takut ditinggal sendirian hehe
sama dong sama anakku, hehe… tenang. sekarang udah gak takut gelap kan?
Dari pada anak diberi aplikasi youtube, mending diberi aplikasi let’s read 🙂 selain lebih bermanfaat, anak-anak akan terbiasa untuk membaca sehingga suatu saat akan menjadi sebuah hobi
bener banget mbak. mending dikasih lets read ya.
Aq juga pasang aplikasi ini buat anak. Gambarnya bagus dan ceritanya juga bagus. Eh kadang jadi aq yg suka baca juga hehe
sama mbak. kadang saya juga baca ceritanya sama anak anak. bagus sih dan mendidik.
Keren nih aplikasi Let’s Read-nya. Omong-omong kalau orang dewasa yang unduh buat baca-baca apa boleh gak ya Mbak
boleh dong uda. kan ada levelnya. sekalian buat pembelajaran. Biar tau masa kanak kanak dulu dan sekarang beda. sekarang lebih canggih dan anak anak cepat pinternya.
Oo ada levelnya ya mbak. Wah bagus juga berarti bisa dipake untuk semua usia.
Ada mbak, jadi kita bisa mengetahui perkembangan membaca anak kita. Udah sampai mana. biasanya makin tinggi levelnya, topik bacaannya makin sulit dan membutuhkan pemikirian yang jeli. gak asal baca aja seperti level satu.
Sejak adanya gadget, jujur aja nih Mbak, budaya membaca buku di keluargaku jauuuh sekali berkurang. Tapi setelah tau adanya Lets Read ini, aku jadi penasaran pengen coba. Semoga bisa meningkatkan budaya membaca lagi.
Aamiin, semoga budaya membaca tetap ada dan semangat ya mbak.
Wah keren banget ya inovasi aplikasi ini. Selain mengenalkan anak dengan teknologi juga bisa membiasakan anak dalam budaya literasi.
bener mbak. anak jadi suka baca karena aplikasinya menyenangkan