Permintaan terakhir ayah sebelum meninggal adalah melihatku diwisuda. Faktanya justru itulah yang membuatku menyesal seumur hidup. Ayah lebih dulu pergi sebelum melihatku jadi sarjana. Berbagai macam perasaan bersalah berkecamuk di hatiku. Aku sudah mengecewakan ayah dan aku tak bisa memaafkan diriku sendiri sejak itu.
Meninggalnya ayah kandungku benar-benar membuatku kehilangan pegangan hidup. Kenapa? Karena ayah adalah sosok yang paling dekat denganku sejak kecil. Makanya setelah ayah pergi untuk selamanya, aku seolah tak tahu arah. Maklum saat itu aku masih di usia yang umumnya labil.
Jika sebelumnya aku bercerita banyak hal kepada ayah, sejak ayah pergi aku tak tahu harus cerita keseharianku pada siapa. Hasilnya aku berusaha beradaptasi dengan berusaha menjadi sosok diriku tanpa ayah. Tidak mudah memang, tapi aku bersyukur karena aku menyadari bisa melakukannya.
Daftar Isi
Arti Seorang Ayah Bagi Anak Perempuannya
Aku pernah mendengar jika ayah adalah cinta pertama anak perempuannya. Tak heran jika banyak dari anak perempuan yang kelak mencari pasangan yang mirip dengan ayahnya. Mirip di sini berarti mirip sifat dan karakternya ya. Tidak harus seratus persen, tapi kebanyakan menginginkan yang mendekati.
Aku pun demikian. Ayah bagiku bukan hanya sekadar orang tua yang harus dihormati. Tapi juga teman, guru, sahabat, pelindung dan segalanya bagiku. Ayah sering mengajakku diskusi tentang banyak hal sejak kecil. Bersamanya, seolah semua masalah hilang.
Apakah artinya aku tidak dekat dengan ibuku?
Tetap dekat dong. Hanya saja ibuku bukan pendiskusi yang handal. Berbeda dengan ayah yang sering menceritakan banyak hal padaku. Aku masih ingat ketika ayah melihatku senang membaca buku, lalu beliau memberikan buku riwayat hidup Rasulullah SAW untuk aku baca. Masya Allah. Aku takjub dengan isi buku itu.
Dari satu buku itu, aku banyak bertanya pada ayah dan ayah menjawabnya dengan suka cita. Lahirlah diskusi-diskusi panjang sejak itu. Termasuk diskusi tentang buku tentang Karbela. Perang Islam yang menewaskan Hasan dan Husein, cucu Rasulullah SAW.
Usiaku masih usia anak SD waktu itu. Aku lupa kelas berapa ketika ayah memberikan aku buku tentag Karbela. Tapi aku ingat isinya dan diskusi kami yang panjang lebar. Bahwa Rasulullah SAW sudah menduga tentang kematian kedua cucunya ketika mereka masih kecil. Aku ngeri saat membaca kisah mereka. Tapi cara ayah menceritakannya membuatku takjub.
Seiring bertambahnya usia, aku mulai tumbuh jadi gadis remaja yang kata orang manis. Sehingga banyak yang menggodaku. Mulai dari tukang bakso, tukang becak, penjaga toko, tukang parkir, sampai orang-orang jail yang aku temui di jalanan.
Aku mengadu semuanya ke ayah dengan mimik ketakutan. Sungguh aku takut digoda laki-laki. Meskipun itu hanya bercanda. Ayah sigap menjadi pelindungku. Menjemputku di depan gang, sehingga begitu aku turun dari mikrolet, tukang becak dan tukang parkir yang biasa menggodaku tidak berani menggodaku karena ada ayahku.
Perlindungan ayah berlaku sampai aku kuliah. Siapa yang berani mendekatiku, pasti tak luput dari introgasi ayah. Aku merasa aman dan nyaman di dekat ayah.
Aku bisa mengadu dan menangis kepada ayah jika ada laki-laki yang menyukaiku dan nekad mendatangiku. Itulah kenapa aku enggan keluar rumah karena tak mau mengenal dunia. Terlalu menakutkan untuk gadis introvert sepertiku.
Waktu aku kuliah saja, ayah masih mengantarkan aku ke kampus. Aku sampai malu dan meminta ayah untuk tak mengantarkan aku lagi. Ayah selalu menurutiku dan tetap mengantar jemput saat aku kerja sampingan menjaga warnet. Menungguku sambil selonjoran di trotoar sampai aku keluar dari tempat kerjaku. Masya Allah ayah.
Kini ayah telah tiada. Aku benar-benar kehilangan. Pelindungku sudah pergi. Tandanya aku harus keluar dari sifat introvertku dan harus bisa melindungi diriku sendiri. Dulu aku berpikir tak bisa melakukannya tanpa ayah, tapi seiring berjalannya waktu akhirnya aku bisa.
Sekarang tinggal bagaimana caraku untuk mengungkapkan rasa terima kasihku kepada ayah yang sudah membimbingku sampai sejauh ini. Sementara ayah sudah tenang di alam sana.
Caraku Mengungkapkan Rasa Sayang pada Almarhum Ayah
Sebenarnya ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengungkapkan rasa sayang kepada orang yang sudah meninggal. Kalau caraku adalah dengan melakukan beberapa hal berikut ini :
-
Mendoakan Ayah
Mendoakan almarhum ayah adalah bagian terpenting dalam hidupku. Di setiap sholatku, selalu ada nama ayah yang kusebut. Juga saat tahlilan atau kirim doa. Setiap melakukan sesuatu atau apapun itu, aku usahakan untuk mengirim banyak doa untuk ayah.
Semoga dengan doaku, doa ibu, dan adik-adik, ayah tenang di alam sana dan mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah. Aaamiin.
-
Takziah Kubur
Aku memang tak serajin adikku mengunjungi makam ayah. Tapi aku selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi makam ayah dan berdoa langsung di depan pusara ayah. Membaca yasin dan memberikan doa – doa terbaik untuk ayah.
-
Meneruskan Kebaikan-Kebaikan Ayah
Ayah punya banyak kebaikan selama hidup di dunia. Salah satunya adalah mengajarkan ilmu agama tanpa mau dilihat orang lain. Aku baru tahu tentang kebaikan ayah ini setelah ayah meninggal, begitu banyak orang-orang yang datang mengucapkan terima kasih. Katanya ayah yang mengajari orang itu sholat, ada orang lain yang datang karena diajari membaca al-qur’an dan kebaikan lainnya.
Ayah tak pernah mau sombong atau menunjukkan kebaikan yang diperbuatnya di depan orang lain, bahkan di depan anak istrinya sendiri. Sedekah juga kalau bisa jangan sampai dilihat orang. Ayah orang yang berilmu, tapi tak pernah menyebut dirinya pintar. Bahkan selalu belajar dan rendah hati.
Makanya ketika menghadapi orang yang sombong, munafik, fasik dan orang-orang semacam itu, aku selalu ingat nasehat ayah. Tetap bersikap baik dan sebisa mungkin menghindari jika tidak mampu menghadapi. Jangan mencela makanan, jangan mencela orang lain karena belum tentu kita lebih baik dari orang lain, dan masih banyak lagi nasehat bijak dari ayah.
InsyaAllah aku ingin meneruskan semua kebaikan ayah semasa hidup dan aku jadikan pedomanku dalam menjalani kehidupan di dunia fana ini.
-
Bersedekah Atas Nama Ayah
Bersedekah atas nama orang yang sudah meninggal, pahalanya ternyata bisa sampai kepada yang sudah meninggal. Itu yang sering dilakukan oleh ibuku, adikku dan juga aku. Niatnya untuk ayah, insyaAllah pahalanya sampai kepada ayah.
-
Melanjutkan Silaturrahmi dengan Saudara – Saudara Ayah
Meninggalnya ayah bukan berarti silaturrahmi dengan keluarga besar ayah terputus. Sebisa mungkin aku dan keluargaku, tetap menjalin silaturahmi dengan pakde bude, paklek bulek dan saudara ayah yang lain.
Terus terang aku tak terlalu hapal dengan keluarga dari ayah yang 12 bersaudara. Ayah anak ke 8 dari 12 bersaudara. Semuanya tersebar di banyak tempat. Ada yang di Jawa dan ada yang di luar Pulau Jawa. Kalau dari ibu, aku masih hafal. Tapi dari ayah, aku kurang hafal karena banyaknya.
Untunglah ada group whatsapp dari keluarga ayah yang dibuat oleh salah satu saudara sepupu. Tujuannya untuk tetap menjalin hubungan dan mengabarkan jika ada sesuatu dengan keluarga. Mudah-mudahan dengan cara ini, komunikasi kami tetap terjaga dan ayah tetap terasa masih berada di tengah-tengah kami.
-
Menjaga Kerukunan antar Saudara Kandung Sepeninggal Ayah
Ayah tergolong keras dan disiplin dalam mendidik anak-anaknya. Hasilnya kami jarang bertengkar. Tapi sepeningal ayah, kami sering bertengkar karena berbeda visi. Terutama adik keempat dan kelima yang belum merasakan kasih sayang ayah karena masih kecil saat ayah meninggal.
Sebagai anak sulung dari 5 bersaudara, aku berusaha dekat dengan adik-adikku. Terutama adik bungsu yang merasa sangat kehilangan ayah dan tak mengenal sosok ayah sejak kecil. Adikku pernah menuntutku menjadi pengganti ayah. Kami sempat cekcok, tapi sudah rukun kembali.
Mudah-mudahan kami tetap bisa jadi anak-anak ayah yang rukun dan selalu membahagiakan orang tua dengan mengirimkan doa terbaik untuk ayah.
-
Menjaga Ibu
Bagiku, menjaga ibu adalah bagian dari mengungkapkan rasa sayangku pada ayah. Apalagi ayah pernah berpesan padaku untuk menjaga ibu. Pesan yang aku anggap seperti pusaka bagiku.
Mudah-mudahan aku bisa memenuhi keinginan ayah dan mendoakan yang terbaik untuk almarhum ayah. Terima kasih ayah, sudah menjadikan aku kuat dan tumbuh menjadi anak yang mencontoh semua kebaikanmu selama di dunia.
Aku sayang ayah dan semoga kelak aku bisa bertemu ayah di Surga. Aaamiin.
**
Referensi :
https://hot.detik.com/celeb/d-7012816/kata-ustaz-3-cara-terbaik-mengenang-orang-meninggal