Ramadan telah tiba. Bulan suci penuh keberkahan sudah datang. Senang dong karena aku dan keluarga masih diberi umur panjang untuk menyambut bulan seribu bulan ini.
Sayangnya, bulan suci Ramadan kali ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Sedih rasanya tidak bisa menikmati keberhakan Ramadan di hari-hari pertama. Padahal persiapan sudah dilakukan sedemikian rupa.
Apa sih sebenarnya yang membuat bulan Ramadan kali ini berbeda menurutku? Sini sini aku ceritain.
Momen Sedih di Awal Bulan Ramadan
Siapa sih yang gak senang setiap kali Ramadan datang. Anakku yang berumur 7 tahun saja senangnya bukan main. Kakaknya yang usianya 10 tahun juga senang. Katanya mau puasa penuh. Meskipun pada kenyataannya puasa setengah hari saja. Tapi semangat anak-anak sukses membuatku terharu.
Puasa di tahun sebelumnya aku juga senang karena bisa menyambutnya dengan hangat. Bisa full puasa penuh itu rasanya sesuatu banget. Nah, suasana kali ini tuh beda. Aku tidak semangat di awal puasa karena beberapa hal berikut ini :
-
Jatuh Sakit
Aku sakit. Hiks. Mungkin karena efek habis pulang dari luar kota beberapa waktu sebelumnya. Setelah tiba di Malang, aku langsung jatuh sakit. Itu dua hari sebelum datang bulan Ramadan. Tepatnya hari Sabtu tanggal 10 Maret 2024.
Badan greges, pusing, dan lemes banget. Aku sampai nangis di depan suami karena badanku gak enak banget. Suami menyarankan aku untuk periksa ke dokter, tapi aku gak mau. Alasannya aku malas minum obat. Jadilah suami ikutan ngambek. Duuh.
Saat puasa sudah ditetapkan tanggal 12 Maret 2024, badanku masih lemas. Ditambah aku datang bulan. Tambah lemes aja badan ini. Fix aku gak bisa ngapa-ngapain di awal puasa. Pengennya tidur dan nangis aja.
-
Datang Bulan
Hari minggu waktunya nyekar ke makam almarhum ayahku, almarhum bapak mertua dan kakak ipar. Tapi apa daya. Aku mens di hari itu. Ditambah badan yang masih belum fix. Jadinya aku di rumah saja. Suami pergi makam sendirian.
Biasanya aku datang bulan gak dibarengi dengan sakit. Jadi badan masih baik-baik saja. Nah, karena awal puasa aku malah kedatangan tamu. DItambah badan yang kurang fit. Jadi deh rasanya remuk semua nih badan.
Anak-anakku sampai kasihan melihatku dan mereka ikut merawatku. Satu hal yang bikin aku terharu adalah anak-anak tetap ingin puasa dan minta dibangunkan sahur. Masya Allah. Jadi meskipun aku gak puasa, aku usahakan untuk menyiapkan sahur buat anak-anak dan suamiku.
Suami gak maksa aku untuk masak. Bahkan suamiku rela makan mie instan saja dan menyuruhku istirahat total. Biar cepat sembuh katanya. Terharu gak sih.
-
Cuaca Masih Tak Menentu
Isu tentang cuaca ekstrim dan tidak menentu memang sudah terjadi jauh hari sebelum datang bulan Ramadan. Pengennya sih, cuaca kembali normal saat Ramadan datang. Tapi kenyataanya cuaca masih gak menentu.
Pagi sampai siang bisa sangat panas. Sorenya bisa hujan deras dibarengi angin kencang. Di beberapa daerah di Kota Malang bahkan ada pohon tumbang dan banjir. Berita bencana yang serupa juga aku lihat di beberapa daerah lewat berita di TV. Miris dan sedih kan.
Untunglah di tempatku tinggal, tidak sampai kena banjir. Tapi kalau sudah hujan, anginnya kencang banget. Gak berani keluar rumah.
-
Berita Politik Makin Panas
Pemilu sudah selesai. Kini waktunya masa tenang sambil menunggu hasil pemilihan umum. Sayangnya, pemilihan umum tahun ini tidak sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Banyak konflik dan kian panas.
Pengennya sih aku lihat TV atau sosial media itu untuk melihat berita seputar Ramadan. Seperti tahun sebelumnya dimana banyak ceramah agama atau acara hiburan yang mendidik sambil menunggu buka puasa.
Sayangnya, berita yang sering aku lihat di sosial media maupun televisi masih seputar politik. Masih banyak hujatan sana-sini, teriak curang, ujaran kebencian, demo menurunkan Presiden, dan masih banyak lagi umpatan kasar yang seharusnya tidak dilontarkan di bulan penuh berkah ini. Sedih kan.
Bulan puasa seharusnya kita bisa khusyuk ibadah, ini malah dibumbuhi saling hujat, saling hina dan berbagai macam ujaran kebencian lainnya. Hiks.
-
Takjil Ricuh Beda Agama
Momen yang paling ditunggu-tunggu saat Ramadan itu adalah berburu takjil. Kalau sebelumnya berburu takjil selalu diwarnai suka cita, entah kenapa tahun ini warnanya kelam. Ada isu yang menyebutkan orang non muslim ikut berburu takjil, sehingga banyak orang muslim yang kehabisan takjil untuk berbuka puasa.
Memang gak semua daerah seperti itu sih. Tapi berita yang aku dengar setidaknya begitu. Isu agama jadi bahan perdebatan nih. Ada yang menyinggung non muslim seharusnya tidak usah ikut berburu takjil, sampai ada penjual makanan yang dimarahi karena tetap berjualan di siang hari.
Kalau menurutku pribadi sih, sebenarya gak masalah pedagang berjualan di pagi dan siang hari. Konsumennya kan gak selalu orang muslim. Kalau semua pedagang disuruh berjualan sore hari, terus yang non muslim makannya bagaimana?
Sementara soal isu non muslim ikut berburu takjil. Menurutku gak masalah sih. Bahkan bisa membantu UMKM yang berjualan agar dagangannya cepat laris. Adikku jualan takjil juga soalnya. Kalau dagangannya cepat laris, kan jadi berkah buat dia dan pedagang lainnya.
Ayolah. Kita bisa kok sama-sama berburu takjil. Tujuannya kan untuk melariskan dagangan UMKM agar cepat habis. Damai bisa kan. Jangan berantem. Sedih loh kalau berantem terus. Politik isinya sudah berantem, masak suasana berburu takjil berantem lagi. Sedih tau gak.
Persiapan Bulan Ramadan untuk Hilangkan Kesedihan
Saat tulisan ini dibuat, tepatnya tanggal 19 Maret 2024. Aku baru puasa pertama kali setelah masa haidku berhenti kemaren. Lega rasanya. Belum apa-apa aku sudah bolong 7 hari. Sedih gak sih. Hiks.
Satu-satunya semangatku adalah melihat anak-anak yang tetap semangat untuk puasa. Masih puasa separuh sih, tapi mereka ikut sahur dan berbuka puasa juga. Bahkan beberapa kali aku ajak berburu takjil di pasar takjil yang tak jauh dari rumahku. Senangnya.
Makanya untuk mengimbangi suasana sedih di awal puasa, aku melakukan hal-hal yang kuanggap seru dan bermanfaat bersama anak-anak. Mumpung anak-anak juga libur awal puasa dari sekolahnya selama satu minggu. Sebenarnya liburnya 3 hari. Tapi ada libur nyepi dan cuti bersama kan. Jadi lengkap deh libur satu minggu. Beberapa kegiatan seru yang kami lakukan yaitu :
-
Belajar Mewarnai
Anak keduaku yang perempuan suka menggambar dan mewarnai. Umurnya 7 tahun dan masih TK B. Tahun ini masuk SD dan rencananya aku masukkan ke sekolahnya si kakak agar satu sekolahan. Sekalian kalau mau antar jemput.
Biasanya adek mewarnai sendiri tanpa diminta. Pulang sekolah sudah mengambil krayon dan siap mewarnai buku sekolahnya. Kadang menggambar di kertas kosong. Kalaupun melihat youtube, yang dilihat pasti kegiatan menggambar dan mewarnai. Jadi dia mencontoh dari sana.
Nah serunya, aku ikutkan anakku lomba mewarnai mewakili sekolahnya. Awalnya sih iseng saja karena anakku suka mewarnai dan dia lagi semangatnya menggambar gradasi. Gak nyangka dong ternyata anakku menang lomba mewarnai juara satu. Masya Allah.
Lomba mewarna itu dilakukan antar TK se kabupaten Singosari. Terharu gak sih. Gak sia-sia senang mewarnai setiap hari kan.
-
Bersih-Bersih Rumah
Selama liburan, anak-anak membantuku bersih-bersih rumah. Badanku masih lemas. Jadi aku tak sepenuhnya bersih-bersih rumah. Suami membantu, begitu juga anak-anak. Kita gotong royong deh. Alhamdulillah.
Suami bahkan membantu mencuci bajunya sendiri yang berat dan besar. Masya Allah. Terima kasih paksu. Senangnya lagi, anak-anak suka membantu dan tidak mengeluh. Si kakak dan adik bahkan berkali-kali mengatakan ingin membantu mama. Terharu gak sih.
Jadinya kita bersih-bersih halaman rumah, kamar, merapikan mainan anak-anak, menata lemari, dan masih banyak lagi lainnya. Seru pokoknya.
-
Berburu Takjil
Meskipun aku sedang tidak puasa, tapi aku tetap mengajak anak berburu takjil dong. Sayang kan budaya yang hanya ada di bulan Ramadan ini terlewatkan begitu saja. Anak-anak senang diajak berburu takjil. Jajanan kesukaan mereka adalah sosis.
Kalau aku sih kebanyakan beli sayur dan lauk untuk berbuka puasa. Maklum, semenjak sakit aku jarang masak dan memang gak dibolehin masak sama suami. Jadi beli sayur saja. Lebih praktis dan lebih hemat daripada masak sendiri. Bisa beli banyak menu sekalian jajan.
-
Periapan Sholat Tarawih
Anak-anak dan suami sih yang sholat tarawih. Aku di rumah saja karena memang lagi gak enak badan dan menstuasi. Tapi aku tak kehilangan momen mempersiapkan mukena dan kopyah untuk anak-anak berangkat ke masjid. Senangnya.
Jadi kepengen cepat sembuh biar bisa tarawihan ke masjid sama anak-anak dan suami. Selama anak-anak tarawih, aku menulis saja di blog atau melihat televisi. Alhamdulillah badanku sudah enakan di hari kedua puasa. Tapi menstruasinya kan belum selesai. Jadi tetap saja badan terasa gak enak. Gak bisa sholat tuh bikin gelisah tau.
-
Main Bersama
Anak-anak seminggu full di rumah saja. Sementara teman-temanku bertanya apa gak ngajak anak-anak jalan-jalan mumpung liburan. Maunya sih begitu. Tapi berhubung aku lagi sakit, jadi ya kemana-mana.
Bersyukurnya karena anakku gak protes. Kami banyak melewatkan waktu bersama di rumah. Main bersama, belajar bersama, beres-beres rumah bersama. Bahkan ketika suami harus ke rumah ibunya karena mengantar berobat sampai gak pulang selama 3 hari, kami tak masalah.
Me time bersama anak-anak itu adalah momen spesial yang bisa membuat badanku lekas pulih dari sakit. Merekalah yang membuatku akhirnya mau minum obat dan akhirnya sembuh. Terima kasih anak-anak.
Nah itu dia keseruanku di awal bulan puasa. Eh termasuk keseruan bukan sih kalau akunya sakit. Hiks, yang jelas saat tulisan ini dibuat aku sudah selesai menstruasi dan bisa puasa lagi. Semoga aku bisa menjalankan puasa di bulan Ramadan ini dengan khusyuk dan full ya.
Terima kasih sudah membaca ceritaku, teman dan selamat menjalankan ibadah puasa.
**