Pikiran orang itu tidak bisa kita tebak ya. Ada yang baik, ada juga yang tidak baik. Aku bukan cenayang yang bisa membaca pikiran orang. Aku juga tidak bisa mengontrol tindakan orang lain atas apa yang mereka lihat, dengar dan mereka rasakan. Tapi kenapa ya, jadinya sakit hati ketika kita jadi korban julid.
Aku baru tahu loh jika apa yang aku alami belakangan ini ternyata namanya FOPO (Fear of Other People’s Opinion). Kalau bukan karena mengikuti three day one post dari Komunitas ISB, aku tak akan tahu apa yang aku alami beberapa waktu yang lalu.
Jadi intinya FOPO ini adalah perasaan takut melakukan sesuatu karena memikirkan tanggapan orang lain terhadap apa yang kita lakukan. Jadi kita urung melakukannya.
Pas banget kan. Beberapa hari ini aku takut memasang status karena sebelumnya ada kejadian yang membuatku trauma dan jadi pelajaran berharga untuk berhati-hati dalam bersosial media.
Jadi aku rasanya pengen berbagi cerita. Siapa tahu ada yang mengalami hal yang sama denganku, sehingga ada yang memberikan solusi terhadap apa yang aku alami.
Daftar Isi
Di Balik Cerita Aku Malas Main Status Lagi
Beberapa waktu yang lalu aku mengalami sebuah masalah yang cukup penting. Menurutku itu penting dan jadi pembelajaran dalam hidup, terutama dalam bersosial media.
Gak ada angin, gak ada hujan, tiba-tiba aku mendapatkan pesan whatsapp dari seorang guru. Isinya cukup mengejutkan. Sebuah replay dari gambar yang aku upload di status yang diiringin dengan satu kalimat yang menurutku cukup nyelekit.
Saya lupa kalimat lengkapnya seperti apa karena pengirimnya sudah menghapusnya sebelum sempat saya screenshoot. Tapi saya sudah screenshoot kalimat balasan dari saya dan obrolan kami di wa. Saya ingat kalimat akhirnya…
“Senang-senang mengorbankan adik demi….”
Waktu aku bertanya demi apa? Guru itu malah menjawab dengan emoticon tertawa. “Panjenengan tahu sendiri bund…”
Tanpa pikir panjang, aku langsung paham maksudnya. Jadi aku jelaskan jika aku tidak sedang bersenang-senang. Btw, gambar yang direplay oleh bu guru itu adalah gambar kamar hotel yang saat itu aku tempati ketika aku ada acara di Sidoarjo.
Aku memotretnya karena terlihat sinematik. Jadi terlihat bagus di kamera. Tak disangka jika gambar itu jadi sumber julid si guru. Mengatakan aku bersenang-senang dan mengorbankan adik (anak perempuanku yang sekolah TK di sekolah yang diajarkan guru itu) demi titik titik…
Aku memang meliburkan adik untuk tidak sekolah selama 4 hari. Alasannya karena aku keluar kota terus seminggu itu. Senin ke Surabaya, rabunya ke Sidoarjo dan sabtunya ada acara di Malang. Intinya aku tidak bisa menghandle sekolah anak-anakku, jadi terpaksa aku ijinkan sekolahnya.
Benar-benar tak disangka jika ijinnya adik tidak sekolah selama 4 hari itu dianggap jika aku sudah mengorbankan adik. Kenapa ya seorang guru bisa bicara seperti itu?
Aku marah dong. Apalagi ketika bu gurunya mengelak dengan bilang jika beliau hanya ingin bilang jika absennya adik banyak. Kan bisa bertanya langsung kenapa adik tidak masuk sekolah. Bukan mengomentari kegiatanku.
Sumpah, sejak saat itu aku jadi mikir seribu kali untuk memasang status. Banyak yang julid. Ketika beberapa hari yang lalu aku meliput acara di EJSC Kota Malang dalam acara kepenulisan, aku melihat teman-temanku memasukkan foto kegiatan ke status. Bagi kami itu hal yang biasa. Tidak ada maksud tertentu selain ingin mendokumentasikan kegiatan hari ini.
Aku sudah akan memasang salah satu foto kegiatan ke status. Saat itu aku dan beberapa teman menjadi tamu restoran bagi mahasiswa pariwisata yang praktek. Jadi kami disuguhkan berbagai macam makanan restoran yang enak.
Aku tidak jadi pasang status. Nanti ada yang julid. Pasang foto di acara kepenulisan saja. Gak jadi lagi. Nanti ada yang komen sibuk terus rek. Mau posting foto bersama dengan teman-teman saja juga gak jadi. Aku takut nanti ada yang berpikir ini itu tentang apa yang aku posting.
Apa sih FOPO itu?
FOPO atau Fear of Other People’s Opinion adalah perasaan takut akan opini atau anggapan orang lain atas diri kita. Perasaan takut ini biasanya didorong oleh keinginan untuk terlihat ideal di mata orang lain, sehingga tidak terlihat cacatnya.
Jadi pengennya orang lain menganggap kita sebagai orang baik dan gak ada cela. Padahal yang namanya manusia kan pasti punya salah. Nah FOPO ini menangkis segala pikiran negative orang dan inginnya orang lain berpikir positif terus ke kita.
Masalahnya kita kan gak bisa mengontrol pikiran orang. Kita melakukan apapun, orang lain pasti berkomentar. Jangankan hal buruk, kita melakukan hal baik saja kadang masih diomongin loh. Dasar nitizen ya.
Cara Mengatasi FOPO
Dari pengalaman yang aku alami, aku jadi bisa mencari solusi agar hal semacam ini tidak terulang lagi. Beberapa hal yang aku lakukan yaitu :
-
Membatasi Postingan di Media Sosial
Gak semua hal harus diposting. Selama ini aku memosting kegiatan yang aku lakukan pada hari itu. Misalnya aku sedang menghadiri suatu acara, atau sedang berkebun, atau sedang bertemu dengan teman segroup blogger Malang.
Aku memang gak terlalu banyak memosting hal pribadi. Biasanya aku memosting hal-hal umum. Kalaupun pribadi, biasanya ya posting tingkah pola anak. Seperti saat aku merayakan ulang tahun adik hanya dengan memotong kue ulang tahun di rumah mbah kakungnya. Menurutku itu masih wajar kan.
Tapi sejak aku disindir ketika memosting kamar hotel, sepertinya aku akan mengurangi memosting kegiatan yang terlihat wah. Seperti perjalanan keluar kota naik bus, foto di restoran, hotel dan kegiatan di tempat yang terlihat borju. Soalnya ada yang iri ternyata dan julid.
-
Mulai Berpikir Bahwa Tidak Semua Orang Peduli dengan Kita
Aku mulai takut posting nih karena berpikir orang akan membicarakan aku lagi. Sepertinya aku harus mulai mendengarkan ucapan salah seorang temanku. Biarin aja mbak, kalau aku malah aku panas-panasin. Posting kerjaanku dan dapat duit banyak. Kita blogger kan kerjaanya memang seperti itu. Kalau dijulidin ya kasih pengertian, diedukasi.
Itu saran teman blogger. Sementara seorang teman lagi memberikan saran agar aku tidak memosting semua hal. Nanti orang berpikir yang bukan-bukan. Lah, kenapa aku jadi sibuk mikirin apa yang ada di otak orang sih.
Stres sendiri aku kalau mikirin omongan orang. Selama kita tidak melakukan hal yang memalukan, ya lakukan saja. Toh niat kita baik kan. Gak ada niat buruk sama sekali.
-
Berhenti Menilai Orang Lain
Aku jadi mulai menilai orang dari kejulidan mereka. Ternyata ini melelahkan loh. Daripada kita sibuk menilai orang lain yang belum tentu benar. Lebih baik kita sibuk mengoreksi diri sendiri dan memperbaiki diri. Itu jauh lebih bermanfaat.
Toh kalau kita menunjukkan kemajuan dan gak terlalu respect dengan kejulidan orang-orang, mereka akan berhenti sendiri kok ngomongin kita. Ngurangi dosa ghibah juga kan.
-
Yakinkan Diri Bahwa Berbuat Salah itu Wajar
Berbuat salah itu wajar dan jadikan pelajaran untuk tak mengulanginya lagi. Aku jadi punya patokan ketika ingin melakukan sesuatu. Gak boleh begini, gak boleh begitu. Jadi bagus kan untuk membatasi ruang gerak kita dengan mengikuti aturan yang ada.
Managemen perilaku nih jadinya. Jadi gimana. Udah ya mikirin orang lainnya. Mau posting ya posting saja. Selama apa yang kita lakukan benar dan tidak merugikan orang lain, ya lanjutkan. Dan buat aku, jadi belajar mengontrol emosi.
Gak usah marah. Diemin aja karena orang menilai loh dari cara kita menyikapi kejulidan orang-orang. Bagaimana menurut kamu? Ada saran?
**
Referensi :