Saya punya seorang teman. Sama-sama wali murid di sekolah anak saya yang masih SD. Namanya mbak Rosi. Anaknya bernama Sandra dan satu kelas dengan anak saya di kelas 3A. Sepintas, mbak Rosi baik-baik saja. Agak tomboy, gampang akrab dengan sesama wali murid dan loman alias suka berbagi.
Meskipun kepribadiannya suka ceplas ceplos, tapi mbak Rosi adalah orang yang baik dan peduli dengan orang lain. Saya dekat dengannya karena kami sama-sama pengurus di sekolah anak saya. Ditambah satu kelas dan sama –sama mengikuti kegiatan marching band di sekolah.
Kedekatan kami membawa kami saling cerita banyak hal. Mulai dari masalah kepengurusan, masalah anak-anak di sekolah sampai masalah pribadi. Saya awalnya tidak terlalu ngeh dengan keadaan mbak Rosi. Sampai ketika saya berkunjung ke rumahnya dan melihat kultnya yang belang hitam putih. Saya lebih kaget lagi dong ketika dia menunjukkan bagian tubuhnya yang juga belang hitam putih.
Saya tidak berkomentar saat itu. Tanpa saya minta mbak Rosi cerita, beliaunya malah cerita dengan sendirinya mengenai kondisi dirinya dan keluarganya. Jadi singkat cerita, dulu banyak yang menjauhinya karena keadaan kulitnya yang dibilang aneh. Banyak teman menjauhinya dan mbak Rosi tak lepas dari bullying. Bahkan mbak Rosi sempat berpendapat bahwa kulitnya menjijikkan.
Selain kulitnya yang aneh, mbak Rosi juga mengaku hampir tidak pernah berkeringat dan tidak merasakan sakit pada area kulitnya yang belang tersebut. Saya makin shock dong. Dari awalnya yang hanya diam, saya pun menyimpulkan dalam hati bahwa mbak Rosi ini terkena kusta.
Daftar Isi
Mengenal Lebih Jauh Tentang Kusta

sumber gambar : dinkes.jakarta.go.id desain by canva
Sebenarnya bukan pertama kali bagi saya bertemu dengan orang yang punya kelainan kulit seperti mbak Rosi. Sebelumnya ada mbak Ucik, adik dari adik ipar mama yang juga memiliki kondisi kulit yang sama. Bukan hanya itu, semakin hari belang di kulitnya semakin banyak dan akhirnya kulitnya jadi putih semua. Tapi putihnya bukan putih normal, tapi seperti putih tembok. Terlihat aneh.
Lalu sebenarnya apa sih Kusta itu? Kenapa banyak yang menghindari orang kusta? Apa benar kusta itu penyakit yang menjijikkan?
Untuk menjawabnya sebaiknya kita mengenal lebih jauh tentang apa itu kusta agar tidak salah paham.
Jadi kusta adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium leprae. Itulah kenapa kusta juga disebut penyakit lepra dan dianggap menular. Penyakit ini menyerang kulit dan juga saraf tepi, sehingga penderitanya tidak akan merasakan sakit karena saraf penentu rasa sakitnya sudah mati.
Penyakit kusta atau lepra ini ditemukan oleh seorang ilmuwan bernama Gerhard Henrik Armauer Hansen yang berkebangsaan Norwegia. Sehingga disebut juga sebagai penyakit Hansen atau Morbus Hansen.
Hansen menemukan bahwa mycobacterium leprae termasuk bakteri yang tahan asam. Bentuknya batang dan dikelilingi oleh membrane sel lilin yang aerobic. Perkembangbiakannya cukup lama, yaitu 2-3 minggu. Itulah kenapa penyembuhan dari kusta ini butuh waktu. Tidak bisa instan. Bahkan disebutkan bahwa kusta jarang terdeteksi di awal karena berada dalam inangnya selama 20 tahun.
Ciri-ciri umum pengidap kusta terlihat dari kondisi kulitnya. Biasanya muncul bercak di kulit. Ada yang bercak putih atau merah, tergantung dari tipe kusta yang diderita, kulit menebal dan mati rasa. Beberapa ada yang mengalami mimisan dan bahkan bisa sampai menimbulkan kecacatan karena jari jemarinya hilang.
Mbak Rosi sendiri mengalami bercak putih di kulitnya dan lebih banyak di area punggung dan tangan. Serta hilang rasa sakit ketika terluka. Tidak mimisan dan jari jemarinya masih lengkap. Hidupnya juga sudah normal dan bisa berbaur dengan lingkungan sekitar tempatnya tinggal.
Tipe-Tipe Kusta

desain by canva
Menurut WHO, kusta dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu kusta kering atau pausibasiler (PB) dan kusta basah atau multibasiler (MB).
-
Kusta Kering (Pausibasiler/PB)
Kusta kering adalah kondisi kusta dimana belang kulitnya berwarna putih hitam, kulit kering dan bersisik karena tidak muncul keringat. Bakteri mycobacterium leprae ditemukan sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali, sehingga kusta kering tidak menular.
Gejalanya terlihat seperti panu, biduran, eksim atau vitiligo tapi tidak terasa gatal ataupun sakit. Hal ini dikarenakan saraf tepinya sudah terserang, sehingga pengidap kusta akan mengalami mati rasa pada kulit. Pengobatannya berlangsung selama minimal 6 bulan. Kusta jenis ini disebut juga dengan kusta tipe tuberkoloid.
Mbak Rosi mengalami kusta kering ini sehingga saya aman-aman saja saat berada dekat dengannya, bersalaman dengannya atau pun makan bersama. Mbak Rosi sudah sembuh.
-
Kusta Basah (Multibasiler/MB)
Kusta basah adalah kondisi kusta yang belang di kulitnya berwarna merah mengkilat seperti basah. Warna merah ini berasal dari banyaknya mycobacterium leprae, sehingga sangat menular.
Bercak merah yang ada bisa jadi menebal dan membentuk benjolan di hampir seluruh tubuh. Beberapa kasus bahkan ada yang mengalami pembengkakan selaput lendir hidung, sehingga hidung tersumbat dan mimisan.
Butuh waktu lebih lama untuk menyembuhkan kusta jenis ini yaitu 12 bulan atau lebih. Kusta jenis ini disebut juga kusta tipe lepromatosa.
Sebenarnya ada lagi tipe kusta yang lain, yaitu campuran PB dan MB. Namun tipe ini hanya digunakan untuk penelitian saja. Umumnya yang diamati di masyarakat adalah PB dan MB.
Stigma Kusta yang Menyesatkan
Kejadian yang menimpa mbak Rosi dan mbak Ucik menyadarkan saya bahwa pengidap Kusta memang benar-benar mengalami diskriminasi dalam masyarakat. Kehidupan mereka sulit dan tertekan oleh beberapa stigma yang terlanjur beredar di masyarakat.
Beberapa stigma kusta yang menyesatkan diantaranya :
-
Kusta itu Penyakit Kutukan

desain by canva
Penyakit kusta sejatinya sudah ada di dunia sejak 2000 tahun sebelum Masehi. Hal ini dibuktikan dari adanya dokumen di Mesir yang menceritakan tentang kusta tahun 1550 SM. Ada juga catatan sejarah kusta di India tahun 1440 SM, di Tiongkok pada 600 SM serta Mesopotamia pada tahun 400 SM.
Bagaimana dengan Indonesia?
Dalam sebuah kitab bernama kitab Rajapatigundala yang muncul pada abad 14 Masehi, disebutkan tentang kusta sebagai penyakit kutukan. Berikut penggalan naskahnya yang dikutib dari jeo.kompas.com
“…. Hidup mereka akan tanpa kesehatan, mereka akan sakit kusta, tidak dapat melihat sempurna, sakit gila, cacat mental, buta, bungkuk. Maka semua orang yang tidak mematuhi akan dikutuk oleh Raja Patigundala yang suci.”
Jadi pada saat itu, orang yang tidak patuh pada rajanya, akan dikutuk dengan penyakit kusta. Ngeri ya. Apalagi penyakit kusta sampai sekarang masih ada dan stigma bahwa kusta adalah penyakit kutukan terlanjur melekat di masyarakat.
Banyaknya pengidap kusta di Indonesia semakin memperkuat stigma tersebut. Seperti tercatat dalam data WHO tahun 2018 mencapai 17.017 pengidap kusta. Angka ini membuat Indonesia menempati posisi ketiga pengidap kusta terbanyak di dunia setelah India sebanyak 120.334 penderita dan Brazil sebanyak 28.660 penderita.
Tak lepas dari semua data di atas, percayalah jika kusta bukanlah penyakit kutukan, bahkan bukan penyakit turunan juga. Seperti mbak Rosi yang mengidap kusta, anaknya tetap sehat dengan kondisi kulit yang normal. Jadi terbukti kan jika kusta tidak diturunkan.
Apalagi jika ada yang menyebut kusta itu penyakit karena terkena guna-guna. Makin ngaco kan itu. Jangan percaya karena kusta tidak ada hubungannya dengan ilmu mistik. Kusta dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat.
-
Kusta itu Penyakit Orang Miskin
Saya prihatin dengan cerita mbak Rosi yang mengatakan jika dirinya dijauhi karena kondisinya yang dia bilang menjijikkan dan aneh. Diskriminasi orang-orang di sekitarnya itulah yang membuatnya sulit berbaur dan mendapatkan pekerjaan. Beruntung mbak Rosi pintar menjahit, sehingga mendapatkan penghasilan dari keahliannya menjahit dan juga ngojek antar jemput sekolah anak orang.
Kondisi perekonomian orang-orang yang terkena kusta juga sepertinya sebelas dua belas dengan kondisi mbak Rosi. Banyak perusahaan yang memberikan syarat calon karyawannya untuk sehat secara fisik dan tidak cacat. Tentu saja pengidap kusta tidak memenuhi kriteria tersebut, sehingga sulit mendapatkan pekerjaan. Itulah yang menyebabkan kehidupan mereka dekat dari kemiskinan.
Jangan salah, pengidap kusta tak semuanya bergantung pada pekerjaan kantoran. Contohnya mbak Rosi yang jadi penjahit handal. Sudah bisa mengumpulkan uang dan membeli tanah untuk dijadikan rumah suatu saat kelak. Semoga terkabul ya mbak. Aamiin.
Oh iya, perlu diketahui juga bahwa kusta bisa menyerang siapa saja loh. Tak peduli orang miskin ataupun orang kaya. Tidak ada perbedaan status sosial bagi mycobacterium leprae untuk menyerang inangnya. Bisa jadi orang kaya terkena kusta juga. Jadi jangan menuduh orang miskin saja.
Di Indonesia sendiri, memang ada daerah yang dikatakan sebagai endemiknya kusta, yaitu wilayah Indonesia timur seperti Papua dan pulau di sekitarnya. Tapi tidak menutup kemungkinan kusta juga menyerang orang-orang di Jawa maupun Sumatera. Semua punya kemungkinan untuk kena. Tapi dengan daya tahan tubuh yang baik, penyakit kusta tidak akan mudah menular. Percayalah.
-
Kusta Menyerang Orang Dewasa dan Manula
Ada yang bilang jika kusta adalah penyakitnya orang dewasa dan orang tua. Eit, Anda salah saudara-saudara.
Faktanya, kusta juga dapat menyerang anak-anak yaitu pada usia 10 sampai 15 tahun. Sementara orang dewasa dapat terkena kusta pada usia 25 sampai 35 tahun.
Kasus kusta pada anak-anak seperti dikutib dari Kompas, terdapat 2002 kasus pada tahun 2013. Jika diprosentasi terdapat 11,88 persen. Catatan pemerintah tahun 2021, kasus kusta pada anak sudah turun menjadi 9,14 persen. Namun angka ini masih belum mencapai target pemerintah yang menginginkan kasus anak bisa turun di bawah 5 persen.
Ada banyak faktor yang menyebabkan kusta menyerang anak-anak. Seperti imunitas anak yang belum sempurna karena usianya yang masih dalam masa pertumbuhan, jenis kelamin, status ekonomi keluarga, gizi anak, sanitasi rumah, kepadatan penduduk, kebersihan diri dan kebersihan air.
Butuh kerjasama masyarakat untuk membantu para pengidap kusta agar bisa diobati. Jika dikucilkan, maka pengobatan jadi terhambat sehingga angka penannganannya tetap kurang. Kasihan kan. Apalagi kalau terjadi pada anak-anak. Masa depan anak bisa terancam karena masih kecil sudah mengalami tekanan batin akibat stigma kusta yang menyesatkan.
-
Kusta itu Menular, Pengidapnya Perlu Dikucilkan
Kusta memang menular. Tapi butuh waktu yang lama untuk menyerang orang lain. Kusta tidak menular lewat sentuhan tangan, jadi aman-aman saja jika berada di dekat orang kusta. Dengan daya tahan tubuh yang baik, kita tidak akan sampai tertular oleh kusta kok.
Selain itu perbanyak pengetahuan kita tentang kusta. Jangan asal menuduh mereka menularkan penyakit ke kita. Ada tipe kusta yang tidak menularkan penyakitnya. Perbedaanya bisa dilihat dari bentuk benjolan yang ada. Jika warnanya hitam putih dan kering, dipastikan kustanya tidak menular. Jika merah menyala dan basah, itu baru menular dan perlu penanganan agar kusta bisa diobati dengan segera.
Stigma bahwa pengidap kusta harus dikucilkan inilah yang salah. Meskipun kusta menular, masyarakat tidak perlu mengucilkannya atau bahkan membullynya. Itu hanya akan menambah beban pikiran dan merusak psikologis pengidapnya. Akibatnya mereka menutup diri dari lingkungan dan pengobatan pun tidak dapat dilakukan. Sayang banget kan.
Padahal kusta itu bisa sembuh loh dan pengidapnya bisa hidup normal layaknya orang lain yang tidak terkena kusta. Banyak bukti bahwa kusta bisa sembuh. Orang-orang yang mantan kusta ini pun kerap membagikan pengalamannya saat mengidap kusta dan mengedukasi penderita lainnya untuk tetap semangat.
Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi selaku dokter spesialis kulit dan kelamin Indonesia mengungkapkan bahwa mycobacterium leprae hanya dapat menular melalui kontak langsung dalam jangka waktu yang lama dan berulang.
Artinya kusta tidak akan menular jika hanya bersentuhan tangan dan kontak yang sebentar. Masa inkubasi bakteri penyebab Kusta berlangsung antara 2 sampai 5 tahun di dalam tubuh. Bahkan bisa lebih. Jadi butuh waktu lama untuk bisa menular.
Proyek SUKA. Suara untuk KUSTA
Hidup terasa tidak adil bagi pengidap kusta. Stigma kusta yang kadung menyebar di masyarakat menyebabkan sebagian besar penyandang kusta menjadi minder dan rendah diri. Untunglah hal tersebut tidak saya lihat dari mbak Rosi.
Mungkin karena mbak Rosi sudah tak peduli dengan omongan orang. Cibiran banyak orang sudah ditelannya mentah-mentah, membuatnya menjadi sosok yang kuat menjalani hidup. Buktinya, kini mbak Rosi diterima di masyarakat berkat kebaikan hati yang dimilikinya.
Profesinya sebagai penjahit mampu menopang kehidupan rumah tangganya yang pas-pasan. Anaknya juga cerdas dan cantik. Saya salut. Sungguh. Di balik ceplas ceplosnya, mbak Rosi adalah sosok yang sederhana dan apa adanya.
Dari mbak Rosi, saya berani membuka suara untuk Kusta. Seperti yang dilakukan pada sebuah talkshow hasil kolaborasi NLR Indonesia dengan radio KBR. Menghadirkan dr Udeng Daman sebagai Technical Advisor Program Pengendalian Kusta NLR Indonesia dan Monika Sinta sebagai team leader CSR PT United Tractor.
Dalam taklshow yang berlangsung pada 19 April 2021 tersebut, dr Udeng menegaskan bahwa Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYMPK) memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kita di tengah masyarakat. Jika dikucilkan, penyakitnya akan terlambat ditangani sehingga memungkinkan OYMPK menjadi cacat atau disabilitas.
Sayang kan kalau sampai kusta terlambat ditangani. Beban fisik dan psikologis pasti ditanggung oleh penderitanya. Apalagi kalau sampai jari-jemarinya habis karena kusta. Sudah OYMPK, disabilitas lagi. Kasihan.
Makanya yuk ikut dukung program SUKA yang diprakarsai oleh NLR Indonesia dan ruang publik KBR (Kantor Berita Radio).
Sebagai bahan informasi, NLR adalah yayasan sosial non pemerintah yang dibentuk di Belanda pada tahun 1967. Tujuannya untuk menanggulangi kusta dengan 3 pendekatan, yaitu zero transmission, zero disability, dan zero exclusion.
NLR Sebenarnya tidak hanya beroperasi di Indoenesia saja. Melainkan juga di India, Mozambique, Nepal dan juga Brazil. Khusus di Indonesia, NLR bekerja pada tahun 1975 sampai sekarang. Sudah ada 16 provinsi di Indonesia yang dijadikan tempat untuk konsultasi bagi para OYMPK, sehingga diharapkan Indonesia bisa bebas kusta.
Ikutan yuk mendukung proyek Suara untuk Kusta (SUKA) dengan mengedukasi masyarakat untuk tidak mempercayai stigma kusta yang menyesatkan. Sampaikan beberapa hal berikut ini agar masyarakat semakin paham tentang apa itu kusta dan tidak mengucilkan para OYMPK lagi.
- Kusta bukan penyakit kutukan
- Kusta bukan disebabkan oleh santet atau ilmu hitam lainnya.
- Kusta bukan penyakit turunan
- Kusta tidak tertular melalui sentuhan tangan ataupun makanan
- Anak yang tertular kusta bukan karena hasil hubungan suami istri saat haid. Mitos banget ini.
Makanya kita harus semakin cerdas dalam menyaring informasi yang ada. Pahami ini. Kusta memang menular, tapi tidak langsung tertular atau sulit menular dan bisa sembuh.
Kesimpulan
Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYMPK) adalah orang biasa yang berhak mendapatkan perhatian masyarakat seperti kita yang tidak terkena kusta. Sudah bukan saatnya kita termakan mitos atau stigma kusta yang menyesatkan.
Jaman semakin maju, pikiran kita juga harus maju dan berkembang. Catatan sejarah bisa dijadikan pedoman, tapi ilmu pengetahuan juga harus tetap dijadikan acuan. Sudah banyak bukti bahwa penyakit kusta bisa disembuhkan dan hidup membaur dengan masyarakat seperti mbak Rosi dan mbak Ucik.
Jangan ada lagi stigma buruk yang menghambat mereka untuk berkembang. Justru yang kita lakukan jika bertemu dengan OYMPK adalah mendukung mereka untuk berobat, sehingga kecacatan permanen akibat kusta bisa dihilangkan.
Perlu diketahui bahwa obat kusta sekarang sudah ada di apotek dan puskesmas loh dan semuanya gratis. Jadi bagi mereka yang miskin tak perlu bingung memikirkan biaya pengobatan.
Ingat, bakteri penyebab kusta membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak. Bisa jadi gejalanya bisa muncul setelah 20 tahun berada di tubuh inangnya. Jadi tidak akan langsung tertular. Kita yang harus membentengi tubuh kita dengan imunitas yang baik agar tidak mudah tertular penyakit. Karena faktanya kusta tidak bisa masuk ke tubuh orang yang imunitas atau daya tahan tubuhnya baik.
Rangkul OYMPK untuk berobat dan berbaur bersama kita agar mereka juga bisa merasakan kehidupan yang baik seperti kita. Yuk dukung Suara untuk Kusta untuk Indonesia bebas kusta.
Oh iya, kabar baiknya. Angka pengidap kusta dari tahun ke tahun sekarang ini mulai mengalami penurunan loh. Data dari WHO menyebutkan di tahun 2020, angkanya menurun menjadi 127.588 kasus dari sebelumnya di tahun 2018 yang mencapai 208.619 kasus.
Mudah-mudahan ke depannya angkanya terus menurun berkat peran kita yang semakin peduli dengan OYMPK, sehingga angkanya bisa menjadi nol kasus. Aaamin.
**
Referensi :
https://jeo.kompas.com/jangan-ada-lagi-stigma-bagi-penderita-kusta
https://hellosehat.com/penyakit-kulit/infeksi-kulit/ciri-penyakit-kusta/
https://www.fadlimia.com/2021/04/suara-untuk-kusta.html
https://www.uii.ac.id/bukan-kutukan-penyakit-kusta-bisa-disembuhkan/
https://dinkes.jakarta.go.id/berita/read/ingat-penyakit-kusta-dapat-disembuhkan
28 Comments. Leave new
Senang rasanya sekarang banyak edukasi kayak gini yang bikin banyak orang lebih mengerti kalau sebenarnya kusta itu bukan kutukan, dan nggak perlu dikucilkan sampai ketakutan gitu.
Mereka juga butuh diterima, untuk bisa hidup normal dan mandiri
Benar mbak. Teman saya buktinya.
Ya Allah, sedih banget denger cerita pasien kusta gini mba. Dulu aku pernah dengar isu2 penyakit kusta. Tapi kukira udah ilang penyakit ini. Ternyata masih ada yang mengalaminya. Semoga tetap semangat buat pasien dan orang yang mengurusnya juga.
Mereka bisa sembuh mbak. Itu yang penting. Sekarang masih ada penderitanya dan tugas kita untuk merangkul mereka.
Betul kak, kita harus semakin peduli dengan OYMPK jangan justru malah dijauhi tapi dirangkul untuk bisa berbaur. Dukung terus gerakan Indonesia bebas kusta
Senangnya jika ada yang peduli
hebat banget NLR ya?
mengedukasi masyarakat agar kita gak menstigma penderita kusta
sehingga penyebaran kusta bisa diatasi dan dihilangkan dari bumi Indonesia
Semoga negara kita bisa bebas kusta ya mbak. Perlu kerjasama kita juga nih untuk merangkul mereka. Bukan tugas NLR saja. yuk kita bisa yuk
Saya sendiri masih merinding banget saat melihat penderita kusta atau membaca/mendengarkan soal uraian tentang penyakit ini. Padahal sosialisasi dan literasi pengetahuan tentang kusta sudah intensif tersebar bagi publik. Semoga setelah membaca artikel ini, mindset saya bisa berubah menjadi lebih baik. Kusta ternyata tidak seseram itu dan bisa sembuh jika ditangani dengan tepat oleh ahlinya.
Benar mbak. Mereka tidak berbahaya kok dan kewajiban kita untuk ikut merangkul mereka.
Edukasi tentang kusta harus gencar dilakoni ya
Supaya ngga ada yg punya stigma, dan negara ini bs lebih baik.lagi.
Aaaamiin. Semoga negara kita bisa bebas kusta ya mbak
Jujur, aku jarang menjumpai orang-orang dengan penyakit ini. Gara2 baca pengalaman di atas, aku jadi penasaran apakah karena dikucilkan akhirnya mereka jarang tampil di depan umum ya? Jadi sedih sih.
Sebagian seperti itu mbak. karena mental mereka yang diserang lebih dulu. Jadi mereka takut untuk memperlihatkan diri. gak tahan dibully. Teman saya yang namanya mbak Rosi ini juga sempat mengalami pembulyyan. Tapi dia melawan dan membuktikan bahwa dirinya juga bisa mandiri dengan tidak menggubris omongan orang. Sikap seperti mbak Rosi ini yang perlu ditanamkan ke OYMPK bahwa mereka harus bangkit dan tidak mendengar omongan orang. Agar hidup mereka juga tetap berjalan.
Kasih sih ya mereka yang kena stigma kusta. Memang pelan-pelan harus dihapus stigma ini. Alhamdulillah angka pengidapnya juga terus menurun
Iya mbak. semoga angkanya terus menurun sampai ke angka nol hingga gak ada lagi yang mendeskriminasikan mereka.
PR besar bagi kita semua ya, Kak untuk menghapus stigma negatif pada kusta ini ya. Meskipun sudah banyk yang memberikan edukasi, namun masih belum banyak juga yang mau menyadari
Dimulai dari diri sendiri kak. Kasih contoh dengan cara peduli kepada penderita kusta. Orang biasanya akan mengikuti orang yang sudah bergerak lebih dulu.
memang rada-rada mengerikan ya penyakit kusta ini
tapi ya memang harus dilawan
dan orang-orang gak boleh menjauhi orang penyandang kusta, tapi ya diberi motivasi untuk berobat
benar mbak. masyarakat harus diedukasi lebih baik lagi agar peduli terhadap mereka yang kusta. mereka bisa sembuh dan berhak bersosialisasi dengan orang lain seperti kita
Bersama kita pasti bisa menghapus stigma buruk tentang kusta, karena memang kusta bisa disembuhkan dan hidup layaknya orang biasa.
benar kak. Semua dimulai dari diri sendiri agar orang bisa meniru kita
Setuju kusta ini kan emang ada obatnya jadi bisa disembuhkan hanya saja obatnya harus diminum terus menerus ya kak . Penting mengedukasi masyarakat awam kalau penyakit kusta bisa disembuhkan
benar kak. Semakin banyak orang paham tentang kusta, semakin banyak orang yang peduli dengan mereka. Sehingga hidup OYMPK tidak dikucilkan lagi
Aku malah baru tau warna kulit yang belang-belang gitu menandakan kusta. Menurut aku sakit apapun, itu harus di support untuk semangat sembuh. Bukan malah di bully. Semoga masyarakat banyak yang sadar dan tidak terpengaruh oleh stigma menyesatkan tentang kusta ya kak. Aamiinn..
Benar kak. Support dari keluarga dan orang terdekat itu perlu, karena itu yang bisa menyembuhkan mental mereka.
Nah ini nih yang masih aja berlaku di kita, stigma tentang kusta yang katanya penyakit kutukan yang menular dan patut dijauhi. Padahal kusta bisa diobati, dan menularnya juga tidak gampang. Dengan stigma begini malah bikin penyakit ini susah untuk dihilangkan. Semoga masyarakat semakin teredukasi ya dengan penyakit ini. Supaya para pasien kusta bisa sembuh dan normal seperti kita.
Aaamin. Memang susah kak kalau sudah jadi stigma masyarakat. Mengedukasi masyarakat ini perlu proses dan tidak mudah. Dimulai dari diri sendiri yang lebih peduli, nanti orang melihat dan menirunya.