Tahun 2018 sudah berlalu, berganti dengan tahun 2019 yang kini sudah berjalan. Tak terasa waktu berlalu dengan begitu cepatnya. Detik menjadi menit, menit berjalan menuju jam, hari ke bulan, dan kini bulan sudah berganti tahun. Ada banyak hal yang sudah terlewati selama tahun yang sudah dijalani. Semuanya membawa kenangan tersendiri. Ada penyesalan dan juga harapan. Kesenangan serta kesedihan.
Waktu tak bisa diputar. Itu fakta yang tak bisa dipungkiri. Begitu juga dengan hari-hari yang saya lalui selama ini. Suka duka bersama keluarga sudah terlewati. Tinggal menapaki jalan yang terbentang di depan mata. Itulah yang saya rasakan saat ini. Jalanan menuju masa depan yang belum pasti. Namun saya tidak sendiri. Ada keluarga yang siap menemani. Suami dan anak-anak. Orang tua, saudara, juga paman dan bibi. Kumpul bersama keluarga besar adalah solusi terbaik untuk mengawali pergantian tahun. Itu yang saya pikirkan.
Berawal dari tawaran paman untuk merayakan tahun baru di rumahnya, suami mendadak meminta persetujuan saya. Itu karena rencana awal, kami akan merayakan tahun baru di rumah mama. Seperti tahun baru 2018 lalu. Bakar jagung dan ikan di lantai paling atas yang beratapkan langit. Sambil menikmati percikan kembang api yang bertaburan di langit malam. Anak pertama saya, ATTA sampai terpaksa untuk tidak menangis melihat keindahan langit malam itu. ATTA penakut. Selalu takut dengan suara gemerlap kembang api yang meledak di langit. Tapi suami saya langsung cekatan menggendongnya, lalu menunjukkan dengan paksa kembang api bertebaran di langit malam. ATTA yang awalnya menangis ketakutan, lama-lama tertawa senang.
Pengalaman ATTA itu terjadi di tahun 2018 lalu. Sementara di malam pergantian tahun 2019, ATTA tidak dipaksa untuk menlihat kemeriahan kembang api. Ketika ATTA sudah tertidur lelap, ATTA terbangun sambil menangis karena kaget. Akhirnya saya membawanya turun ke lantai bawah, dimana semua saudara masih berkumpul menonton tv. Kembang api turun seperti hujan deras. DUAR… DUAR… nyaring suaranya. Sepanjang pesta kembang api itulah, ATTA terus menangis ketakutan. Sementara saudara yang lain menertawakannya. Kasihan ATTA. Baru bisa berhenti setelah suara kembang api berhenti membahana di langit malam.
Apakah itu saja pengalaman malam pergantian tahun?! Yah, tidak ada yang istimewa memang. Karena setelah gemerlap kembang api di langit, semua saudara tidur sampai pagi. Saya dan beberapa saudara masih menyempatkan menonton film pengabdi setan di tv. Menonton film horor ramai-ramai tidak membuat saya takut. Kecuali kalau menonton sendirian. Saya pastikan saya tutup mata, telinga dan mematikan tv. Saya penakut, mungkin gen itu yang saya wariskan kepada anak pertama saya. Maklumlah, hampir semua gen dari saya turun ke ATTA. Penakut, cengeng, dan terkena step. Kalau yang terakhir adalah penyakit bawaan saya sejak kecil. Sayangnya penyakit itu juga turut saya turunkan ke ATTA. Sedih saya. Harusnya yang diturunkan adalah yang bagus-bagus. Tapi ini yang jelek ikut diwariskan. Mudah-mudahan gen positifnya juga turun ya nak. Hehe…
Kumpul bersama keluarga besar memang seru. Terutama ATTA, yang awalnya takut bertemu dengan orang asing. Dengan berkumpulnya keluarga besar, secara tidak langsung mengajarkan anak saya untuk bersosialisasi. Anak saya jadi mengenal saudaranya sendiri. Selain itu juga menumbuhkan kesadaran untuk lebih berani. Anak saya yang selama ini “jago kandang” (baca: berani membantah kalau di rumah sendiri. sementara kalau bertemu dengan orang asing langsung diam), sekarang lebih berani untuk menyapa saudara sepupunya. Adiknya berbeda lagi. ALIA memang lebih berani daripada kakaknya. ALIA juga lebih mudah bersosialisasi dengan orang lain. Secara tidak langsung, ALIA mengajarkan kakaknya untuk berinteraksi dengan orang lain. Karena kenyataannya, ATTA baru mau berinteraksi dengan orang lain, kalau adiknya lebih dulu bersosialisasi. Jeprat-jepret. ATTA akhirnya mau berfoto bersama ZAKI. Sepupunya dari pihak suami saya. Mereka pun langsung akrab.
Melihat sifat si kakak, saya baru menyadari kalau ATTA tipe kompetisi. ATTA harus dihadapkan dengan orang yang bisa membawanya berani lebih dulu, baru kemudian dia beraksi. Istilah singkatnya, followerlah. Kalau adiknya tipe trend centre. ALIA lebih bisa mengeksplor kegiatan yang ingin dilakukannya, tanpa mengikuti orang lain. Kalau sudah mainan, cuek bebek dia. Sama seperti malam tahun baru ini. Saya dan saudara yang lain sibuk bercakap-cakap, ALIA dengan cueknya asyik menari mengikuti irama musik yang terdengar. Lucu deh.
Pagi hari pertama setelah malam tahun baru, kegiatannya lebih seru lagi. Kami mencoba kolam renang paman yang ada di dalam rumah. Sayangnya, ATTA lagi-lagi ketakutan. Tidak berani masuk kolam renang. Hasilnya, paman membully-nya habis-habisan. Saya sih tertawa saja. Karena lucu. Beda kalau orang dewasanya yang menangis. Waduh…
Kegiatan lainnya yang tak kalah seru adalah menonton koleksi ikan mas RISA, di aquariumnya. Ada ikan arwana, ikan lohan dan beberapa jenis ikan lainnya. Mas RISA baru pulang dari pasar ikan dan membawa pulang ikan kecil-kecil. Katanya untuk makan ikan besar yang ada di akuarium. Jadi ikan makan ikan. Wah, ATTA dan ALIA jadi semangat melihatnya. Mas ZAKI, mbak BILA juga ikut menonton. Akhirnya kami semua sama-sama menyaksikan ikan predator memangsa ikan kecil. Kaget, seru dan tegang. Semua jadi senang.
Berkumpul dengan keluarga memang mengasyikkan. Apalagi keluarga besar. Jika di awal tahun 2018, saya dan suami berkumpul dengan keluarga besar saya. Maka awal tahun 2019 ini, kami berkumpul dengan keluarga besar dari suami. Anak saya, ATTA dan ALIA jadi mengenali saudara mereka. Keakraban pun terjalin dan silaturrahmi tetap terjaga. Bagaimana dengan tahun barumu?
Salam sayang,
Wahyuindah
#ChallengeAccepted
1 Comment. Leave new
Lagi merantau ya. Memang sedih kalau jauh dari orang tua. Aku doain deh semoga keluarga selalu sehat. orang tua juga sehat. Jadi bisa kumpul terus.